Saturday, August 7, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZIN BERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 5).

 

Matahari Terbit, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Ibnu Ishaq berkata mengenai peperangan yang terjadi antara bangsa Persia di bawah komando Wahraz melawan bangsa Habasyah di bawah komando Masruq bin Abrahah, beliau berkata: “Ketika mendengar kabar akan kedatangan bangsa Persia di pesisir Aden, Masruq segera mengumpulkan pasukannya dan langsung bergerak menuju tempat berkumpulnya pasukan Persia”.

Ibnul Atsir mengatakan perihal jumlah pasukan yang dibawa oleh Masruq bin Abrahah: “Mendengar akan kedatangan pasukan Persia di daerah kekuasaannya, Masruq segera bergerak untuk menyambut kedatangan mereka sembari membawa sebuah pasukan yang sangat besar. Pasukan ini berjumlah 100.000 personel yang terdiri dari orang-orang Habasyah, Himyar, dan arab badui”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 4).

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 6).

Beliau juga berkata perihal pasukan yang berhasil didapatkan oleh Saif dari usahanya berkeliling diantara suku-suku Yaman: “Setelah berkeliling diantara suku-suku Yaman, Saif-pun berhasil mengumpulkan sebuah pasukan yang cukup untuk menghadapi pasukan yang dibawa oleh Masruq. Dan diantara suku-suku Yaman yang paling pertama menerima ajakannya adalah suku as-Sakasik dari Kindah”.

Al-Muthahhir al-Maqdisiy berkata: “Ketika kedua pasukan telah saling berhadap-hadapan, Masruq mengirimkan sepucuk surat kepada Wahraz yang bunyinya sebagaimana berikut: “Engkau telah mengkhianati dirimu sendiri ketika engkau berniat untuk menyerbu kami bersama sekelompok kecil pasukan yang bersamamu itu, jika engkau ingin maka aku bisa mengizinkanmu untuk kembali pulang (tanpa rasa malu) ke negerimu, dan jika engkau ingin maka aku akan meninggalkanmu sejenak dan memberimu waktu untuk berpikir mengenai nasibmu ke depannya”.

Wahraz menjawab surat tersebut dengan mengatakan: “Bagaimana kalau kita membuat sebuah tenggat waktu, dimana tidak boleh ada serangan diantara kita hingga tenggat waktu tersebut habis?”.

Masruq-pun setuju dengan apa yang disarankan oleh Wahraz, maka kedua pasukan-pun meredakan sejenak ketegangan yang ada diantara mereka hingga tenggat waktu tersebut habis”.

Tenggat waktu ini sendiri tidak disebutkan secara rinci oleh al-Muthahhir al-Maqdisiy, berapa hari atau berapa jamkah tenggat waktu tersebut berlangsung?. Akan tetapi yang pasti pada saat tenggat waktu ini baru habis separohnya, terjadi sebuah kejadian yang membuat Wahraz sangat marah, kejadian tersebut adalah…

Berkata al-Muthahhir al-Maqdisiy: “Melihat bahwa tenggat waktu yang dijanjikan oleh kedua belah pihak telah berjalan, maka anak Wahraz-pun segera menaiki kudanya untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi perkemahan pasukan Habasyah. Akan tetapi sementara dia sedang berkeliling tiba-tiba kuda tersebut meronta hingga membuat anak tersebut terjatuh ke atas tanah, dan seketika semua orang Habasyah yang saat itu berada di sekelilingnya segera mengerubunginya dan membunuhnya.

Ketika Wahraz mendengar akan kematian anaknya ditangan orang-orang Habasyah, dia langsung mengirimkan sepucuk surat yang berbunyi: “Sungguh kalian telah benar-benar mengkhianati perjanjian yang ada diantara kita, dan kalian juga telah mengangkat naik jaminan keamanan bagi kedua belah pihak!”.

Setelah itu dia memerintahkan agar jasad anaknya (yang saat itu telah diserahkan kepadanya oleh orang-orang Habasyah) dikuburkan pada sebuah tanah lapang di dekat perkemahan mereka (bangsa Persia), agar jika nanti dia dan pasukannya melihat kuburan anaknya tersebut maka akan semakin membaralah semangat juang mereka. Dan Wahraz sendiri tetap menghormati tenggat waktu yang dibuatnya (karena dialah yang menyarankan agar tenggat waktu ini dibuat) dan sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi terpukul maupun sedih selama tenggat waktu berjalan menuju penghabisan”.

Pada asalnya Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Katsir dan as-Suhailiy juga menyebutkan kisah mengenai terbunuhnya anak Wahraz ini, akan tetapi mereka menyebutkan bahwa anak tersebut terbunuh karena Wahraz sendiri yang menyuruhnya untuk berduel dengan orang-orang Habasyah sebagaimana kebiasaan para pasukan pada umumnya sebelum masuk ke pertempuran sesungguhnya.

Berkata Ibnu Ishaq: “Ketika kedua pasukan telah saling berhadap-hadapan, Wahraz mengirimkan anaknya agar dia mengajak duel orang-orang Habasyah terlebih dahulu sekaligus mengetes kemampuan bertarung mereka sebelum masuk ke perang sesungguhnya. Maka majulah anak Wahraz sembari menantang duel orang-orang Habasyah, dan ketika tantangannya tersebut dijawab oleh salah seorang dari pasukan Habasyah, keduanya-pun saling menyerang hingga akhirnya si Habasyah berhasil membunuh anak Wahraz pada duel tersebut.

Melihat hal ini Wahraz-pun semakin geram kepada orang-orang Habasyah tersebut”.

Ibnu Jarir menyebutkan bahwa anak ini bernama Nuzadz, dimana Wahraz mengatakan kepadanya: “Teslah dari jarak jauh kemampuan bertarung mereka, hingga kita bisa melihat apa yang bisa mereka lakukan!”. Maka majulah si anak dan segera mengetes kemampuan bertarung orang-orang Habasyah, hingga pada suatu waktu dia terpojok dan tidak bisa lolos dari kepungan orang-orang Habasyah, dan ketika melihat bahwa lawan mereka tidak bisa apa-apa lagi maka orang-orang Habasyah tersebut segera membunuh si anak. Melihat hal ini Wahraz-pun semakin bertambah geram terhadap mereka, dan bersumpah akan benar-benar membantai mereka semua (ketika perang telah dimenangkan olehnya).

Setelah itu Wahraz melakukan beberapa tindakan yang dia pikir bahwa tindakan tersebut sangat ampuh untuk menambah semangat juang pasukannya, tindakan apakah itu?....

Insya Allah cerita akan berlanjut pada artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

0 comments:

Post a Comment