Gambar oleh tiagocg_ dari Pixabay. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Berkata Ibnu Ishaq: “Tiba-tiba ada
seseorang yang bukan dari keluarga kerajaan naik tahta dan memegang kendali
kekuasaan di Yaman (setelah Hassan bin ‘Amr bin Tubba’), nama orang ini adalah:
Lakhni’ah Yanuf Dzu Syanatir. Hal pertama yang ia lakukan ketika naik tahta
adalah membantai para pemuka Himyar, dan melecehkan kehormatan keturunan para
raja. Lakhni’ah ini adalah seorang fasik yang gemar melakukan perbuatan
homoseksual kepada pemuda-pemuda yang baru memasuki umur baligh”.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: RAJA-RAJA YAMAN SETELAH TUBBA' BIN HASSAN DAN AWAL-MULA KEMUNCULAN DZU NUWAS.
KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 1).
Berkata Ibnu Jarir dan as-Suhailiy di dalam
kitab mereka masing-masing, bahwa ketika Lakhni’ah membantai para pemuka Himyar
ia didatangi oleh seseorang yang sudah muak melihat perbuatan gilanya tersebut,
orang ini melantunkan bait-bait sya’ir berikut langsung di depan Lakhni’ah:
“Engkau membantai anak-anak dan
mengasingkan para pemuka Himyar…
Engkau telah memberikan kehinaan yang
sangat hina kepada Himyar…
Engkau telah menghancurkan kerajaan Himyar
dengan merendahkan mimpi-mimpinya…
Dan apa yang engkau lenyapkan dari
kemakmuran Himyar sudah terlampau banyak…
Begitulah halnya ummat-ummat sebelum kita
dengan kedzaliman mereka…
Dan keborosan yang mereka perbuat datanglah
kehancuran dan kebinasaan…”.
Ibnu Ishaq melanjutkan: “Dikatakan bahwa
kebiasaan sehari-harinya adalah memanggil para pemuda yang berasal dari
golongan darah biru (keturunan para raja) ke istana, lebih tepatnya ke sebuah
kamar yang memang dia siapkan khusus untuk melakukan perbuatan tercela tersebut
di dalamnya. Alasan yang mendasari perbuatannya tersebut (yang hanya menyasar
para pemuda keturunan darah biru) adalah agar ketika para pemuda tersebut
tumbuh dewasa, mereka tidak akan bisa diangkat menjadi raja (karena mereka
telah melakukan perbuatan yang sangat tercela ketika mencapai umur baligh).
Kemudian ketika dia telah memuaskan
nafsunya dengan pemuda yang bersangkutan, ia akan berjalan keluar kamar sembari
menggigit kayu siwak hingga dirinya bisa dilihat oleh semua orang yang ada di
istana. Kelakuannya ini dia jadikan sebagai pertanda bahwa ia telah melakukan
praktek homoseksual dengan pemuda yang keluar bersamanya dari kamar (terkutuk
itu), dan agar si pemuda keluar dalam keadaan terhina (karena aibnya di
pertontonkan secara terang-terangan).
Sampai suatu hari ia mengutus seseorang
untuk menyuruh seorang pemuda yang juga berasal dari golongan darah biru (bahkan
statusnya sebagai darah biru tidak main-main, karena ia adalah anak kandung
Tubba’ orang yang melapisi Ka’bah dengan Kiswah) agar menemuinya di istana,
pemuda ini bernama Zur’ah Dzu Nuwas bin Tubban As’ad saudara kandung Hassan dan
‘Amr. Dzu Nuwas ini masih sangat kecil ketika Hassan dibunuh oleh ‘Amr, dan
dengan berlalunya waktu ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang sangat tampan,
berwibawa dan cerdas.
Ketika si utusan telah sampai di kediaman
Dzu Nuwas dan telah menyampaikan pesan si raja bejat, Dzu Nuwas sadar bahwa
gilirannya akhirnya tiba, maka segera ia mempersiapkan diri demi menghentikan
kegilaan sang raja untuk selama-lamanya. Ia mengambil sebilah pisau yang sangat
tajam dan menyembunyikannya diantara telapak kaki dan sandalnya, ketika telah
siap ia-pun berangkat menuju istana.
Sesampainya ia di istana, para pengawal
segera membawanya menuju kamar terkutuk dimana Lakhni’ah telah menunggu dengan
tidak sabar, ketika kamar itu telah sempurna menjelma sebagai kurungan bagi Dzu
Nuwas (setidaknya inilah yang dipikirkan oleh Lakhni’ah). Dzu Nuwas segera
mengeluarkan sebilah pisau tadi di saat Lakhni’ah lompat ke arahnya dengan buas
demi memuaskan nafsunya yang sudah tidak tertahankan lagi, ketika tubuh Lakhni’ah
telah masuk ke dalam jangkauannya, Dzu Nuwas langsung menikamnya hingga ia
tewas, dan memenggal kepalanya, kemudian kepala tersebut ia taruh di sebuah
ceruk yang ada di dekatnya di dalam kamar tersebut.
Setelah menyelesaikan misinya dengan
sukses, Dzu Nuwas keluar dari kamar sembari menggigit sebatang kayu siwak
sebagaimana kebiasaan Lakhni’ah dahulu, ketika melihatnya para pengawal
bertanya padanya: “Wahai Dzu Nuwas, apakah engkau dalam keadaan basah atau
kering?”, Dzu Nuwas menjawab: “Tanyalah kepala!, …(kemudian ia mengucapkan
sepatah kata dalam bahasa orang Himyar yang tidak saya pahami)”.
Berkata Ibnul Atsir: “Maka para pengawal
itu segera berlarian masuk ke dalam kamar Lakhni’ah ketika mereka mendengar
jawaban Dzu Nuwas yang aneh tersebut, ketika sampai di dalam mereka langsung
melihat kepala Lakhni’ah di dalam ceruk sudah terpisah dari tubuhnya. Melihat hal
ini para pengawal dan seluruh pegawai istana segera berlari keluar istana
mengejar Dzu Nuwas yang sudah tidak peduli lagi akan yang diperbuatnya tadi,
mereka-pun menemuinya di tengah jalan dan segera mengangkatnya sebagai raja
yang baru, karena dia-lah satu-satunya orang yang mampu membebaskan rakyat
Yaman dari cengkraman Lakhni’ah. Dzu Nuwas sendiri adalah seseorang yang
beragama Yahudi”.
Ibnu Ishaq berkata: “Para pengawal tersebut
berkata kepada Dzu Nuwas ketika mereka berhasil mengejarnya: “Tidak ada lagi
orang yang lebih pantas untuk menjadi raja bagi kami selain dirimu, karena
engkau bisa membebaskan kami dari cengkraman orang hina ini (Lakhni’ah)!”.
Berkata syaikh Abdurrahman al-Wakil (syaikh
yang mengoreksi dan mensyarah buku ar-Raudhul Unuf karya imam as-Suhailiy): “Dikatakan
bahwa Dzu Nuwas ini -sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ath-Thabariy
dan Ibnu Khaldun (juga Ibnu Ishaq dan Ibnu Katsir)- dinamai Yusuf setelah ia
naik tahta dan memegang kembali singgasana saudara, ayah dan moyangnya (yang
sempat diambil orang lain). Dia memerintah dari tahun 515 – 525 Masehi
sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian sejarawan, dan dengan dirinya pula di
tutuplah lembaran sejarah silsilah raja-raja Himyar”.
Berkata Ibnu Jarir: “Dzu Nuwas memeluk
agama Yahudi (ketika ia naik tahta) dan ia diikuti pula oleh orang-orang Himyar
dimana mereka semua memeluk agama Yahudi bersama Dzu Nuwas, ia di beri nama
Yusuf dan memerintah selama beberapa tahun. Di tanah Najran ada sekelompok
orang yang memeluk agama Nashrani murni yang sesuai dengan ajaran kitab suci
Injil, mereka adalah orang-orang mulia lagi istiqomah diatas jalan yang lurus…”
Cerita akan berlanjut di artikel
selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment