Pemandangan Bukit dan Pantai, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Setelah Hassan menyelesaikan urusannya
dengan orang-orang suku Judais, ia-pun kembali melanjutkan penyelidikannya
terhadap siapa saja yang terlibat diantara orang-orang Himyar dalam pembunuhan
ayahnya.
Berkata Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy setelah
memaparkan cerita perihal kedua suku Thasim dan Judais dan kisah mereka bersama
Hassan, beliau berkata: “Dan Hassan kembali melanjutkan investigasi terhadap
siapa saja dari orang-orang Himyar yang terlibat dalam pembunuhan ayahnya Tubba’,
maka setiap ia menemukan seseorang atau mengetahui bahwa orang tersebut
terlibat ia langsung memburunya dan membunuhnya saat itu juga. Satu persatu
para pembunuh tersebut ditemukan sekaligus dibunuh, hingga akhirnya Hassan
mempunyai sebuah ide dimana ia akan menghukum orang-orang Himyar dengan
senantiasa membawa dan memerintahkan mereka untuk berperang, ia juga senantiasa
berperilaku kasar kepada mereka selama perjalanan…”.
Berkata Ibnu Ishaq mengenai perjalanan
Hassan ini: “Ketika Hassan bin Tubban As’ad Abu Karib naik tahta menggantikan
ayahnya, ia ingin membawa rakyat Yaman (yakni orang-orang Himyar) untuk
mengunjungi negeri dan bangsa-bangsa asing (sekaligus menaklukkan mereka (sebagaimana
yang dilakukan oleh ayah dan moyangnya dahulu)). Hingga akhirnya ketika ia tiba
di suatu daerah yang terletak di tanah Iraq (berkata imam as-Suhailiy di dalam
kitabnya: “berkata Ibnu Hisyam: ‘Daerah tersebut adalah daerah Bahrain
sebagaimana yang dikatakan kepadaku oleh para sejarawan”), orang-orang Himyar
tiba-tiba menjadi tidak senang akan perjalanan ini dan mereka berkeinginan
untuk segera kembali ke Yaman…”.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 5).
SEJARAH YAMAN: HUKUMAN BAGI AMR YANG TELAH MEMBUNUH SAUDARANYA HASSAN.
Akan tetapi mereka tidak berani
mengutarakan keinginan mereka tersebut kepada Hassan, disebabkan oleh apa yang
telah dikatakan Ibnu Qutaibah diatas bahwa pada hakikatnya perjalanan tersebut
adalah sebagian dari bentuk hukuman yang diberikan oleh Hassan kepada
orang-orang Himyar, oleh karena itu mereka-pun mengajak bicara saudara Hassan
yakni ‘Amr agar ia berkenan membawa mereka kembali ke Yaman…
Yang menjadi pertanyaan disini adalah: apa
yang menyebabkan mereka membujuk ‘Amr yang sejatinya dia bukanlah raja?,
bukankah seharusnya mereka membujuk Hassan yang berperan sebagai raja dan
bukannya membujuk ‘Amr yang tidak memiliki kendali terhadap para pasukan?.
Apa yang sebenarnya mereka rencanakan?...
Pertanyaan-pertanyaan diatas di jawab oleh
Ibnu Ishaq, beliau berkata: “…Maka mereka mengajak bicara saudara kandung
Hassan yakni ‘Amr bin Tubba’ yang pada waktu itu ia juga ikut dalam pasukan
Hassan ini, mereka orang-orang Himyar berkata kepadanya: “Wahai ‘Amr bunuhlah
saudaramu Hassan, karena jika engkau berhasil membunuhnya kami akan
mengangkatmu sebagai raja yang baru, dan engkau bisa kembali bersama kami ke
Yaman setelah itu dan tidak perlu bercapek-capek ria di tanah orang…”.
‘Amr sendiri setuju dan menyanggupi
permintaan orang-orang Himyar tersebut, karena ia sendiri juga mungkin sudah lelah
akan seluruh murka dan perilaku Hassan selama ini, belum lagi ia juga
diperintahkan untuk ikut dalam rombongan tersebut, maka tentu saja ia setuju
akan usul gila orang-orang Himyar tadi.
Ibnu Ishaq melanjutkan: “…Ketika ‘Amr
setuju untuk menjalankan rencana tadi, maka orang-orang Himyar yang tersisa
juga segera mengamini rencana dan makar tersebut. Akan tetapi ternyata tidak
selamanya orang-orang Himyar bisa satu kata dalam menjalankan misi-misi hina seperti
ini, karena salah seorang dari mereka yang bernama: Dza Ru’ain al-Himyariy
lebih memilih untuk tidak ikut ambil bagian dalam rencana tersebut, bahkan ia
juga mewanti-wanti ‘Amr dan memperingatinya akan akibat-akibat menakutkan yang
nanti bakal menimpanya jika ia tetap saja bersikeras untuk menjalankan rencana
tersebut, tidak cukup hanya dengan memperingatinya dengan omongan biasa ia juga
bahkan melantunkan 2 bait sya’ir agar sekiranya ‘Amr berkenan mendengar
peringatan yang ia berikan, ia berkata:
“Aduhai celakalah orang yang membeli
insomnia dengan nikmat tidur…
Sungguh orang yang bahagia adalah orang
yang bisa tidur dengan cukup…
Maka jika Himyar tetap bersikeras untuk
berkhianat…
Semoga Tuhan berkenan untuk memberi ampunan
bagi Dzu Ru’ain…”.
Bahkan ia juga menuliskan 2 bait tadi pada
selembar kertas dan memberikan tanda tangannya di atas kertas tersebut (ia
berkeinginan agar kertas ini nantinya bisa menjadi bukti atas ketidak
terlibatannya dalam pembunuhan Hassan), untuk kemudian membawanya ke hadapan ‘Amr,
ketika tiba di kemahnya Dzu Ru’ain berkata padanya: “Simpanlah kertas ini di
sisimu (jika engkau tetap ingin menjalankan rencanamu)”, ‘Amr mengabulkan
permintaannya dan segera menyimpan kertas tersebut baik-baik.
Kemudian ia (‘Amr) keluar dan menemui
teman-temannya yang lain untuk kemudian ia berhasil membunuh saudaranya Hassan,
dan orang-orang Himyar menepati janji mereka dengan mengangkatnya sebagai raja
baru.
Dan setelah ia dilantik, ia segera
memerintahkan pasukannya agar bersiap-siap untuk pulang kembali ke kampung halaman,
setelah itu mereka-pun kembali ke Yaman.
Cerita perihal ‘Amr akan berlanjut di
artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment