Sunday, June 20, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 8).

Pemandangan Pantai di Sore Hari, Gambar diambil dari Pixabay.com.

 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Ibnu Ishaq berkata mengenai penyempurnaan masuknya agama Yahudi ke Yaman: “Dahulu di negeri Yaman ada sebuah rumah peribadatan bernama Riam, dimana penduduk Yaman sangat mengagung-agungkan rumah tersebut. Begitu pula halnya jika mereka ingin menyembelih hewan untuk pengorbanan atau selainnya, maka mereka akan menyembelih hewan tersebut di rumah peribadatan mereka yakni Riam. Dan jika terjadi masalah atau ada hal-hal buruk, maka mereka akan meminta pertolongan dari rumah tersebut. Ini semua terjadi ketika mereka semua masih tenggelam dalam kesyirikan.

Maka ketika kedua rahib Yahudi datang bersama Tubba’ ke sana, mereka berdua berkata kepada Tubba’: “Sungguh rumah Riam tersebut adalah (sarang dan rumah) syaithan, yang keberadaannya di Yaman hanya membawa kesusahan bagi kami dan seruan kami. Rumah tersebut akan senantiasa menimbulkan fitnah bagi rakyat Yaman, maka pisahkanlah kami semua darinya (hancurkanlah!)”.

Tubba’ menimpali perkataan kedua rahib tersebut, ia berkata: “Urusan rumah tersebut dan masa depannya di Yaman terserah kalian (terserah kepada kedua rahib, apakah ingin dihancurkan atau di biarkan saja)”.

Mendengar hal itu, kedua rahib-pun segera mendatangi dan masuk ke dalam rumah peribadatan tersebut, mereka kemudian mengeluarkan darinya (berkata Ibnu Ishaq: “Sebagaimana yang dikatakan oleh penduduk Yaman”) seekor anjing yang berwarna hitam, untuk kemudian mereka berdua menyembelihnya.

Setelah urusan mereka berdua selesai dengan anjing hitam tadi, mereka-pun segera menghancurkan rumah tersebut.

Berkata Ibnu Ishaq: “Di dapati pada reruntuhan rumah tersebut bekas-bekas darah yang dahulu ditumpahkan oleh rakyat Yaman di sisinya”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 7).

SEJARAH YAMAN: DARI KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’ADHINGGA KISAH DZU NUWAS BERSAMA LAKHNI’AH (BAG, 1).

Adapun asal kata Riam sendiri dalam bahasa arab adalah: ar-Ru’mu, yang artinya adalah: kelemah lembutan dan kasih sayang. Jadi seakan-akan mereka mengharapkan dari rumah tersebut kelemah lembutan dan kasih sayang.

As-Suhailiy menyebutkan di dalam kitabnya sebuah cerita mengenai rumah Riam yang diagung-agungkan oleh penduduk Yaman, ceritanya sebagai berikut…

Beliau berkata: “Dan di dalam riwayat Yunus dari Ibnu Ishaq disebutkan bahwa dahulu ada sesosok syaithan yang berdiam atau menghuni rumah Riam, dan penduduk Yaman senantiasa menyediakan untuknya seember darah yang mereka ambil dari hewan-hewan yang mereka sembelih.

Maka ketika ember tersebut telah mereka taruh di depan rumah Riam, syaithan tadi keluar dan meminumnya, setelah selesai ia-pun berkenan mengajak bicara penduduk Yaman dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka. Tidak cukup dengan hanya menyediakan darah bagi si syaithan penduduk Yaman juga menyembahnya.

Kemudian ketika kedua rahib muncul dan tiba di Yaman bersama Tubba’, dan setelah melihat kesyirikan yang diperbuat oleh rakyat Yaman. Mereka segera menaruh (lembaran-lembaran) Taurat di sisi-sisi rumah tersebut, tidak cukup sampai di situ mereka juga berkeliling sambil membacakan ayat-ayat Taurat, hingga membuat si syaithan keluar dari rumah Riam dengan terbirit-birit untuk kemudian ia menceburkan diri di laut”.

Berkata syaikh ‘Abdurrahman al-Wakil (beliau adalah syaikh yang mentahqiq dan memberikan koreksian ke buku imam as-Suhailiy yakni ar-Raudhul Unuf), beliau berkata mengenai kisah Riam yang dibawakan oleh as-Suhailiy diatas: “Dan sekali lagi as-Suhailiy membawakan cerita-cerita khurafat, yang saya sendiri tidak tahu apa sebenarnya yang memotivasinya untuk melakukan hal tersebut…”.

Dan beliau sendiri (‘Abdurrahman al-Wakil) berpendapat bahwa rumah Riam ini bukanlah rumah peribadatan rakyat Yaman, melainkan ia adalah rumah kuil milik suku Hamadan. Anggota suku tersebut menyebut tuhan mereka yang bersemayam di rumah ini dengan panggilan Talib, akan tetapi dengan berlalunya waktu dan pergantian generasi, penyebutan Talib berubah menjadi: Ta’lib Riyam. Wallahu A’lam.

Imam Ibnu Katsir menyebutkan di dalam bukunya sebuah hadits yang dibawakan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, hadits ini dihukumi sebagai hadits: Hasan Li Ghairihi (yakni hadits yang pada asalnya hukumnya adalah Dhaif (lemah dan diragukan kalau ini murni perkataan Nabi), akan tetapi karena banyak yang meriwayatkannya maka hadits ini naik derajat menjadi Hasan (murni perkataan Nabi) Li Ghairihi (yakni Hasan karena banyaknya yang meriwayatkan)).

Sanad yang dibawakan oleh Imam Ahmad sendiri adalah sanad yang lemah, hadits tersebut berbunyi sebagai berikut: Dari Sahl bin Sa’ad beliau berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) bersabda: {“Janganlah kalian mencela Tubba’, karena sungguh dia dahulu telah memeluk Islam (seorang muslim)”}.  

Beliau Ibnu Katsir menyebutkan pula bahwa syair yang dilantunkan Tubba’ mengenai kedatangan Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) senantiasa di ulang-ulang oleh kaum Anshar, dan syair tersebut sangat di jaga oleh mereka, syair tersebut sendiri terjaga atau di simpan oleh Abu Ayyub al-Anshari (Radhiyallahu ‘Anhu).

Bunyi syair tersebut sebagai berikut:

Aku bersaksi bahwa Ahmad adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah Rabb segenap manusia…

Jikalau saja aku bisa hidup hingga menjumpainya maka aku akan menjadi pembantu dan sepupunya yang baik…

Dan aku akan berjuang dengan pedang melawan musuh-musuhnya dan akan meringankan dan menghilangkan baginya segala gundah gulana…”.

Alhamdulillah ini adalah akhir dari rangkaian kisah mengenai Abu Karib Tubban atau yang dikenal sebagai Tubba’, semoga ini semua bisa bermanfaat bagi kaum muslimin. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah di artikel selanjutnya akan saya lanjutkan mengenai kisah anak Tubba’ yakni Hassan.

Was-Salam.

 

 

 

0 comments:

Post a Comment