Thursday, December 2, 2021

ABU BAKAR (RADHIYALLAHU ‘ANHU) MEMOBILISASI DAN MEMPERSIAPKAN KAUM MUSLIMIN UNTUK MENYONGSONG PERTEMPURAN MELAWAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

 

Gambar oleh MartyNZ dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Setelah Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) memaafkan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) atas kesalahannya, beliau pun memerintahkannya untuk bersiap-siap bersama pasukannya menuju negeri Yamamah. Beliau juga memobilisasi kaum Muhajirin dan Anshar yang berada di Madinah untuk berangkat dan bergabung bersama Khalid dan pasukannya menggempur kekuatan Musailamah yang saat itu berjumlah sekitar 40.000 orang.

Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata di dalam kitabnya mengenai hal ini: “Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu ‘Anhu) telah meridhoi dan memaafkan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) atas kesalahannya, beliau mengutusnya kembali untuk bergerak menuju negeri Yamamah demi memerangi suku Bani Hanifah.

Beliau juga memobilisasi kaum muslimin yang berada di Madinah dan mempersiapkan mereka untuk berangkat bersama Khalid. Beliau menunjuk Tsabit bin Qais bin Syammas untuk menjadi pemimpin bagi kaum Anshar…”.

BACA JUGA:

IKRIMAH (RADHIYALLAHU ‘ANHU) MENYERANG MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

KHALID (RADHIYALLAHU ‘ANHU) DAN PASUKANNYA TIBA DI NEGERI YAMAMAH.

Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah) mengenai para komandan baru yang ditunjuk oleh Abu Bakar, beliau berkata: “…Ketika Abu Bakar telah memaafkan dan meridhoi Khalid atas kesalahannya, beliau kembali mengangkatnya menjadi pemimpin bagi kaum muslimin dalam menghadapi Musailamah al-Kadzdzab.

Beliau juga memobilisasi kaum Muhajirin dan Anshar untuk ikut bersamanya. Dimana beliau mengangkat Tsabit bin Qais bin Syammas untuk menjadi komandan bagi kaum Anshar, dan Abu Hudzaifah juga Zaid bin al-Khaththab beliau angkat menjadi komandan bagi kaum Muhajirin…”.

Adapun Ibnu Jarir (Rahimahullah), beliau berkata: “…Abu Bakar memobilisasi kaum muslimin yang ada di Madinah untuk ikut bersama Khalid menuju negeri Yamamah. Dimana beliau mengangkat Tsabit bin Qais dan al-Barra’ bin Fulan menjadi komandan bagi kaum Anshar. Dan bagi kaum Muhajirin, beliau mengangkat Abu Hudzaifah dan Zaid menjadi komandan mereka.

Beliau juga mengangkat bagi setiap kabilah yang ikut ke dalam pasukan ini seseorang dari mereka untuk menjadi komandan bagi mereka.

Khalid sendiri setelah mendapatkan maaf dari Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu), beliau segera berangkat menemui pasukannya yang saat kepergiannya ke Madinah, mereka masih menetap di daerah al-Buthah. Dan sesampainya beliau disana, beliau menunggu kedatangan pasukan tambahan yang telah dipersiapkan oleh Abu Bakar diatas. Dan ketika mereka tiba, Khalid segera berangkat bersama pasukannya menuju negeri Yamamah yang pada saat itu suku Bani Hanifah yang berada di negeri tersebut memiliki jumlah yang sangat banyak.

As-Sirriy telah menulis untukku, dari Syu’aib, dari Saif, dari Abi ‘Amr bin al-‘Alla’, dari beberapa orang gurunya, dimana mereka berkata: ‘Jumlah kaum pria yang siap berperang milik suku Bani Hanifah saat itu adalah 40.000 orang, yang tersebar di seluruh penjuru negeri Yamamah. Dan disaat Khalid dan pasukannya telah siap, berangkatlah mereka semua menuju negeri Yamamah…”.

Ibnu Katsir (Rahimahullah) menceritakan mengenai perjalanan Khalid ini di dalam kitabnya, beliau berkata: “…Maka berangkatlah Khalid bersama pasukannya, dan tidaklah mereka bertemu di tengah jalan dengan sekelompok orang murtad, kecuali akan mereka perangi orang-orang murtad tersebut. Mereka juga bertemu dengan sekelompok penunggang kuda milik Sajah, dimana mereka memporak-porandakan barisan penunggang kuda tersebut, untuk kemudian Khalid memerintahkan agar mereka diusir keluar dari jazirah arab.

Abu Bakar ash-Shiddiq mengambil langkah hati-hati dengan mengirimkan sebuah pasukan yang beliau perintahkan mereka untuk berjalan dibelakang pasukan Khalid demi menjaga mereka dari serbuan musuh yang datang dari arah belakang…”. Kemudian setelah itu beliau mengisahkan mengenai kesalahan yang diperbuat oleh Ikrimah (Radhiyallahu ‘Anhu) yang kisahnya telah saya tuliskan di artikel yang lalu.

Pernyataan bahwa Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) menyiapkan sebuah pasukan dibelakang Khalid demi menjaganya agar tidak diserang musuh dari arah belakang, juga dituliskan oleh Ibnul Atsir (Rahimahullah) di dalam kitabnya, dimana beliau berkata: “…Abu Bakar mengirimkan dibelakang Khalid sebuah pasukan yang beliau perintahkan mereka untuk menjaga Khalid dan pasukannya dari arah belakang, agar mereka tidak diserang oleh musuh dari arah tersebut…”.

Ibnul Atsir (Rahimahullah) juga menyebutkan perkataan Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) yang berbunyi: “Aku tidak akan memakai tenaga para veteran perang Badar dan tidak akan menjadikan mereka salah satu dari pasukanku, karena aku ingin membiarkan mereka hidup tenang disisa umur mereka hingga mereka bisa menemui Allah dengan bekal amalan shalih yang banyak. Juga dikarenakan Allah lebih banyak menolak dan menghilangkan bencana dan adzab dengan perantara amalan shalih mereka, daripada memberikan kemenangan dan kejayaan dengan amalan tersebut kepada kaum muslimin”. (maksud dari perkataan beliau yang terakhir adalah: bahwa berkat amalan-amalan shalih yang dikerjakan oleh para sahabat yang dahulu ikut di dalam perang Badar, maka kaum muslimin sering diselamatkan dari bencana dan adzab. Maka dengan mengetahui hal ini, Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) ingin agar para veteran yang mulia ini tetap beribadah dan tidak perlu terjun ke dalam medan perang, agar nantinya akan ada lebih banyak lagi bencana dan adzab yang tidak akan menimpa kaum muslimin berkat amalan-amalan shalih mereka).

Kemudian setelah itu Ibnul Atsir (Rahimahullah) melanjutkan: “Akan tetapi rupanya Umar (Radhiyallahu ‘Anhu) tidak sependapat dengan Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) dalam hal ini. Beliau berpendapat bahwa ada baiknya jika para veteran ini tetap dijadikan dan dimasukkan ke dalam barisan pasukan Islam yang berjuang melawan kaum murtad (karena bagaimanapun juga, jika keberkatan mereka saja bisa menghampiri kaum muslimin secara umum padahal mereka hanya duduk dirumah. Maka bagaimana jika mereka ikut terjun bersama kaum muslimin lainnya ke dalam medan perang?. Tentunya keberkatan yang mereka miliki akan lebih terpancar kuat dan akan lebih membawa banyak kebaikan bagi pasukan yang mereka ikut berjuang bersama mereka)”. Wallahu A’lam Bish-Shawab. 

Insya Allah kisah akan berlanjut ke artikel selanjutnya.

Was-Salam.

   

 

     

 

 

   

0 comments:

Post a Comment