Saturday, June 26, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 6).

 

Pemandangan Bukit dan Pantai, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Setelah Hassan menyelesaikan urusannya dengan orang-orang suku Judais, ia-pun kembali melanjutkan penyelidikannya terhadap siapa saja yang terlibat diantara orang-orang Himyar dalam pembunuhan ayahnya.

Berkata Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy setelah memaparkan cerita perihal kedua suku Thasim dan Judais dan kisah mereka bersama Hassan, beliau berkata: “Dan Hassan kembali melanjutkan investigasi terhadap siapa saja dari orang-orang Himyar yang terlibat dalam pembunuhan ayahnya Tubba’, maka setiap ia menemukan seseorang atau mengetahui bahwa orang tersebut terlibat ia langsung memburunya dan membunuhnya saat itu juga. Satu persatu para pembunuh tersebut ditemukan sekaligus dibunuh, hingga akhirnya Hassan mempunyai sebuah ide dimana ia akan menghukum orang-orang Himyar dengan senantiasa membawa dan memerintahkan mereka untuk berperang, ia juga senantiasa berperilaku kasar kepada mereka selama perjalanan…”.

Berkata Ibnu Ishaq mengenai perjalanan Hassan ini: “Ketika Hassan bin Tubban As’ad Abu Karib naik tahta menggantikan ayahnya, ia ingin membawa rakyat Yaman (yakni orang-orang Himyar) untuk mengunjungi negeri dan bangsa-bangsa asing (sekaligus menaklukkan mereka (sebagaimana yang dilakukan oleh ayah dan moyangnya dahulu)). Hingga akhirnya ketika ia tiba di suatu daerah yang terletak di tanah Iraq (berkata imam as-Suhailiy di dalam kitabnya: “berkata Ibnu Hisyam: ‘Daerah tersebut adalah daerah Bahrain sebagaimana yang dikatakan kepadaku oleh para sejarawan”), orang-orang Himyar tiba-tiba menjadi tidak senang akan perjalanan ini dan mereka berkeinginan untuk segera kembali ke Yaman…”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 5).

SEJARAH YAMAN: HUKUMAN BAGI AMR YANG TELAH MEMBUNUH SAUDARANYA HASSAN.

Akan tetapi mereka tidak berani mengutarakan keinginan mereka tersebut kepada Hassan, disebabkan oleh apa yang telah dikatakan Ibnu Qutaibah diatas bahwa pada hakikatnya perjalanan tersebut adalah sebagian dari bentuk hukuman yang diberikan oleh Hassan kepada orang-orang Himyar, oleh karena itu mereka-pun mengajak bicara saudara Hassan yakni ‘Amr agar ia berkenan membawa mereka kembali ke Yaman…

Yang menjadi pertanyaan disini adalah: apa yang menyebabkan mereka membujuk ‘Amr yang sejatinya dia bukanlah raja?, bukankah seharusnya mereka membujuk Hassan yang berperan sebagai raja dan bukannya membujuk ‘Amr yang tidak memiliki kendali terhadap para pasukan?.

Apa yang sebenarnya mereka rencanakan?...

Pertanyaan-pertanyaan diatas di jawab oleh Ibnu Ishaq, beliau berkata: “…Maka mereka mengajak bicara saudara kandung Hassan yakni ‘Amr bin Tubba’ yang pada waktu itu ia juga ikut dalam pasukan Hassan ini, mereka orang-orang Himyar berkata kepadanya: “Wahai ‘Amr bunuhlah saudaramu Hassan, karena jika engkau berhasil membunuhnya kami akan mengangkatmu sebagai raja yang baru, dan engkau bisa kembali bersama kami ke Yaman setelah itu dan tidak perlu bercapek-capek ria di tanah orang…”.

‘Amr sendiri setuju dan menyanggupi permintaan orang-orang Himyar tersebut, karena ia sendiri juga mungkin sudah lelah akan seluruh murka dan perilaku Hassan selama ini, belum lagi ia juga diperintahkan untuk ikut dalam rombongan tersebut, maka tentu saja ia setuju akan usul gila orang-orang Himyar tadi.

Ibnu Ishaq melanjutkan: “…Ketika ‘Amr setuju untuk menjalankan rencana tadi, maka orang-orang Himyar yang tersisa juga segera mengamini rencana dan makar tersebut. Akan tetapi ternyata tidak selamanya orang-orang Himyar bisa satu kata dalam menjalankan misi-misi hina seperti ini, karena salah seorang dari mereka yang bernama: Dza Ru’ain al-Himyariy lebih memilih untuk tidak ikut ambil bagian dalam rencana tersebut, bahkan ia juga mewanti-wanti ‘Amr dan memperingatinya akan akibat-akibat menakutkan yang nanti bakal menimpanya jika ia tetap saja bersikeras untuk menjalankan rencana tersebut, tidak cukup hanya dengan memperingatinya dengan omongan biasa ia juga bahkan melantunkan 2 bait sya’ir agar sekiranya ‘Amr berkenan mendengar peringatan yang ia berikan, ia berkata:

Aduhai celakalah orang yang membeli insomnia dengan nikmat tidur…

Sungguh orang yang bahagia adalah orang yang bisa tidur dengan cukup…

Maka jika Himyar tetap bersikeras untuk berkhianat…

Semoga Tuhan berkenan untuk memberi ampunan bagi Dzu Ru’ain…”.

Bahkan ia juga menuliskan 2 bait tadi pada selembar kertas dan memberikan tanda tangannya di atas kertas tersebut (ia berkeinginan agar kertas ini nantinya bisa menjadi bukti atas ketidak terlibatannya dalam pembunuhan Hassan), untuk kemudian membawanya ke hadapan ‘Amr, ketika tiba di kemahnya Dzu Ru’ain berkata padanya: “Simpanlah kertas ini di sisimu (jika engkau tetap ingin menjalankan rencanamu)”, ‘Amr mengabulkan permintaannya dan segera menyimpan kertas tersebut baik-baik.

Kemudian ia (‘Amr) keluar dan menemui teman-temannya yang lain untuk kemudian ia berhasil membunuh saudaranya Hassan, dan orang-orang Himyar menepati janji mereka dengan mengangkatnya sebagai raja baru.

Dan setelah ia dilantik, ia segera memerintahkan pasukannya agar bersiap-siap untuk pulang kembali ke kampung halaman, setelah itu mereka-pun kembali ke Yaman.

Cerita perihal ‘Amr akan berlanjut di artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.  

Was-Salam.

 

 

 

0 comments:

Post a Comment