Bismillah…
Apa kabar teman-teman semua ?, semoga
semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa
di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga
akhir hayat.
Sesuai janji pada minggu lalu bahwa pada
kesempatan kali ini saya akan membahas tentang: pembai’atan Abu Bakar (Radhiyallahu
Anhu), pembahasan tentang pembai’atan ini akan saya bagi menjadi 2 bagian,
dan pada bagian pertama yang Insya Allah akan saya bahas ini akan bertemakan
seputar pembuktian tentang kelayakan Abu Bakar untuk menjadi khalifah pertama
ummat islam. Tanpa berlama-lama lagi mari kita masuk ke pembahasan inti…
masjid nabawi zaman dulu, by: ihram.co.id. |
1). KHUTBAH NABI (SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM) LIMA HARI MENJELANG WAFAT.
Lima hari menjelang wafat, Nabi (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) mandi di rumahnya dalam rangka persiapan untuk menunaikan
sholat berjamaah. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa sahabat Ibnu Abbas (Radhiyallahu
Anhuma) mengkhabarkan bahwa Nabi keluar dengan mengikatkan kain di
kepalanya yang ujungnya terjuntai di antara 2 bahunya, beliau naik ke atas mimbar, kemudian menyampaikan
khutbah, hingga akhirnya Ibnu Abbas berkata: “Itulah majelis dan khutbah
terakhir Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)”.
Isi dari khutbah tersebut adalah: pertama-tama beliau memuji Allah, kemudian menyebutkan perihal orang-orang yang terbunuh di perang Uhud, mendoakan dan memintakan ampunan untuk mereka, kemudian beliau bersabda: {“Wahai kaum Muhajirin sesungguhnya jumlah kalian semakin bertambah banyak, sementara orang-orang Anshar tetap sebagaimana adanya, dan sungguh mereka adalah ibarat rumah tempat kembaliku, oleh karena itu hormatilah orang-orang yang mulia diantara mereka, dan maafkanlah orang-orang yang berbuat kesalahan dari mereka. Wahai sekalian manusia sesungguhnya ada seorang hamba yang disuruh untuk memilih antara kekal di dunia atau memilih apa yang ada di sisi Allah, maka dia memilih apa yang ada di sisi Allah”}.
Pada saat itu yang faham tentang maksud
dari perkataan Nabi yang terakhir hanya Abu Bakar, maka seketika beliau
menangis dan berkata: “Tetapi kamilah yang akan menjadi tebusanmu wahai
Rasulullah dengan diri kami, anak-anak maupun harta kami”, Rasulullah (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) pun menjawab: {“Tenanglah engkau wahai Abu Bakar!,
lihatlah ke arah pintu-pintu rumah yang mengarah ke masjid, maka tutuplah oleh
kalian pintu-pintu tersebut kecuali pintu Abu Bakar, karena sungguh aku tidak
mengetahui ada seseorang yang lebih baik persahabatannya (pertemanannya)
denganku selain Abu Bakar”}.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Sa’id
al-Khudri (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Suatu ketika Rasulullah (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) berkhutbah di hadapan manusia, beliau bersabda: {“Sesungguhnya
Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih
ganjaran pahala dan apa yang ada di sisi-Nya, maka hamba tersebut memilih apa
yang ada di sisi Allah”}.
Abu Sa’id berkata: “Maka Abu Bakar
menangis, kami-pun heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah hanya
menceritakan tentang seorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui
bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa
Sallam) sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu
diantara kami. Kemudian Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)
bersabda: {“Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam
persahabatan dan kerelaan mengeluarkan harta adalah Abu Bakar, andai saja aku
diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasih selain Rabbku pastilah aku
akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan
karenanya. Maka tutuplah semua pintu di masjid selain pintu Abu Bakar”}.
Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Abi
Malikah ia berkata: “Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair (Radhiyallahu
Anhuma) perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, beliau
menjawab: “Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah pernah menyebutkan
perihal dirinya: {“Andai aku dibolehkan mengambil kekasih selain Allah pasti
aku akan memilihnya”}. Abu Bakar berkata: “Samakan bagian kakek dengan
bagian bapak (jika bapak tidak ada)”.
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia berkata: “Pernah seorang wanita mendatangi Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), kemudian beliau menyuruhnya kembali datang menghadapnya (di lain waktu), maka wanita itu bertanya: “Bagaimana jika kelak aku datang namun tidak lagi menjumpaimu?”, maka Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) menjawab: {“Jika engkau tidak menjumpaiku maka datangilah Abu Bakar”}.
2). PERINTAH NABI AGAR ABU BAKAR MENJADI
IMAM BAGI PARA SAHABAT PADA SAAT BELIAU SAKIT.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa sahabat
Abdullah bin Zam’ah bin al-Aswad bin al-Muththalib bin Asad berkata: “Ketika
Rasulullah sakit aku berada di sisinya bersama beberapa orang dari kaum
muslimin, kemudian Bilal mengumandangkan adzan, maka Rasulullah (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) bersabda: {“Perintahkan agar seseorang menjadi imam
kaum muslimin”}. Maka aku keluar, dan di sana aku bertemu Umar, sementara
Abu Bakar ketika itu tidak kelihatan, maka kukatakan kepadanya: “Bangkitlah
wahai Umar dan majulah anda menjadi imam sholat, maka Umar berdiri dan mulai
bertakbir, tatkala Rasulullah mendengar suara Umar -Umar terkenal dengan
suaranya yang keras-, beliau bersabda: {“Mana Abu Bakar?, sesungguhnya Allah
dan kaum muslimin tidak rela akan hal ini, sesungguhnya Allah dan kaum muslimin
tidak rela akan hal ini!”}. (Dalam riwayat Abu Dawud sahabat Abdullah bin
Zam’ah (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Ketika Nabi mendengar suara Umar
seketika beliau mengeluarkan kepalanya dari dalam kamarnya dan berkata: {“Tidak…tidak…tidak
hendaklah yang menjadi imam shalat Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar)!”}. Beliau
mengucapkan hal itu sambil marah”).
Maka diutus seseorang untuk mencari Abu
Bakar dan akhirnya beliau datang ketika Umar telah menyelesaikan sholat dan Abu
Bakar kembali sholat mengimami manusia”.
Abdullah bin Zam’ah (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Umar berkata kepadaku: “Celakalah engkau wahai Ibnu Zam’ah, apa yang telah engkau perbuat terhadapku?, demi Allah aku mengira apa yang kau perintahkan tadi adalah perintah Rasulullah, kalau aku tahu (bahwa itu bukan perintah Rasulullah) niscaya aku tidak akan pernah berani menjadi imam shaolat!”. Aku katakan: “Demi Allah aku tidak pernah di perintahkan Rasulullah untuk memilihmu, namun ketika kulihat Abu Bakar tidak ada maka engkau-lah yang kuanggap lebih berhak untuk menjadi imam kami dalam sholat”.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa sahabat
Ibrahim al-Aswad (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Ketika Rasulullah
menderita penyakit yang membuatnya wafat, maka masuklah waktu sholat dan Bilal
mulai mengumandangkan adzan, maka Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)
bersabda: {“Perintahkan Abu Bakar agar menjadi imam manusia”}.
Ketika istri-istri beliau mendengarnya ada
diantara mereka yang berkata kepada beliau: “Sesungguhnya Abu Bakar adalah
seseorang yang gampang menangis, jika ia menggantikan posisimu sebagai imam
maka dikhawatirkan ia tidak dapat melakukannya, namun Rasulullah mengulangi
kembali perintahnya dan mereka kembali memberi jawaban yang sama, hingga
akhirnya beliau mengulangi untuk ketiga kalinya sambil berkata kepada para
istrinya: {“Sesungguhnya kalian sama saja dengan perempuan yang menggoda
Nabi Yusuf, perintahkan Abu Bakar menjadi imam shalat!”}. (Ibnu Syihab
meriwayatkan tentang peristiwa ini bahwa Aisyah (Radhiyallahu Anha)
berkata: “Aku telah membantah Rasulullah dalam masalah ini, dan tidaklah aku
berbuat demikian kecuali takut manusia akan merasa pesimis terhadap Abu Bakar,
maka aku ingin agar Rasulullah melimpahkan perintahnya kepada selain Abu
Bakar”.
BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 3}. KEISLAMAN DAN JASA-JASA.
BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 5}. PEMBAI'ATAN SECARA KHUSUS DI TSAQIFAH BANI SA'IDAH.
Dalam kitab Shahihain disebutkan
pula tentang perkataan Aisyah ketika beliau mengoreksi perintah Nabi (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) diatas, beliau berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya
Abu Bakar adalah seorang lelaki yang halus perasaannya dan jika dia
menggantikan posisimu niscaya dia tidak akan sanggup”. Rasulullah menjawab: {“Perintahkan
Abu Bakar agar menjadi imam, sesungguhnya kalian sama saja seperti para wanita
yang menggoda Nabi Yusuf!”. Maka sejak itu Abu Bakar menjadi imam sholat
dimasa Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) hidup).
Maka keluarlah Abu Bakar sementara Nabi
merasakan badannya agak lebih ringan, akhirnya beliau dipapah 2 orang lelaki,
dan aku dapat melihat kakinya melangkah perlahan disebabkan sakit (yang
menimpanya), kemudian Abu Bakar berkeinginan mundur namun Rasulullah
mengisyaratkan agar ia tetap di tempatnya, kemudian Rasulullah dipapah hingga
akhirnya sholat dalam keadaan duduk di sampingnya”.
Imam al-A’masyi pernah ditanya: “Apakah
Nabi sholat menjadi imam dan Abu Bakar mengikuti sholatnya sementara
orang-orang sholat mengikuti Abu Bakar?”, maka dia menganggukkan kepalanya dan
berkata: “Ya!”.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah cerita bahwa Ubaidullah bin Abdillah masuk menemui Aisyah dan bertanya padanya: “Maukah anda menceritakan padaku perihal Rasulullah sakit?”, ia berkata: “Ya, ketika penyakit beliau semakin parah, beliau berkata: {“Apakah orang-orang telah shalat?”}, kami katakan: “Belum!, mereka menunggumu wahai Rasulullah”, beliau berkata: {“Siramkan air ke dalam bejana!”}, kami segera melakukannya. Kemudian Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) mandi, ketika selesai beliau siap-siap berangkat namun akhirnya jatuh pingsan, selang beberapa lama kemudian beliau kembali sadar dan bertanya dengan pertanyaan di atas, kemudian pingsan kembali hingga peristiwa ini terulang sampai 3 kali. Waktu terjadinya peristiwa ini bertepatan dengan waktu sholat Isya’, akhirnya Nabi-pun mengutus seseorang untuk mencari Abu Bakar agar ia yang menjadi imam sholat, ketika Abu Bakar sampai ia berkata kepada Umar: “Wahai Umar majulah anda sebagai imam sholat”, Umar menjawab: “Anda lebih berhak untuk menjadi imam”. Maka beberapa hari sejak itu Abu Bakar menjadi imam sholat.
Perihal 2 orang sahabat yang memapah Nabi (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) ke masjid salah satunya adalah: al-Abbas, Ibnu Abbas
mengatakan bahwa orang kedua yang memapah Nabi pada waktu itu adalah: Ali bin
Abi Thalib (Radhiyallahu Anhum Ajma’in).
Syaikh Abul Hasan al-Asy’ari berkata: “Sikap Rasulullah ketika mengedepankan Abu Bakar sebagai imam sholat adalah pertanda bahwa beliau-lah orang yang paling alim dari seluruh sahabat dan yang paling baik bacaannya, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadits yang disepakati oleh ulama keshahihannya bahwa Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) bersabda: {“Orang yang berhak menjadi imam bagi suatu kaum adalah yang paling baik bacaannya terhadap kitab Allah, jika ternyata bacaannya sama baiknya, maka yang lebih berhak adalah orang yang lebih mengetahui (mengilmui) sunnah, dan jika ternyata mereka sama alimnya maka yang di dahulukan adalah yang lebih tua, dan jika ternyata usia mereka sama maka yang di dahulukan adalah yang lebih dahulu keislamannya”}. Ibnu Katsir berkata: “Ungkapan Abul Hasan al-Asy’ari ini sangat layak untuk ditulis dengan tinta emas. Dan seluruh kriteria imam terkumpul dalam sosok Abu Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu Anhu)”.
3). MENINGGALNYA NABI (SHALLALLAHU
‘ALAIHI WA SALLAM).
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa sahabat
Anas bin Malik (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Sudah 3 hari Rasulullah
tidak dapat keluar menjadi imam sholat, maka pada hari ketiga (hari Senin)
setelah iqamat dikumandangkan, ketika Abu Bakar bersiap-siap untuk maju, Nabi (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) bersabda: {“Bukalah hijab rumah ini”},
ketika wajah Nabi muncul maka seketika kami merasa tidak ada pemandangan yang
lebih indah dari wajah Nabi yang muncul (dalam riwayat Imam Bukhari yang lain
sahabat Anas bin Malik berkata: “Wajah beliau putih laksana kertas dalam
keadaan tersenyum lebar, konsentrasi kami nyaris terganggu disebabkan perasaan
senang dapat melihat Rasulullah), namun beliau mengisyaratkan agar Abu Bakar
tetap menjadi imam dan kemudian beliau kembali menutup kain rumahnya. Dan pada
hari itulah beliau wafat (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)”.
Az-Zuhri berkata: “Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Saburah bahwa Abu Bakar menjadi imam para sahabat sebanyak 17 kali sholat, ada yang mengatakan 20 kali sholat, wallahu a’lam”. Kemudian mereka melihat wajah Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) yang mulia pada pagi hari Senin dan beliau melihat mereka untuk terakhir kalinya sebagai tatapan perpisahan yang hampir saja mengganggu sholat mereka. Itulah kali terakhir mayoritas sahabat melihat beliau (Shallallahu Alaihi Wa Sallam).
Inilah sedikit gambaran tentang kelayakan
sekaligus keberhakan Abu Bakar dalam memegang kendali kaum muslimin sepeninggal
Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), semoga penjelasan ini bisa
bermanfaat untuk kaum muslimin secara umum.
Saya rasa cukup sekian dulu untuk minggu
ini, dan sampai jumpa di minggu depan dengan tema selanjutnya, yaitu:
Pembai’atan Abu Bakar menjadi khalifah (2). Insya Allah.
Was-Salam.