Tuesday, July 27, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN, ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 13).

 

Hujan Badai, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Berkata Ibnu Jarir ath-Thabariy ketika menjelaskan perihal apa saja yang terjadi dalam kurun waktu antara peristiwa buang air besarnya salah seorang dari suku Bani Fuqaim di gereja al-Qullais, dan keberangkatan Abrahah bersama pasukan bergajahnya menuju Makkah. Beliau berkata: “Dan dahulu di sisi Abrahah ada sekelompok orang yang berasal dari bangsa arab, dimana mereka semua ini bekerja untuknya demi mendapatkan kebaikan-kebaikan dan apa saja yang mungkin mereka dapatkan dari seorang raja. (dari hak-hak khusus karena dekat dengan raja dan sebagainya).

Diantara orang-orang yang loyal kepada Abrahah adalah seorang lelaki bernama Muhammad bin Khuza’iy bin Hazzabah adz-Dzakwaniy as-Silmiy. Orang ini datang  bersama saudaranya yang bernama Qais bin Khuza’iy dan juga sekelompok orang dari suku mereka berdua demi mendekatkan diri kepada Abrahah.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 12).

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 14).

Dan pada suatu hari, Muhammad beserta seluruh anggota sukunya bangun tidur dan mendapati diri mereka sedang berada di tengah-tengah orang-orang Habasyah yang sedang berpesta demi merayakan sebuah hari raya. Dan ternyata karena hubungan mereka yang sangat dekat dengan Abrahah (terlebih mereka adalah orang-orang yang sebangsa dengan para tuan rumah, karena Abrahah dan segenap orang-orang Habasyah berasal dari tanah afrika, sementara Muhammad beserta seluruh anggota sukunya sebangsa dengan orang-orang Yaman. Maka karena hal ini Abrahah ingin memuliakan mereka sebagai para tuan rumah yang dengan baik hati bersedia bekerja sama dengan para tamu dalam menertibkan kawasan Yaman dan sekitar), Abrahah memuliakan mereka dengan mengirimkan kepada mereka makanan yang diperuntukkan khusus untuknya, makanan khusus ini bahan utamanya adalah testis atau buah zakar hewan ternak (kambing atau sapi).

Ketika makanan ini telah sampai di kediaman Muhammad bersama teman-temannya, mereka berkata kepada sang kurir: “Demi Allah, jika kami bersedia memakan makanan yang engkau bawa ini, maka pasti kami akan senantiasa menjadi bahan olok-olokan bangsa arab selama kami hidup!”.

Karena merasa jijik, Muhammad-pun berdiri hendak pergi dari rumah tersebut. Akan tetapi bertepatan dengan berdirinya dia, tiba-tiba Abrahah muncul. Melihat bahwa si pengirim telah datang, Muhammad segera berkata kepadanya: “Wahai raja, jika hari ini adalah hari raya kalian, maka hari ini juga adalah hari raya kami. Dan yang perlu engkau ketahui adalah jika datang hari raya maka kami tidak akan memakan dari daging hewan kecuali bagian pinggirnya yang dipenuhi daging juga kaki-kakinya”.

Mendengar hal ini, Abrahah ingin mengoreksi kesalahannya dengan mengatakan: “Baiklah, kalau begitu kami akan mengirim kepada kalian makanan-makanan yang kalian suka. Sungguh aku tadi tidak berniat merendahkan kalian, karena yang kuinginkan hanyalah memuliakan kalian dengan mengirimkan kepada kalian makanan yang diperuntukkan khusus untukku, dimana segala penghormatanku ini dikarenakan jasa-jasa dan kedekatan kalian kepadaku”.

Setelah itu, Abrahah tidak mencukupkan diri dengan hanya memperbaiki keadaan dengan kata-kata. Akan tetapi dia juga hendak mengangkat kembali semangat orang-orang arab yang bersamanya dengan cara memahkotai pemimpin mereka Muhammad bin Khuza’iy dan melantiknya menjadi salah satu petinggi kerajaan.

Ketika acara pelantikan telah usai, Abrahah memberikan tugas pertama bagi Muhammad, tugas tersebut adalah hendaknya dia berangkat menuju perkampungan anak cucu Mudhar dengan misi mengajak seluruh cabang-cabang suku Mudhar agar bersedia untuk berhaji ke gereja al-Qullais sebagai ganti dari berhaji ke tanah suci dan rumah suci Ka’bah al-Musyarrafah. (sebenarnya orang yang berasal dari suku Bani Fuqaim yang dengan nekad telah berani membuang hajat di dalam gereja al-Qullais adalah salah satu dari anak cucu Mudhar. Silsilah nasab orang bernama Fuqaim sendiri telah disebutkan oleh Ibnu Ishaq, beliau berkata: “Fuqaim bin ‘Adi bin ‘Amir bin Tsa’labah bin al-Harits bin Malik bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar”).  

Maka setelah menerima mandat pertamanya sebagai petinggi kerajaan, Muhammad bin Khuza’iy segera berangkat bersama saudaranya menuju perkampungan anak cucu Mudhar.

Setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya Muhammad bin Khuza’iy tiba di sebagian daerah tempat tinggal suku Bani Kinanah. Dan ketika anggota suku Bani Kinanah mengetahui tujuan dari kedatangannya, mereka mengutus salah seorang dari suku Hudzail yang bernama: Urwah bin Hiyadh al-Mallashiy dengan misi membunuh Muhammad bin Khuza’iy.

Maka berjalanlah Urwah, sesampainya dia di tempat yang cocok untuk melaksanakan misinya, dia segera memanah Muhammad bin Khuza’iy dan berhasil membunuhnya. Dan Qais saudara Muhammad yang saat itu bersamanya segera kabur menuju Yaman setelah melihat saudaranya jatuh tersungkur tidak berdaya karena sebuah anak panah.

Sesampainya di Yaman, dia segera menemui Abrahah dan memberitahunya perihal kematian saudaranya dan bahwa saudaranya itu mati di bunuh. Mendengar hal ini, Abrahah-pun semakin naik pitam dan bersumpah akan benar-benar menghancur leburkan suku Bani Kinanah (sebagai suku yang salah seorang anggotanya telah berani buang hajat di dalam gereja al-Qullais, juga yang telah berani membunuh utusan yang dikirimnya dengan damai tanpa pasukan dan tanpa senjata) juga rumah suci Ka’bah al-Musyarrafah”.

Setelah itu Abrahah segera berangkat menuju Makkah bersama pasukan bergajahnya.

Akan tetapi berhubung pada artikel selanjutnya saya akan membahas perihal pasukan bergajah, maka ada baiknya kita mendengar penjelasan Ibnu Katsir berikut…

Berkata Ibnu Katsir: “Dikatakan bahwa orang yang pertama kali mengendarai gajah adalah Fereydun bin Atsfiyan, dia adalah orang yang telah berhasil mengalahkan adh-Dhahhak. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh ath-Thabariy, Fereydun ini juga dikatakan bahwa dialah yang pertama kali memakai pelana ketika mengendarai kuda.

Adapun yang pertama kali mengendarai kuda adalah Tahmuras, dia adalah sang raja ketiga dari raja-raja yang menguasai dunia pada zamannya.

Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa justru orang yang pertama kali mengendarai kuda adalah Nabi Ismail bin Ibrahim (‘Alaihima as-Salam). Dan yang menjadi kemungkinan terkuat adalah bahwa Nabi Ismail merupakan orang arab pertama yang mengendarai kuda. Wallahu Ta’ala A’lam”.

Kemudian beliau melanjutkan penjelasan dengan menyebutkan cara yang dipakai oleh sebagian panglima perang untuk menghalau gajah-gajah yang dibawa oleh pasukan India ketika mereka berperang dengan orang-orang India, cara tersebut adalah dengan membawa semacam lonceng ke medan perang agar para pasukan bisa membuat suara-suara gaduh yang dengannya gajah-gajah tersebut akan lari. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah kisah mengenai keberangkatan Abrahah dan apa saja yang ditemuinya di tengah jalan akan saya ceritakan di artikel selanjutnya.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment