This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Friday, December 3, 2021

KHALID (RADHIYALLAHU ‘ANHU) DAN PASUKANNYA TIBA DI NEGERI YAMAMAH.

 

Gambar oleh Kanenori dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Setelah Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) dan pasukannya mendapatkan tambahan kekuatan dari kota Madinah, mereka segera berangkat menuju negeri Yamamah. Yang dimana kisah mengenai keberangkatan mereka ini berbunyi sebagaimana berikut…

Berkata Ibnu Jarir (Rahimahullah): “Telah menuliskan kepadaku as-Sirriy, dari Syu’aib, dari Saif, dari Abi ‘Amr bin al-‘Alla’, dari beberapa orang gurunya, dimana mereka berkata: ‘…Maka berjalanlah Khalid dan pasukannya menuju negeri Yamamah. Hingga ketika mereka telah mendekati negeri tersebut, mereka mendapati beberapa ekor kuda milik ‘Iqqah, al-Hudzail, dan Ziyad (mereka adalah para pengikut Sajah binti al-Harits).

Ketiga orang ini berada dinegeri Yamamah karena sebuah tugas yang diembankan oleh Sajah kepada mereka, yaitu menunggu keluarnya upeti yang dijanjikan oleh Musailamah kepada Sajah sebagai bentuk jaminan akan persekutuan kedua kelompok. Khalid sendiri memutuskan untuk menuliskan surat perihal ketiga orang tersebut ke suku Tamim (yang telah kembali kepada naungan Islam), maka setelah suku Tamim membaca surat Khalid tadi, mereka segera mengusir ketiga orang tersebut keluar dari jazirah arab.

BACA JUGA:

ABU BAKAR (RADHIYALLAHU ‘ANHU) MEMOBILISASI DAN MEMPERSIAPKAN KAUM MUSLIMIN UNTUK MENYONGSONG PERTEMPURAN MELAWAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

KISAH PERTEMUAN ANTARA KHALID (RADHIYALLAHU ‘ANHU) DENGAN MAJA’AH BIN MIRARAH.

Ditengah jalan, Khalid mendapatkan kabar bahwa Syarhabil atau Syurahbil bin Hasanah rupanya memilih untuk mengikuti jejak Ikrimah dengan cara menyerang Musailamah al-Kadzdzab terlebih dahulu sebelum Khalid tiba di negeri tersebut. Dan rupanya upaya Syurahbil ini berujung kepada kegagalan sebagaimana upaya Ikrimah sebelumnya. Maka ketika akhirnya Khalid tiba dinegeri Yamamah, beliau menegur Syurahbil atas ketergesa-gesaannya dalam mengambil keputusan…”.

Imam al-Ya’qubiy (Rahimahullah) sendiri sang pengarang kitab Tarikh al-Ya’qubiy mengatakan dalam kitabnya: “Dahulu Abu Bakar telah menunjuk Syurahbil bin Hasanah untuk memimpin sebuah pasukan dan menyuruhnya untuk bergerak bersama pasukannya tersebut menuju negeri Yamamah, dan sesampainya disana hendaknya dia menunggu kedatangan Khalid.

Kemudian setelah itu Abu Bakar menunjuk Khalid dan mengangkatnya sebagai komandan tertinggi bagi pasukan yang akan menumpas Musailamah. Maka Khalid pun segera menuliskan surat kepada Syurahbil setelah pengangkatannya tersebut, dimana isi surat tersebut adalah: ‘Janganlah engkau tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan tunggulah kedatanganku!’…”. Maka wajarlah jika Khalid memarahi Syurahbil atas ketergesa-gesaannya sebagaimana yang dituliskan oleh Ibnu Jarir diatas.

Dan ketika Khalid dan pasukan semakin dekat dengan negeri Yamamah, Musailamah dan pengikutnyapun semakin waspada akan kekuatan kaum muslimin yang sedang bergerak menuju negeri mereka.

Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata: “…Ketika Musailamah mendengar bahwa Khalid dan pasukannya semakin mendekat dan sebentar lagi akan tiba dinegeri Yamamah, dia memutuskan untuk mendirikan perkemahan bersama pasukannya disebuah daerah yang bernama Aqraba (daerah Aqraba ini terletak di sebelah timur jazirah arab, lebih tepatnya di wilayah al-Yamamah) yang terletak diujung negeri Yamamah, dimana pedesaan sekaligus perkampungan berada dibelakang mereka.

Diperkemahannya tersebut Musailamah menyemangati pasukannya dan mengobarkan api perlawanan didalam diri mereka. Pidato motivasi yang diberikan oleh Musailamah kepada pasukannya membuat penduduk Yamamah tergerak hatinya untuk ikut berkumpul bersamanya diperkemahan tersebut. Dan setelah semua pasukannya berkumpul, Musailamah pun mulai mengatur barisan mereka. Dimana dia menjadikan seseorang yang bernama al-Muhkam bin ath-Thufail dan seorang lagi yakni ar-Rihal bin ‘Unfuwwah sebagai 2 komandan yang akan mengomandoi 2 sayap pasukannya…”. Kemudian setelah itu beliau menuliskan kisah mengenai ar-Rihal bin ‘Unfuwwah dan perannya yang sangat besar dalam menyesatkan suku Bani Hanifah.

Setelah itu beliau melanjutkan kisahnya: “…Dan ketika Khalid telah tiba dinegeri Yamamah dan telah bertemu dengan Syurahbil, beliau menjadikan Syurahbil sebagai komandan bagi pasukan yang berada di baris depan atau tengah, adapun pasukan yang berada dibaris kanan dan kiri, maka beliau menunjuk Zaid bin al-Khaththab dan Abu Hudzaifah untuk menjadi komandan bagi mereka.

Dan dimalam harinya, pasukan yang berada dibawah komando Syurahbil bertemu dengan sekelompok penunggang kuda yang jumlahnya berkisar sekitar 40 atau 60 orang penunggang kuda (adapun Ibnul Jauziy (Rahimahullah), beliau mengatakan didalam kitabnya bahwa jumlah penunggang kuda tersebut hanyalah 6 orang saja. Dan adapun Ibnul Atsir dan Ibnu Jarir (Rahimahumallah), maka keduanya mengatakan hal yang sama dengan Ibnu Katsir, yakni jumlah penunggang kuda tersebut adalah 40 atau 60 orang).

Yang menjadi pemimpin bagi sekelompok penunggang kuda tersebut adalah seseorang yang bernama Maja’ah bin Mirarah. Maja’ah dan sekumpulan penunggang kudanya ini baru saja tiba dari sebuah perjalanan menuju suku Bani Tamim dan Bani ‘Amir.

Dan ketika Maja’ah dan teman-temannya telah ditangkap oleh Syurahbil, mereka diperhadapkan kepada Khalid, dimana beliau menanyai perihal kabar (keadaan dan kepada siapa mereka berpihak) mereka, dan ketika mereka menjawab, Khalid tidak mempercayai mereka dan langsung memerintahkan agar mereka semua dibunuh. Maka semua penunggang kuda tadi langsung dibunuh kecuali pemimpin mereka yakni Maja’ah yang tetap dibiarkan hidup oleh Khalid dalam keadaan terikat sebagai tawanan -karena orang ini ahli dalam masalah strategi perang dan tipu daya-. Selain karena keahliannya tersebut, dia dibiarkan hidup juga karena dia adalah seorang pemimpin yang disegani dan dimuliakan oleh kaumnya (suku Bani Hanifah).

Dikatakan juga bahwa ketika para penunggang kuda tadi dibawa ke hadapan Khalid, Khalid bertanya kepada mereka: ‘Apa yang kalian katakan (dalam masalah kenabian ini) wahai Bani Hanifah?’.

Mereka menjawab: ‘Kami mengatakan bahwa dari kami ada seorang Nabi, dan dari kalian ada seorang Nabi pula’.

Mendengar jawaban mereka tersebut, Khalid langsung memerintahkan agar mereka semua dibunuh kecuali seseorang yang bernama Sariyah (Ibnul Jauziy (Rahimahullah) yang membawakan kisah serupa didalam kitabnya mengatakan bahwa yang dibiarkan hidup ada 2 orang, seorang bernama Sariyah bin Amir dan seorang lagi adalah Maja’ah).

Sariyah berkata kepada Khalid: ‘Wahai pemimpin, jika engkau menginginkan kebaikan ataupun keburukan atas kaum tersebut (yakni suku Bani Hanifah), maka ada baiknya jika engkau membiarkannya (yakni Maja’ah) hidup’.

Maka Khalidpun membiarkannya tetap hidup sebagai seorang tawanan, untuk kemudian beliau memerintahkan agar dia dan istrinya diberi naungan dibawah satu kemah yang sama. Dimana beliau berkata kepada istrinya: ‘Berilah dia saran dan nasehat-nasehat yang baik’.

Dan ketika kedua pasukan telah saling berhadap-hadapan, Musailamah berkata kepada kaumnya: ‘Hari ini adalah hari kecemburuan, hari ini jika kalian dikalahkan maka istri-istri dan anak-anak perempuan kalian akan dirampas dan dijadikan sebagai tawanan, dan kemudian mereka akan dinikahi bukan sebagai istri yang akan paling diutamakan (yakni hanya sebagai budak atau istri kedua ataupun ketiga yang tidak banyak diberi perhatian. Ini hanya menurut Musailamah). Maka oleh karenanya, berjuanglah kalian demi nasab kalian dan lindungilah wanita-wanita kalian’…”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Kisah mengenai Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) dan Maja’ah dikisahkan pula oleh Ibnul Atsir (Rahimahullah) didalam kitabnya dengan sangat ringkas, dan dikisahkan pula oleh Ibnul Jauziy (Rahimahullah) didalam kitabnya. Adapun Ibnu Jarir (Rahimahullah) maka beliau menuliskan kisahnya dengan beberapa rincian, yang Insya Allah kisah tersebut akan saya tuliskan pada artikel yang akan datang.

Was-Salam.  

   

 

 

 

   

 

     

 

Thursday, December 2, 2021

ABU BAKAR (RADHIYALLAHU ‘ANHU) MEMOBILISASI DAN MEMPERSIAPKAN KAUM MUSLIMIN UNTUK MENYONGSONG PERTEMPURAN MELAWAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

 

Gambar oleh MartyNZ dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Setelah Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) memaafkan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) atas kesalahannya, beliau pun memerintahkannya untuk bersiap-siap bersama pasukannya menuju negeri Yamamah. Beliau juga memobilisasi kaum Muhajirin dan Anshar yang berada di Madinah untuk berangkat dan bergabung bersama Khalid dan pasukannya menggempur kekuatan Musailamah yang saat itu berjumlah sekitar 40.000 orang.

Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata di dalam kitabnya mengenai hal ini: “Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu ‘Anhu) telah meridhoi dan memaafkan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) atas kesalahannya, beliau mengutusnya kembali untuk bergerak menuju negeri Yamamah demi memerangi suku Bani Hanifah.

Beliau juga memobilisasi kaum muslimin yang berada di Madinah dan mempersiapkan mereka untuk berangkat bersama Khalid. Beliau menunjuk Tsabit bin Qais bin Syammas untuk menjadi pemimpin bagi kaum Anshar…”.

BACA JUGA:

IKRIMAH (RADHIYALLAHU ‘ANHU) MENYERANG MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

KHALID (RADHIYALLAHU ‘ANHU) DAN PASUKANNYA TIBA DI NEGERI YAMAMAH.

Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah) mengenai para komandan baru yang ditunjuk oleh Abu Bakar, beliau berkata: “…Ketika Abu Bakar telah memaafkan dan meridhoi Khalid atas kesalahannya, beliau kembali mengangkatnya menjadi pemimpin bagi kaum muslimin dalam menghadapi Musailamah al-Kadzdzab.

Beliau juga memobilisasi kaum Muhajirin dan Anshar untuk ikut bersamanya. Dimana beliau mengangkat Tsabit bin Qais bin Syammas untuk menjadi komandan bagi kaum Anshar, dan Abu Hudzaifah juga Zaid bin al-Khaththab beliau angkat menjadi komandan bagi kaum Muhajirin…”.

Adapun Ibnu Jarir (Rahimahullah), beliau berkata: “…Abu Bakar memobilisasi kaum muslimin yang ada di Madinah untuk ikut bersama Khalid menuju negeri Yamamah. Dimana beliau mengangkat Tsabit bin Qais dan al-Barra’ bin Fulan menjadi komandan bagi kaum Anshar. Dan bagi kaum Muhajirin, beliau mengangkat Abu Hudzaifah dan Zaid menjadi komandan mereka.

Beliau juga mengangkat bagi setiap kabilah yang ikut ke dalam pasukan ini seseorang dari mereka untuk menjadi komandan bagi mereka.

Khalid sendiri setelah mendapatkan maaf dari Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu), beliau segera berangkat menemui pasukannya yang saat kepergiannya ke Madinah, mereka masih menetap di daerah al-Buthah. Dan sesampainya beliau disana, beliau menunggu kedatangan pasukan tambahan yang telah dipersiapkan oleh Abu Bakar diatas. Dan ketika mereka tiba, Khalid segera berangkat bersama pasukannya menuju negeri Yamamah yang pada saat itu suku Bani Hanifah yang berada di negeri tersebut memiliki jumlah yang sangat banyak.

As-Sirriy telah menulis untukku, dari Syu’aib, dari Saif, dari Abi ‘Amr bin al-‘Alla’, dari beberapa orang gurunya, dimana mereka berkata: ‘Jumlah kaum pria yang siap berperang milik suku Bani Hanifah saat itu adalah 40.000 orang, yang tersebar di seluruh penjuru negeri Yamamah. Dan disaat Khalid dan pasukannya telah siap, berangkatlah mereka semua menuju negeri Yamamah…”.

Ibnu Katsir (Rahimahullah) menceritakan mengenai perjalanan Khalid ini di dalam kitabnya, beliau berkata: “…Maka berangkatlah Khalid bersama pasukannya, dan tidaklah mereka bertemu di tengah jalan dengan sekelompok orang murtad, kecuali akan mereka perangi orang-orang murtad tersebut. Mereka juga bertemu dengan sekelompok penunggang kuda milik Sajah, dimana mereka memporak-porandakan barisan penunggang kuda tersebut, untuk kemudian Khalid memerintahkan agar mereka diusir keluar dari jazirah arab.

Abu Bakar ash-Shiddiq mengambil langkah hati-hati dengan mengirimkan sebuah pasukan yang beliau perintahkan mereka untuk berjalan dibelakang pasukan Khalid demi menjaga mereka dari serbuan musuh yang datang dari arah belakang…”. Kemudian setelah itu beliau mengisahkan mengenai kesalahan yang diperbuat oleh Ikrimah (Radhiyallahu ‘Anhu) yang kisahnya telah saya tuliskan di artikel yang lalu.

Pernyataan bahwa Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) menyiapkan sebuah pasukan dibelakang Khalid demi menjaganya agar tidak diserang musuh dari arah belakang, juga dituliskan oleh Ibnul Atsir (Rahimahullah) di dalam kitabnya, dimana beliau berkata: “…Abu Bakar mengirimkan dibelakang Khalid sebuah pasukan yang beliau perintahkan mereka untuk menjaga Khalid dan pasukannya dari arah belakang, agar mereka tidak diserang oleh musuh dari arah tersebut…”.

Ibnul Atsir (Rahimahullah) juga menyebutkan perkataan Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) yang berbunyi: “Aku tidak akan memakai tenaga para veteran perang Badar dan tidak akan menjadikan mereka salah satu dari pasukanku, karena aku ingin membiarkan mereka hidup tenang disisa umur mereka hingga mereka bisa menemui Allah dengan bekal amalan shalih yang banyak. Juga dikarenakan Allah lebih banyak menolak dan menghilangkan bencana dan adzab dengan perantara amalan shalih mereka, daripada memberikan kemenangan dan kejayaan dengan amalan tersebut kepada kaum muslimin”. (maksud dari perkataan beliau yang terakhir adalah: bahwa berkat amalan-amalan shalih yang dikerjakan oleh para sahabat yang dahulu ikut di dalam perang Badar, maka kaum muslimin sering diselamatkan dari bencana dan adzab. Maka dengan mengetahui hal ini, Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) ingin agar para veteran yang mulia ini tetap beribadah dan tidak perlu terjun ke dalam medan perang, agar nantinya akan ada lebih banyak lagi bencana dan adzab yang tidak akan menimpa kaum muslimin berkat amalan-amalan shalih mereka).

Kemudian setelah itu Ibnul Atsir (Rahimahullah) melanjutkan: “Akan tetapi rupanya Umar (Radhiyallahu ‘Anhu) tidak sependapat dengan Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) dalam hal ini. Beliau berpendapat bahwa ada baiknya jika para veteran ini tetap dijadikan dan dimasukkan ke dalam barisan pasukan Islam yang berjuang melawan kaum murtad (karena bagaimanapun juga, jika keberkatan mereka saja bisa menghampiri kaum muslimin secara umum padahal mereka hanya duduk dirumah. Maka bagaimana jika mereka ikut terjun bersama kaum muslimin lainnya ke dalam medan perang?. Tentunya keberkatan yang mereka miliki akan lebih terpancar kuat dan akan lebih membawa banyak kebaikan bagi pasukan yang mereka ikut berjuang bersama mereka)”. Wallahu A’lam Bish-Shawab. 

Insya Allah kisah akan berlanjut ke artikel selanjutnya.

Was-Salam.

   

 

     

 

 

   

Wednesday, December 1, 2021

IKRIMAH (RADHIYALLAHU ‘ANHU) MENYERANG MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

 

Gambar oleh Lars_Nissen dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Kisah mengenai dikirimnya 2 sahabat mulia yakni Ikrimah dan Syarhabil bin Hasanah (Radhiyallahu ‘Anhuma) telah saya kisahkan pada artikel yang lalu, dimana kisah tersebut saya ambil atau nukil dari buku karangan Imam Ibnul Jauziy (Rahimahullah) yang berjudul al-Muntadzam fi Tarikhil Muluki wal-Umam.

Dan sesuai dengan apa yang saya janjikan pada artikel yang lalu, maka sebelum saya menuliskan kisah mengenai perjalanan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) dan pasukannya ke negeri Yamamah, saya akan menuliskan terlebih dahulu kisah yang serupa dengan kisah yang saya tuliskan pada artikel yang lalu, akan tetapi dengan sedikit perincian yang saya nukil dari kitab milik 2 ulama, yakni Imam Ibnul Atsir dan Ibnu Jarir (Rahimahumallah).

BACA JUGA:

UPAYA PENYERANGAN IKRIMAH (RADHIYALLAHU ‘ANHU) TERHADAP MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

ABU BAKAR (RADHIYALLAHU ‘ANHU) MEMOBILISASI DAN MEMPERSIAPKAN KAUM MUSLIMIN UNTUK MENYONGSONG PERTEMPURAN MELAWAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

Kisahnya sebagaimana berikut…

Imam Ibnu Jarir (Rahimahullah) berkata dalam kitabnya sebelum menuangkan kisahnya, beliau berkata: “Telah menuliskan kepadaku as-Sirriy, dari Syu’aib, dari Saif, dari Sahl bin Yusuf, dari al-Qasim bin Muhammad, dia berkata: ‘…”. Kemudian setelah itu beliau menuliskan kisahnya…

Kedua Imam diatas membawakan kisah yang kurang lebih berbunyi sebagaimana berikut…

Dahulu ketika Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) mengirimkan pasukan-pasukannya menuju negeri atau kampung-kampung orang-orang murtad, beliau pun mengirimkan juga sebuah pasukan dibawah komando Ikrimah bin Abi Jahl (Radhiyallahu ‘Anhu) ke negeri Yamamah untuk menumpas gerakan kemurtadan yang dipelopori oleh Musailamah al-Kadzdzab.

Selain Ikrimah, beliau juga mengirim sebuah pasukan lagi dibawah komando Syarhabil bin Hasanah (Radhiyallahu ‘Anhu). Dimana ketika Ikrimah mendengar akan diberangkatkannya Syarhabil dan pasukannya, beliau pun memerintahkan pasukannya agar berjalan lebih cepat hingga akhirnya mereka tiba di negeri Yamamah terlebih dahulu dan langsung menyerang suku Bani Hanifah. Akan tetapi suku tersebut berhasil menahan serangan pasukan Ikrimah dengan baik, dan juga berhasil memberikan beberapa kerugian kepada kaum muslimin.

Syarhabil sendiri ketika beliau mendengar kabar mengenai apa yang dilakukan dan didapatkan oleh Ikrimah dan pasukannya, beliau memutuskan untuk berhenti di tengah jalan menunggu instruksi selanjutnya dari Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu).

Adapun Ikrimah, maka setelah beliau menerima kekalahan dalam peperangan tersebut, beliau mengirimkan sebuah surat kepada Abu Bakar, dimana dalam surat tersebut beliau menjelaskan seluruh kejadian yang telah menimpanya.

Abu Bakar pun setelah beliau membaca surat tersebut, beliau mengirimkan surat balasan yang berbunyi: “Wahai Ikrimah, jangan sampai aku melihatmu, dan engkau juga jangan sampai engkau melihatku! (yakni janganlah engkau kembali ke kota Madinah). Janganlah engkau kembali ke kota Madinah, karena jika engkau kembali, maka engkau sama saja sedang melemahkan semangat juang pasukanmu!. Yang perlu engkau lakukan saat ini adalah, hendaknya engkau bergerak menuju tempat dimana Hudzaifah dan ‘Arjafah sedang berjuang melawan kaum murtad, dan sesampainya engkau disana, bergabunglah dengan keduanya dan perangilah penduduk Oman dan Mahrah (yang murtad).

Kemudian setelah itu, bergeraklah engkau bersama pasukanmu lagi menuju negeri Yaman dan Hadramaut. Dan sesampainya engkau disana, bergabunglah engkau bersama Muhajir bin Abi Umayyah”.

Abu Bakar juga mengirimkan surat kepada Syarhabil bin Hasanah, dimana di dalam suratnya tersebut, beliau memerintahkan Syarhabil untuk diam ditempat menunggu kedatangan Khalid dan pasukannya. Dan jika dirinya dan Khalid telah berhasil menumpas Musailamah dan pengikutnya, maka instruksi selanjutnya baginya adalah, hendaknya Syarhabil bergerak menuju negeri tempat suku Qudha’ah menetap dan membantu ‘Amr bin al-‘Ash disana menghadapi kaum murtad.

Imam Ibnu Jarir (Rahimahullah) berkata: “…Kemudian beberapa hari sebelum Abu Bakar melepas Khalid dan pasukannya menuju negeri Yamamah, beliau mengirim surat kepada Syarhabil yang bunyinya sebagaimana berikut: ‘Jika kalian telah bertemu dengan Khalid, dan juga jika kalian telah menumpas Musailamah bersamanya Insya Allah. Maka setelah itu, hendaknya engkau pergi menuju negeri tempat tinggal suku Qudha’ah. Dan sesampainya engkau disana, bergabunglah dengan ‘Amr bin ‘Ash dan pasukannya, untuk kemudian perangilah oleh kalian berdua siapa saja diantara anggota suku tersebut yang murtad dan enggan membayar zakat!’”. Isi surat Abu Bakar ini tidak dituliskan oleh Imam Ibnul Atsir (Rahimahullah) di dalam kitabnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah kisah akan berlanjut ke artikel selanjutnya.

Was-Salam.