Friday, July 16, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN, ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 5).

 

Hujan Badai, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu telah saya sebutkan bahwa yang naik tahta menggantikan Dzu Nuwas sebelum orang-orang Habasyah mengambil secara keseluruhan negeri Yaman dari orang-orang Himyar adalah Dzu Jadan al-Himyariy.

Berkata as-Suhailiy di dalam bukunya ar-Raudhul Unuf mengenai Dzu Jadan ini: “…Kemudian Dzu Nuwas menceburkan diri di laut, dan yang naik tahta setelahnya dari orang Himyar adalah seseorang yang dipanggil dengan julukan Dzu Jadan, nama aslinya adalah ‘Alas bin al-Harits (berkata syaikh Abdurrahman al-Wakil: “Disebutkan di dalam kamus bahwa namanya adalah: ‘Alas bin Yasyrah ibn al-Harits)”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 4).

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 6).

Kemudian imam as-Suhailiy menyebutkan arti dari julukan yang disematkan pada ‘Alas ini, beliau berkata: “Dan arti dari al-Jadan adalah: suara yang merdu (jadi arti dari Dzu Jadan adalah: seseorang yang memiliki suara emas).

Dikatakan bahwa sebab dari disematkannya julukan Dzu Jadan pada ‘Alas bin al-Harits adalah: karena orang ini adalah orang pertama yang melantunkan nyanyian secara terang-terangan di negeri Yaman, maka orang-orangpun menjulukinya sebagai Dzu Jadan (seseorang yang memiliki suara merdu).

Adapun arti lain (atau maksud lain) dari kata al-Jadan adalah: nama sebuah gurun pasir yang terletak di negeri Yaman. Dimana al-Bakriy menjelaskan sebab dari dijulukinya ‘Alas bin al-Harits dengan Dzu Jadan (jika al-Jadan ini diartikan sebagai gurun pasir): bahwa dia (‘Alas bin al-Harits) berasal dari gurun pasir yang bernama al-Jadan tersebut, dan kepada gurun pasir itulah dia dinisbatkan (oleh karena itu dia dijuluki sebagai Dzu Jadan, seakan-akan julukan ini mengisyaratkan kepada asal-usul ‘Alas bin al-Harits dan dari mana dia berasal)”.

Kemudian as-Suhailiy menyebutkan cerita mengenai kekalahan Dzu Jadan ketika berhadapan dengan orang-orang Habasyah, dan juga cerita mengenai bunuh dirinya dia dengan menenggelamkan diri di laut sebagaimana yang dilakukan oleh Dzu Nuwas.

Berkata Ibnu Ishaq bahwa Dzu Jadan ini melantunkan beberapa bait sya’ir dalam rangka menangisi keadaan rakyat Yaman yang ditimpa oleh kehinaan setelah kedatangan orang-orang Habasyah ke tanah mereka, dimana dahulu mereka tidak pernah dihinakan sedikitpun, bahkan mereka dahulu adalah sebuah bangsa yang sangat disegani…

Berkata Ibnu Ishaq: “Berkata Dzu Jadan al-Himyariy:

Janganlah engkau menangis, apa-apa yang telah berlalu itu sama sekali tidak bisa menahan keluarnya air mata…

Jangan sampai engkau binasa hanya karena meratapi orang-orang yang telah wafat…

Apakah setelah Yabnun yang tidak ada lagi pemandangan yang setara dengannya…

Dan juga setelah Silhin orang-orang masih mampu merangkai bait-bait sya’ir?...”.

Ibnu Ishaq berkata: “Yabnun, Silhin dan Gumdan adalah nama 3 benteng dari sekian banyak benteng-benteng Yaman yang dihancurkan oleh Aryath, dimana tidak ada satupun benteng pada zaman itu yang bisa menyamai ketiga benteng tersebut”.

Ibnu Ishaq melanjutkan: “Suatu hari seseorang yang bernama ‘Amr bin Ma’di Karib az-Zubaidiy berselisih pendapat dalam suatu masalah dengan seseorang yang bernama Qais bin Maksyuh al-Muradiy, kemudian ternyata Qais ini melampaui batas dengan mengirimkan ancaman pada ‘Amr, maka ketika ‘Amr mendengar bahwa Qais mengancamnya dia segera melantunkan beberapa bait sya’ir demi mengingatkan Qais perihal hal-hal buruk yang telah menimpa orang-orang Himyar. Dimana dahulu mereka adalah orang-orang yang mulia, dan ketika mereka melampaui batas seketika mereka ditimpa kehinaan sekaligus sirna kerajaan mereka untuk selama-lamanya.

Berkata ‘Amr bin Ma’di Karib:

Apakah engkau mengancamku hingga seakan-akan engkau merasa laksana Dzu Ru’ain…

Yang memiliki hidup yang sangat berkecukupan ataukah engkau merasa laksana Dzu Nuwas?...

Dimana mereka berdua dahulu hidup sebelum engkau dilahirkan dalam gelimang kenikmatan…

Juga memiliki kerajaan yang teramat kuat hingga semua orang tunduk pada mereka…

Kerajaan mereka bahkan lebih dahulu ada sebelum munculnya kaum ‘Aad…

Kerajaan yang sangat luas juga kuat sekaligus disegani dan sangat perkasa…

Dan tiba-tiba dalam sekejap seluruh masyarakatnya sirna di waktu sore hari…

Dan di waktu sore itu juga mereka di rubah dari sekumpulan manusia (mulia) menjadi sekumpulan manusia yang lain (hina dina)…”.

Cerita mengenai kekuasaan orang-orang Habasyah di Yaman akan saya ceritakan pada artikel selanjutnya Insya Allah. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment