Wednesday, June 30, 2021

SEJARAH YAMAN: RAJA-RAJA YAMAN SETELAH TUBBA' BIN HASSAN DAN AWAL-MULA KEMUNCULAN DZU NUWAS.

 

Gambar oleh ianproc64 dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Sebelum masuk ke pembahasan yang saya janjikan pada artikel lalu, saya ingin meralat sebuah informasi mengenai julukan yang diperuntukkan bagi ‘Amr bin Tubba’.

Pada artikel yang saya isi mengenai penjelasan tentang sosok ‘Amr, saya mengatakan bahwa julukan yang disematkan padanya adalah al-Mautsaban, dimana asal katanya adalah al-Watsabu yang saya katakan bahwa arti dari kata ini adalah kasur, dan ini adalah sebuah kesalahan. Arti sebenarnya dari al-Watsabu adalah meloncat, menyerang, bangkit, mencapai, dll. Dan bukannya kasur. Ini jika dilihat dari arti bahasa arab.

Adapun jika kita hanya melihat kata Mautsaban saja dan tidak melihat asal katanya, maka menurut al-Mu’jam al-Wasith kata ini sebenarnya dipakai oleh orang-orang Himyar untuk mengatakan bahwa: “seseorang itu sangat senang berada diatas kasur, dan dia sama sekali tidak punya tekad untuk bepergian”. Wallahu A’lam.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH TUBBA' BIN HASSAN.

SEJARAH YAMAN: DZU NUWAS MEMBUNUH LAKHNI’AH.

Sekarang saya akan masuk ke pembahasan, sebenarnya tidak hal-hal istimewa yang terjadi di zaman pemerintahan Tubba’ bin Hassan selain apa-apa yang telah saya sebutkan pada artikel sebelum ini. Akan tetapi bagi para sejarawan muslim yang berpendapat bahwa Tubba’ bin Hassan ini adalah orang yang menyerang Madinah, membawa 2 rahib yahudi ke Yaman, melapisi Ka’bah dengan Kiswah, dan juga yang membawa agama yahudi ke Yaman, maka mereka juga menambahkan cerita mengenai hal-hal diatas pada lembaran-lembaran sejarah pemerintahan Tubba’ bin Hassan.

Dan jikalau pendapat mereka mengenai Tubba’ bin Hassan ini benar, maka saya juga tidak perlu untuk membahas ulang cerita mengenai penyerangannya atas kota Madinah hingga peristiwa penghakiman 2 rahib Yahudi di depan api, karena ini semua telah saya bahas pada artikel-artikel yang membahas sosok Tubban As’ad Abu Karib. Oleh karena itu saya pada artikel ini hanya akan membahas tentang seberapa lama masa pemerintahan Tubba’ bin Hassan, dan setelah itu saya akan langsung pindah membahas perihal raja-raja yang memerintah setelahnya hingga sampai ke cerita Dzu Nuwas bersama Lakhni’ah.

Berhubung kebanyakan sejarawan muslim ketika menulis mengenai periode antara ‘Amr bin Tubba’ hingga pemerintahan Dzu Nuwas mereka mengambil ceritanya dari buku Ibnu Ishaq, dan Ibnu Ishaq sendiri tidak menulis perihal siapa saja yang memerintah pada periode tersebut, maka saya hanya akan mengambil informasi ini dari buku al-Ma’arif karya seorang ulama bernama Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy, dimana beliau ini menyebutkan secara ringkas nama-nama raja yang memerintah pada periode tersebut, dan seberapa lama mereka memegang tampuk kekuasaan.

Berkata Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy: “Tubba’ bin Hassan ini memerintah selama 78 tahun.

Kemudian naik tahta setelahnya seseorang yang bernama Murtsid bin Abdi Kilal, orang ini mempunyai hubungan darah dengan Tubba’ melalui jalur ibunya. Dia adalah seseorang yang cerdas, kuat dan memiliki tekad baja. Setelah kepemimpinannya, tercerai berailah kekuasaan orang-orang Himyar, dimana mereka tidak lagi mampu untuk memerintah Yaman dan seluruh masyarakatnya. Masa pemerintahan Murtsid ini berlangsung selama 41 tahun.

Kemudian naik tahta setelah Murtsid anaknya sendiri yang bernama Wali’ah bin Murtsid, ia adalah seseorang yang cerdas sebagaimana ayahnya, dan mempunyai kemampuan untuk mengatur urusan-urusan negara dengan sangat baik. Dia memerintah selama 37 tahun.

Kemudian naik tahta setelahnya seseorang yang bernama Abrahah bin ash-Shabah, dia adalah seorang yang berilmu dan sangat dermawan. Dia memerintah selama 73 tahun.

Kemudian naik tahta setelahnya anak dari ‘Amr bin Tubba’ yang bernama Hassan, dia ini adalah orang yang didatangi oleh Khalid bin Ja’far bin Kilab dari suku Amir sembari membawa sekumpulan orang dari kaumnya untuk dijadikan budak oleh Hassan, akan tetapi dengan kemurahan hatinya Hassan-pun membebaskan mereka semua, hal inilah yang menyebabkan Khalid memuja-mujanya. Hassan bin ‘Amr ini berkuasa selama 57 tahun.

Kemudian naik tahta setelahnya seseorang yang sama sekali bukan termasuk dari keluarga kerajaan, dia dijuluki dengan Dzu Syanatir (adapun Ibnu Ishaq mengatakan bahwa nama orang ini adalah: Lakhni’ah Yanuf Dzu Syanatir). Dia adalah orang yang sangat kasar dan kejam, dan dia sangat haus darah. Telah dikatakan bahwa orang ini tidak bisa mendengar bahwa di suatu tempat ada seorang pemuda dari keturunan para raja dan telah mencapai umur baligh, kecuali ia akan memanggilnya ke istana untuk mempraktekkan perbuatan homoseksual dengan pemuda tersebut.

Dan dikabarkan pula bahwa suatu hari ia memanggil ke istana seorang pemuda yang termasuk dari keturunan para raja, pemuda ini dijuluki: Dzu Nuwas.

Pemuda ini dijuluki dengan Dzu Nuwas dikarenakan ia mempunyai rambut yang menjuntai hingga pundak, setelah pemuda ini sampai di istana ia segera dibawa menuju kamar (terkutuk) tempat Lakhni’ah memangsa para pemuda tidak berdosa.

Akan tetapi ternyata Dzu Nuwas bukanlah pemuda yang bodoh, dimana sebelum keberangkatannya ia telah menyiapkan pisau kecil yang ia sembunyikan di balik bajunya, maka ketika Lakhni’ah mendekatinya Dzu Nuwas segera mengeluarkan pisau tersebut dan langsung menikam perut Lakhni’ah sekaligus merobeknya, tidak lupa ia juga menyempurnakan pembunuhan tersebut dengan memenggal kepala Lakhni’ah (agar tidak ada lagi kemungkinan walau 1% dimana Lakhni’ah bisa kembali hidup dan melanjutkan perbuatan laknatnya kepada pemuda-pemuda tidak berdosa yang masih tersisa). Lakhni’ah sendiri memerintah selama 27 tahun”.

Insya Allah pada artikel selanjutnya saya akan memaparkan cerita mengenai Lakhni’ah ini menurut versi Ibnu Ishaq. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

 

0 comments:

Post a Comment