Gambar oleh MartyNZ dari Pixabay. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Setelah Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu)
memaafkan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) atas kesalahannya, beliau pun
memerintahkannya untuk bersiap-siap bersama pasukannya menuju negeri Yamamah.
Beliau juga memobilisasi kaum Muhajirin dan Anshar yang berada di Madinah untuk
berangkat dan bergabung bersama Khalid dan pasukannya menggempur kekuatan
Musailamah yang saat itu berjumlah sekitar 40.000 orang.
Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata
di dalam kitabnya mengenai hal ini: “Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu
‘Anhu) telah meridhoi dan memaafkan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) atas
kesalahannya, beliau mengutusnya kembali untuk bergerak menuju negeri Yamamah
demi memerangi suku Bani Hanifah.
Beliau juga memobilisasi kaum muslimin yang
berada di Madinah dan mempersiapkan mereka untuk berangkat bersama Khalid.
Beliau menunjuk Tsabit bin Qais bin Syammas untuk menjadi pemimpin bagi kaum
Anshar…”.
BACA JUGA:
IKRIMAH (RADHIYALLAHU ‘ANHU) MENYERANG MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.
KHALID (RADHIYALLAHU ‘ANHU) DAN PASUKANNYA TIBA DI NEGERI YAMAMAH.
Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah) mengenai para komandan baru yang ditunjuk oleh Abu Bakar, beliau berkata: “…Ketika Abu Bakar telah memaafkan dan meridhoi Khalid atas kesalahannya, beliau kembali mengangkatnya menjadi pemimpin bagi kaum muslimin dalam menghadapi Musailamah al-Kadzdzab.
Beliau juga memobilisasi kaum Muhajirin dan
Anshar untuk ikut bersamanya. Dimana beliau mengangkat Tsabit bin Qais bin
Syammas untuk menjadi komandan bagi kaum Anshar, dan Abu Hudzaifah juga Zaid
bin al-Khaththab beliau angkat menjadi komandan bagi kaum Muhajirin…”.
Adapun Ibnu Jarir (Rahimahullah),
beliau berkata: “…Abu Bakar memobilisasi kaum muslimin yang ada di Madinah
untuk ikut bersama Khalid menuju negeri Yamamah. Dimana beliau mengangkat
Tsabit bin Qais dan al-Barra’ bin Fulan menjadi komandan bagi kaum Anshar. Dan
bagi kaum Muhajirin, beliau mengangkat Abu Hudzaifah dan Zaid menjadi komandan
mereka.
Beliau juga mengangkat bagi setiap kabilah
yang ikut ke dalam pasukan ini seseorang dari mereka untuk menjadi komandan
bagi mereka.
Khalid sendiri setelah mendapatkan maaf
dari Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu), beliau segera berangkat menemui
pasukannya yang saat kepergiannya ke Madinah, mereka masih menetap di daerah
al-Buthah. Dan sesampainya beliau disana, beliau menunggu kedatangan pasukan
tambahan yang telah dipersiapkan oleh Abu Bakar diatas. Dan ketika mereka tiba,
Khalid segera berangkat bersama pasukannya menuju negeri Yamamah yang pada saat
itu suku Bani Hanifah yang berada di negeri tersebut memiliki jumlah yang
sangat banyak.
As-Sirriy telah menulis untukku, dari
Syu’aib, dari Saif, dari Abi ‘Amr bin al-‘Alla’, dari beberapa orang gurunya,
dimana mereka berkata: ‘Jumlah kaum pria yang siap berperang milik suku Bani
Hanifah saat itu adalah 40.000 orang, yang tersebar di seluruh penjuru negeri
Yamamah. Dan disaat Khalid dan pasukannya telah siap, berangkatlah mereka semua
menuju negeri Yamamah…”.
Ibnu Katsir (Rahimahullah)
menceritakan mengenai perjalanan Khalid ini di dalam kitabnya, beliau berkata:
“…Maka berangkatlah Khalid bersama pasukannya, dan tidaklah mereka bertemu di
tengah jalan dengan sekelompok orang murtad, kecuali akan mereka perangi
orang-orang murtad tersebut. Mereka juga bertemu dengan sekelompok penunggang
kuda milik Sajah, dimana mereka memporak-porandakan barisan penunggang kuda
tersebut, untuk kemudian Khalid memerintahkan agar mereka diusir keluar dari
jazirah arab.
Abu Bakar ash-Shiddiq mengambil langkah
hati-hati dengan mengirimkan sebuah pasukan yang beliau perintahkan mereka
untuk berjalan dibelakang pasukan Khalid demi menjaga mereka dari serbuan musuh
yang datang dari arah belakang…”. Kemudian setelah itu beliau mengisahkan
mengenai kesalahan yang diperbuat oleh Ikrimah (Radhiyallahu ‘Anhu) yang
kisahnya telah saya tuliskan di artikel yang lalu.
Pernyataan bahwa Abu Bakar (Radhiyallahu
‘Anhu) menyiapkan sebuah pasukan dibelakang Khalid demi menjaganya agar
tidak diserang musuh dari arah belakang, juga dituliskan oleh Ibnul Atsir (Rahimahullah)
di dalam kitabnya, dimana beliau berkata: “…Abu Bakar mengirimkan dibelakang
Khalid sebuah pasukan yang beliau perintahkan mereka untuk menjaga Khalid dan
pasukannya dari arah belakang, agar mereka tidak diserang oleh musuh dari arah
tersebut…”.
Ibnul Atsir (Rahimahullah) juga
menyebutkan perkataan Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) yang berbunyi: “Aku
tidak akan memakai tenaga para veteran perang Badar dan tidak akan menjadikan
mereka salah satu dari pasukanku, karena aku ingin membiarkan mereka hidup
tenang disisa umur mereka hingga mereka bisa menemui Allah dengan bekal amalan
shalih yang banyak. Juga dikarenakan Allah lebih banyak menolak dan
menghilangkan bencana dan adzab dengan perantara amalan shalih mereka, daripada
memberikan kemenangan dan kejayaan dengan amalan tersebut kepada kaum
muslimin”. (maksud dari perkataan beliau yang terakhir adalah: bahwa berkat
amalan-amalan shalih yang dikerjakan oleh para sahabat yang dahulu ikut di
dalam perang Badar, maka kaum muslimin sering diselamatkan dari bencana dan
adzab. Maka dengan mengetahui hal ini, Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu)
ingin agar para veteran yang mulia ini tetap beribadah dan tidak perlu terjun
ke dalam medan perang, agar nantinya akan ada lebih banyak lagi bencana dan
adzab yang tidak akan menimpa kaum muslimin berkat amalan-amalan shalih
mereka).
Kemudian setelah itu Ibnul Atsir (Rahimahullah)
melanjutkan: “Akan tetapi rupanya Umar (Radhiyallahu ‘Anhu) tidak
sependapat dengan Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) dalam hal ini. Beliau
berpendapat bahwa ada baiknya jika para veteran ini tetap dijadikan dan
dimasukkan ke dalam barisan pasukan Islam yang berjuang melawan kaum murtad
(karena bagaimanapun juga, jika keberkatan mereka saja bisa menghampiri kaum
muslimin secara umum padahal mereka hanya duduk dirumah. Maka bagaimana jika
mereka ikut terjun bersama kaum muslimin lainnya ke dalam medan perang?.
Tentunya keberkatan yang mereka miliki akan lebih terpancar kuat dan akan lebih
membawa banyak kebaikan bagi pasukan yang mereka ikut berjuang bersama
mereka)”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Insya Allah kisah akan berlanjut ke artikel
selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment