Matahari Terbit, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Ibnu Ishaq berkata mengenai peperangan yang
terjadi antara bangsa Persia di bawah komando Wahraz melawan bangsa Habasyah di
bawah komando Masruq bin Abrahah, beliau berkata: “Ketika mendengar kabar akan
kedatangan bangsa Persia di pesisir Aden, Masruq segera mengumpulkan pasukannya
dan langsung bergerak menuju tempat berkumpulnya pasukan Persia”.
Ibnul Atsir mengatakan perihal jumlah
pasukan yang dibawa oleh Masruq bin Abrahah: “Mendengar akan kedatangan pasukan
Persia di daerah kekuasaannya, Masruq segera bergerak untuk menyambut
kedatangan mereka sembari membawa sebuah pasukan yang sangat besar. Pasukan ini
berjumlah 100.000 personel yang terdiri dari orang-orang Habasyah, Himyar, dan
arab badui”.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 4).
SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 6).
Beliau juga berkata perihal pasukan yang
berhasil didapatkan oleh Saif dari usahanya berkeliling diantara suku-suku
Yaman: “Setelah berkeliling diantara suku-suku Yaman, Saif-pun berhasil
mengumpulkan sebuah pasukan yang cukup untuk menghadapi pasukan yang dibawa
oleh Masruq. Dan diantara suku-suku Yaman yang paling pertama menerima
ajakannya adalah suku as-Sakasik dari Kindah”.
Al-Muthahhir al-Maqdisiy berkata: “Ketika
kedua pasukan telah saling berhadap-hadapan, Masruq mengirimkan sepucuk surat
kepada Wahraz yang bunyinya sebagaimana berikut: “Engkau telah mengkhianati
dirimu sendiri ketika engkau berniat untuk menyerbu kami bersama sekelompok
kecil pasukan yang bersamamu itu, jika engkau ingin maka aku bisa mengizinkanmu
untuk kembali pulang (tanpa rasa malu) ke negerimu, dan jika engkau ingin maka
aku akan meninggalkanmu sejenak dan memberimu waktu untuk berpikir mengenai
nasibmu ke depannya”.
Wahraz menjawab surat tersebut dengan
mengatakan: “Bagaimana kalau kita membuat sebuah tenggat waktu, dimana tidak
boleh ada serangan diantara kita hingga tenggat waktu tersebut habis?”.
Masruq-pun setuju dengan apa yang
disarankan oleh Wahraz, maka kedua pasukan-pun meredakan sejenak ketegangan
yang ada diantara mereka hingga tenggat waktu tersebut habis”.
Tenggat waktu ini sendiri tidak disebutkan
secara rinci oleh al-Muthahhir al-Maqdisiy, berapa hari atau berapa jamkah
tenggat waktu tersebut berlangsung?. Akan tetapi yang pasti pada saat tenggat
waktu ini baru habis separohnya, terjadi sebuah kejadian yang membuat Wahraz
sangat marah, kejadian tersebut adalah…
Berkata al-Muthahhir al-Maqdisiy: “Melihat
bahwa tenggat waktu yang dijanjikan oleh kedua belah pihak telah berjalan, maka
anak Wahraz-pun segera menaiki kudanya untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi
perkemahan pasukan Habasyah. Akan tetapi sementara dia sedang berkeliling
tiba-tiba kuda tersebut meronta hingga membuat anak tersebut terjatuh ke atas
tanah, dan seketika semua orang Habasyah yang saat itu berada di sekelilingnya
segera mengerubunginya dan membunuhnya.
Ketika Wahraz mendengar akan kematian
anaknya ditangan orang-orang Habasyah, dia langsung mengirimkan sepucuk surat
yang berbunyi: “Sungguh kalian telah benar-benar mengkhianati perjanjian yang
ada diantara kita, dan kalian juga telah mengangkat naik jaminan keamanan bagi
kedua belah pihak!”.
Setelah itu dia memerintahkan agar jasad
anaknya (yang saat itu telah diserahkan kepadanya oleh orang-orang Habasyah)
dikuburkan pada sebuah tanah lapang di dekat perkemahan mereka (bangsa Persia),
agar jika nanti dia dan pasukannya melihat kuburan anaknya tersebut maka akan semakin
membaralah semangat juang mereka. Dan Wahraz sendiri tetap menghormati tenggat
waktu yang dibuatnya (karena dialah yang menyarankan agar tenggat waktu ini
dibuat) dan sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi terpukul maupun sedih
selama tenggat waktu berjalan menuju penghabisan”.
Pada asalnya Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu
Katsir dan as-Suhailiy juga menyebutkan kisah mengenai terbunuhnya anak Wahraz
ini, akan tetapi mereka menyebutkan bahwa anak tersebut terbunuh karena Wahraz
sendiri yang menyuruhnya untuk berduel dengan orang-orang Habasyah sebagaimana
kebiasaan para pasukan pada umumnya sebelum masuk ke pertempuran sesungguhnya.
Berkata Ibnu Ishaq: “Ketika kedua pasukan
telah saling berhadap-hadapan, Wahraz mengirimkan anaknya agar dia mengajak
duel orang-orang Habasyah terlebih dahulu sekaligus mengetes kemampuan
bertarung mereka sebelum masuk ke perang sesungguhnya. Maka majulah anak Wahraz
sembari menantang duel orang-orang Habasyah, dan ketika tantangannya tersebut
dijawab oleh salah seorang dari pasukan Habasyah, keduanya-pun saling menyerang
hingga akhirnya si Habasyah berhasil membunuh anak Wahraz pada duel tersebut.
Melihat hal ini Wahraz-pun semakin geram kepada
orang-orang Habasyah tersebut”.
Ibnu Jarir menyebutkan bahwa anak ini
bernama Nuzadz, dimana Wahraz mengatakan kepadanya: “Teslah dari jarak jauh
kemampuan bertarung mereka, hingga kita bisa melihat apa yang bisa mereka
lakukan!”. Maka majulah si anak dan segera mengetes kemampuan bertarung
orang-orang Habasyah, hingga pada suatu waktu dia terpojok dan tidak bisa lolos
dari kepungan orang-orang Habasyah, dan ketika melihat bahwa lawan mereka tidak
bisa apa-apa lagi maka orang-orang Habasyah tersebut segera membunuh si anak. Melihat
hal ini Wahraz-pun semakin bertambah geram terhadap mereka, dan bersumpah akan
benar-benar membantai mereka semua (ketika perang telah dimenangkan olehnya).
Setelah itu Wahraz melakukan beberapa
tindakan yang dia pikir bahwa tindakan tersebut sangat ampuh untuk menambah
semangat juang pasukannya, tindakan apakah itu?....
Insya Allah cerita akan berlanjut pada
artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment