Wednesday, January 27, 2021

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 3}. KEISLAMAN DAN JASA-JASA.

 

Bismillah…

Apa kabar teman-teman semua ?, semoga semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga akhir hayat.

Sesuai janji pada minggu lalu bahwa saya akan membahas pada pertemuan kali ini tentang: “keislaman Abu Bakar dan sedikit cuplikan perjuangan beliau semasa hidup Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)”, akan tetapi sebelum masuk ke pembahasan inti saya ingin menambahkan sedikit informasi yang terluput dari pembahasan minggu lalu, yaitu:…

masjidil haram zaman dulu, by: medcom.id.

1). ISTRI DAN ANAK-ANAK.

Abu Bakar (Radhiyallahu anhu) sendiri semasa hidupnya pernah menikahi kurang-lebih 4 wanita, salah satunya beliau nikahi pada masa Jahiliyah. Wanita-wanita ter-sebut adalah:

Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad, wanita ini beliau nikahi pada masa Jahiliyah dan lahir darinya 2 orang anak, mereka adalah: Abdullah dan Asma’ (Radhiyallahu Anhuma).

Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman (Radhiyallahu Anha), beliau berasal dari suku Kinanah dan lahir darinya 2 orang anak, mereka adalah: Abdurrahman dan ‘Aisyah (Radhiyallahu Anhuma).

Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al-Khats’amiyyah (Radhiyallahu Anha), beliau sebelumnya adalah istri dari sahabat Ja’far bin Abi Thalib (Ra-dhiyallahu Anhu), lahir darinya 1 orang anak, dia adalah: Muhammad bin Abu Bakar (Radhiyallahu Anhuma).

Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair (Radhiyallahu Anha), beliau berasal dari kabilah Bani al-Haris bin al-Khazraj, lahir darinya 1 orang anak, dia adalah: Ummu Kultsum.

Inilah 4 orang wanita yang pernah di nikahi oleh Abu Bakar (Radhiyallahu anhu), informasi ini seharusnya saya cantumkan pada artikel minggu lalu, akan tetapi qo-darullah terluput dari perhatian. Sekarang mari kita simak bersama-sama kisah sel-anjutnya dari biografi Abu Bakar (Radhiyallahu anhu) yang berjudul…

2). KEISLAMAN.

Pada hakekatnya  yang pertama kali masuk Islam adalah 4 orang sahabat, mereka adalah: Khadijah (istri Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)), Abu Bakar, Zaid bin Haritsah, dan Ali bin Abi Thalib (Radhiyallahu anhum).

Dari keempat orang tersebut yang mutlak sebagai sahabat yang paling pertama ma-suk Islam adalah istri Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) yaitu Khadijah (Radhi-yallahu Anha).

Adapun Abu Bakar maka beliau di nobatkan sebagai sahabat yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki, dan dari kalangan budak adalah Zaid bin Har-itsah, dan dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib (Radhiyallahu anh-um).

Tentang keislaman Abu Bakar ini Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) pernah ber-sabda dalam sebuah hadits shahih, beliau bersabda: {“Tidaklah aku mengajak seo-rangpun untuk masuk Islam kecuali dalam hatinya ada celah (keraguan, penolakan, dll), kecuali Abu Bakar”}. Hadits ini menunjukkan bahwa Abu Bakar masuk Islam di karenakan beliau telah memikirkan tentang Islam ini dengan akal yang jernih dan tenang, dan akhirnya beliau-pun berkesimpulan bahwa Islam ini memang adalah agama yang benar.

Kepintaran, akal yang jernih, dan selalu memikirkan segala sesuatu dengan tenang memang telah menjadi kelebihan Abu Bakar, kisah-kisah tentang hal ini banyak sekali diantaranya adalah kisahnya bersama minuman keras yang telah saya can-tumkan pada artikel minggu lalu, dan juga kisahnya bersama patung-patung yang dijadikan sesembahan oleh anggota kabilahnya, dimana kisahnya tersebut sangat mirip dengan kisah nabi Ibrahim (Alaihis Salam) yang pada endingnya Abu Bakar melempari patung-patung tersebut dengan batu, karena beliau berpikir bahwa pa-tung-patung tersebut memang tidak layak untuk disembah.

Setelah keislamannya hubungan Abu Bakar dan Rasulullah makin dekat (sebelum datangnya Islam-pun hubungan mereka sudah sangat dekat), hal ini di buktikan oleh perkataan Ammar bin Yasir (Radhiyallahu Anhu), dimana beliau berkata: “Aku melihat Rasulullah pada waktu itu tidak ada yang mengikutinya kecuali lima orang budak, dua wanita, dan Abu Bakar”.

Karena kedekatan hubungan persahabatan tersebut akhirnya Nabi-pun menjadikan-nya sebagai orang kepercayaan sekaligus wazirnya (wakil) dalam mengurusi kaum muslimin dan senantiasa mengajaknya untuk bermusyawarah dan merundingkan solusi dari permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh kaum muslimin pada waktu itu.

Pada akhirnya dengan kegigihan dan semangat yang tinggi Abu Bakar (Radhiyal-lahu Anhu) berhasil mengajak beberapa tokoh dan nama-nama besar untuk masuk dan memeluk Islam, mereka adalah: Utsman bin Affan, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah (Rad-hiyallahu anhum). Dan atas izin Allah mereka semua kelak menjadi 10 orang yang dijamin dengan Surga oleh Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam).

Beberapa gambaran tentang perjuangan beliau semasa hidup Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) bisa kita ikuti pada poin berikut…

3). JASA-JASANYA UNTUK ISLAM DAN KAUM MUSLIMIN    KETIKA NABI (SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM) HIDUP.

Di awal keislamannya beliau senantiasa mendampingi Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) sebagaimana yang telah saya sebutkan diatas, dan juga selain mendampi-ngi Nabi beliau juga menginfakkan uang yang di milikinya sebesar 40.000 dirham untuk Islam dan kaum muslimin ikhlas hanya mengharapkan wajah Allah (Azza Wa Jalla). (40.000 dirham Uni Emirat Arab jika dirupiahkan maka jumlahnya adalah: 153.531.167.44 rupiah).

BACA JUGA: KISAHSANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 2}. KELAHIRAN, NAMA, KLAN, KARAKTER, DAN JULUKAN.

BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 4}. PEMBAI'ATAN MENJADI KHALIFAH; PEMBUKTIAN.

Selain menginfakkan harta beliau juga banyak membebaskan budak-budak yang di siksa karena keislamannya, seperti: Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy, Zinn-irah, Nahdiyyah dan kedua putrinya, serta seorang budak wanita milik Bani Muam-mal.

Di dalam buku-buku sejarah terkhusus buku-buku yang menceritakan tentang Sirah Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) tersebutkan beberapa kisah masyhur, dimana kisah-kisah tersebut bercerita tentang peran sekaligus sikap tegas yang diambil oleh Abu Bakar sebagai pendamping sekaligus penjaga Rasulullah (pada awal-awal masa Islam) untuk melindungi dan menjauhkan dari diri beliau segala mara bahaya yang ingin ditimpakan kepada beliau oleh orang-orang musyrik Quraisy.

Diantaranya adalah kisah Abu Bakar bersama salah satu tokoh Quraisy yang Ber-nama Uqbah bin Abi Mu’ith, kisahnya sebagai berikut: Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair beliau berkata: “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru (Radhiyallahu Anhuma) tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakit-kan bagi Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), maka dia berkata: “Aku per-nah melihat Uqbah bin Abi Mu’ith mendatangi Nabi yang sedang sholat, tiba-tiba dia melilit leher Nabi dengan surban miliknya kemudian mencekik beliau dengan sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membela Nabi dan melepaskan lilitan surban tersebut seraya berkata: {“Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan “Rabbku ialah Allah” padahal dia telah datang ke-padamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu.”}, (Al-Mukmin: 28).

Dan juga sebuah kisah yang terjadi antara Abu Bakar dengan Utbah bin Rabi’ah, dimana pada saat itu situasi Makkah sedang panas karena terjadi perkelahian antara kaum muslimin dan kafir Quraisy. Utbah pada waktu itu berdiri di depan Abu Ba-kar untuk menghalanginya dari membalas serangan orang-orang Quraisy, dan kem-udian memukulnya hingga lebam wajahnya, kabar tentang pemukulan ini akhirnya sampailah kepada keluarga Abu Bakar yaitu suku Taim, maka mereka-pun berse-gera menuju ke lokasi perkelahian dan menyelamatkan Abu Bakar yang pada wak-tu itu sedang di keroyok oleh orang-orang Quraisy dan keadaannya sangat kritis kemudian membawanya ke perkampungan mereka, ketika sampai sebagian dari mereka berteriak: “Demi Allah jika Abu Bakar mati kita akan membunuh Utbah”. Kemudian mereka berusaha untuk menyadarkan Abu Bakar hingga akhirnya beli-aupun sadar dan sontak berkata: “Kabarkan kepadaku apa yang sekarang sedang diperbuat oleh Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)”, kaumnya pun langsung mencelanya karena perkataannya itu yang tidak mempedulikan dirinya sendiri tapi malah mempedulikan orang lain. Akhirnya mereka-pun meminta kepada ibunya untuk memberinya makan dan minum agar tenaganya pulih kembali, akan tetapi beliau menolak untuk makan dan minum kecuali mereka memberitahunya posisi Nabi, keadaan, dan apa yang sedang Nabi kerjakan. Maka mereka memberitahunya bahwa Nabi sedang berada di rumah al-Arqam bin Abil Arqam, Abu Bakar lantas mendesak kaumnya agar membiarkannya untuk pergi menuju rumah tersebut, ak-hirnya mereka menyerah dan membiarkan Abu Bakar pergi dengan di topang oleh ibunya dan teman ibunya hingga sampai di rumah tersebut, dan ketika Nabi me-lihatnya beliau langsung memeluk sahabatnya tersebut yang rela dikeroyok oleh orang Quraisy demi membelanya dan demi membela kaum muslimin dan da’wah Islam.

Setelah berbagai kejadian menyakitkan tersebut semakin teguhlah keyakinan dan tekad Abu Bakar untuk membela dan melindungi Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), hal ini terbukti dengan berbagai peristiwa yang terjadi dikemudian hari dimana Abu Bakar menemani Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, di dalam gua Tsur, ketika perang Badr, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, penaklukan kota Makkah, Hunain, Tabuk, dan pertempuran-pertem-puran besar lainnya.

Karena berbagai jasa yang dipersembahkan oleh Abu Bakar kepada Nabi, Islam dan kaum muslimin tersebut akhirnya beliau-pun menjadi sahabat yang paling mulia. Berkata Ibnu Umar (Radhiyallahu Anhuma): “Kami selalu membanding-bandi-ngkan para sahabat di masa Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) maka kami sepakat memilih Abu Bakar yang paling utama, kemudian Umar, selanjutnya Uts-man bin Affan (Radhiyallahu Anhum)”.

Muhammad bin al-Hanafiyah juga berkata: “Kutanyakan pada ayahku siapa manu-sia yang paling baik setelah Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)?”, maka beliau menjawab: “Abu Bakar”, kemudian kutanya lagi: “Siapa setelahnya?”, beli-au menjawab: “Umar”, dan aku takut jika beliau menyebutkan Utsman sesudahnya maka kukatakan: “Setelah itu pasti anda”, namun beliau menjawab: “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin”.

Inilah sekelumit kisah tentang keislaman Abu Bakar dan sedikit cuplikan perjua-ngan beliau semasa hidup Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), dan saya pikir cukup sekian dulu untuk minggu ini, dan sampai jumpa minggu depan dengan tema selanjutnya yaitu: Pembai’atan Abu Bakar menjadi khalifah (Insya Allah).

Was-Salam.

 

0 comments:

Post a Comment