Thursday, July 1, 2021

SEJARAH YAMAN: DZU NUWAS MEMBUNUH LAKHNI’AH.

 

Gambar oleh tiagocg_ dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Berkata Ibnu Ishaq: “Tiba-tiba ada seseorang yang bukan dari keluarga kerajaan naik tahta dan memegang kendali kekuasaan di Yaman (setelah Hassan bin ‘Amr bin Tubba’), nama orang ini adalah: Lakhni’ah Yanuf Dzu Syanatir. Hal pertama yang ia lakukan ketika naik tahta adalah membantai para pemuka Himyar, dan melecehkan kehormatan keturunan para raja. Lakhni’ah ini adalah seorang fasik yang gemar melakukan perbuatan homoseksual kepada pemuda-pemuda yang baru memasuki umur baligh”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: RAJA-RAJA YAMAN SETELAH TUBBA' BIN HASSAN DAN AWAL-MULA KEMUNCULAN DZU NUWAS.

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 1).

Berkata Ibnu Jarir dan as-Suhailiy di dalam kitab mereka masing-masing, bahwa ketika Lakhni’ah membantai para pemuka Himyar ia didatangi oleh seseorang yang sudah muak melihat perbuatan gilanya tersebut, orang ini melantunkan bait-bait sya’ir berikut langsung di depan Lakhni’ah:

Engkau membantai anak-anak dan mengasingkan para pemuka Himyar…

Engkau telah memberikan kehinaan yang sangat hina kepada Himyar…

Engkau telah menghancurkan kerajaan Himyar dengan merendahkan mimpi-mimpinya…

Dan apa yang engkau lenyapkan dari kemakmuran Himyar sudah terlampau banyak…

Begitulah halnya ummat-ummat sebelum kita dengan kedzaliman mereka…

Dan keborosan yang mereka perbuat datanglah kehancuran dan kebinasaan…”.

Ibnu Ishaq melanjutkan: “Dikatakan bahwa kebiasaan sehari-harinya adalah memanggil para pemuda yang berasal dari golongan darah biru (keturunan para raja) ke istana, lebih tepatnya ke sebuah kamar yang memang dia siapkan khusus untuk melakukan perbuatan tercela tersebut di dalamnya. Alasan yang mendasari perbuatannya tersebut (yang hanya menyasar para pemuda keturunan darah biru) adalah agar ketika para pemuda tersebut tumbuh dewasa, mereka tidak akan bisa diangkat menjadi raja (karena mereka telah melakukan perbuatan yang sangat tercela ketika mencapai umur baligh).

Kemudian ketika dia telah memuaskan nafsunya dengan pemuda yang bersangkutan, ia akan berjalan keluar kamar sembari menggigit kayu siwak hingga dirinya bisa dilihat oleh semua orang yang ada di istana. Kelakuannya ini dia jadikan sebagai pertanda bahwa ia telah melakukan praktek homoseksual dengan pemuda yang keluar bersamanya dari kamar (terkutuk itu), dan agar si pemuda keluar dalam keadaan terhina (karena aibnya di pertontonkan secara terang-terangan).

Sampai suatu hari ia mengutus seseorang untuk menyuruh seorang pemuda yang juga berasal dari golongan darah biru (bahkan statusnya sebagai darah biru tidak main-main, karena ia adalah anak kandung Tubba’ orang yang melapisi Ka’bah dengan Kiswah) agar menemuinya di istana, pemuda ini bernama Zur’ah Dzu Nuwas bin Tubban As’ad saudara kandung Hassan dan ‘Amr. Dzu Nuwas ini masih sangat kecil ketika Hassan dibunuh oleh ‘Amr, dan dengan berlalunya waktu ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang sangat tampan, berwibawa dan cerdas.

Ketika si utusan telah sampai di kediaman Dzu Nuwas dan telah menyampaikan pesan si raja bejat, Dzu Nuwas sadar bahwa gilirannya akhirnya tiba, maka segera ia mempersiapkan diri demi menghentikan kegilaan sang raja untuk selama-lamanya. Ia mengambil sebilah pisau yang sangat tajam dan menyembunyikannya diantara telapak kaki dan sandalnya, ketika telah siap ia-pun berangkat menuju istana.

Sesampainya ia di istana, para pengawal segera membawanya menuju kamar terkutuk dimana Lakhni’ah telah menunggu dengan tidak sabar, ketika kamar itu telah sempurna menjelma sebagai kurungan bagi Dzu Nuwas (setidaknya inilah yang dipikirkan oleh Lakhni’ah). Dzu Nuwas segera mengeluarkan sebilah pisau tadi di saat Lakhni’ah lompat ke arahnya dengan buas demi memuaskan nafsunya yang sudah tidak tertahankan lagi, ketika tubuh Lakhni’ah telah masuk ke dalam jangkauannya, Dzu Nuwas langsung menikamnya hingga ia tewas, dan memenggal kepalanya, kemudian kepala tersebut ia taruh di sebuah ceruk yang ada di dekatnya di dalam kamar tersebut.

Setelah menyelesaikan misinya dengan sukses, Dzu Nuwas keluar dari kamar sembari menggigit sebatang kayu siwak sebagaimana kebiasaan Lakhni’ah dahulu, ketika melihatnya para pengawal bertanya padanya: “Wahai Dzu Nuwas, apakah engkau dalam keadaan basah atau kering?”, Dzu Nuwas menjawab: “Tanyalah kepala!, …(kemudian ia mengucapkan sepatah kata dalam bahasa orang Himyar yang tidak saya pahami)”.

Berkata Ibnul Atsir: “Maka para pengawal itu segera berlarian masuk ke dalam kamar Lakhni’ah ketika mereka mendengar jawaban Dzu Nuwas yang aneh tersebut, ketika sampai di dalam mereka langsung melihat kepala Lakhni’ah di dalam ceruk sudah terpisah dari tubuhnya. Melihat hal ini para pengawal dan seluruh pegawai istana segera berlari keluar istana mengejar Dzu Nuwas yang sudah tidak peduli lagi akan yang diperbuatnya tadi, mereka-pun menemuinya di tengah jalan dan segera mengangkatnya sebagai raja yang baru, karena dia-lah satu-satunya orang yang mampu membebaskan rakyat Yaman dari cengkraman Lakhni’ah. Dzu Nuwas sendiri adalah seseorang yang beragama Yahudi”.

Ibnu Ishaq berkata: “Para pengawal tersebut berkata kepada Dzu Nuwas ketika mereka berhasil mengejarnya: “Tidak ada lagi orang yang lebih pantas untuk menjadi raja bagi kami selain dirimu, karena engkau bisa membebaskan kami dari cengkraman orang hina ini (Lakhni’ah)!”.

Berkata syaikh Abdurrahman al-Wakil (syaikh yang mengoreksi dan mensyarah buku ar-Raudhul Unuf karya imam as-Suhailiy): “Dikatakan bahwa Dzu Nuwas ini -sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ath-Thabariy dan Ibnu Khaldun (juga Ibnu Ishaq dan Ibnu Katsir)- dinamai Yusuf setelah ia naik tahta dan memegang kembali singgasana saudara, ayah dan moyangnya (yang sempat diambil orang lain). Dia memerintah dari tahun 515 – 525 Masehi sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian sejarawan, dan dengan dirinya pula di tutuplah lembaran sejarah silsilah raja-raja Himyar”.

Berkata Ibnu Jarir: “Dzu Nuwas memeluk agama Yahudi (ketika ia naik tahta) dan ia diikuti pula oleh orang-orang Himyar dimana mereka semua memeluk agama Yahudi bersama Dzu Nuwas, ia di beri nama Yusuf dan memerintah selama beberapa tahun. Di tanah Najran ada sekelompok orang yang memeluk agama Nashrani murni yang sesuai dengan ajaran kitab suci Injil, mereka adalah orang-orang mulia lagi istiqomah diatas jalan yang lurus…”

Cerita akan berlanjut di artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment