Friday, August 20, 2021

KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 2).

 

Balon Udara, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Kisah mengenai pertemuan sekaligus dialog antara kedua utusan Badzan dan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) telah diceritakan oleh masing-masing dari Ibnul Atsir dan Ibnu Jarir ath-Thabariy (Rahimahumallah) di dalam kitab mereka berdua, akan tetapi karena kisah yang dibawakan oleh Ibnu Jarir saya lihat lebih terperinci dari kisah yang dibawakan oleh Ibnul Atsir, maka pada artikel ini saya akan menuliskan kisah tersebut sesuai dengan apa yang dibawakan dan dituliskan oleh Ibnu Jarir dalam kitabnya. Kisahnya sendiri sebagai berikut…

Perlu diingat terlebih dahulu bahwa Ibnu Jarir dan Ibnul Atsir sepakat akan nama utusan kedua yakni Khurra Khusrah, namun mereka berdua berbeda pendapat mengenai nama dari utusan yang pertama, dimana Ibnul Atsir mengatakan bahwa namanya adalah Nabuh, sementara Ibnu Jarir mengatakan bahwa namanya adalah Babawaih.  

BACA JUGA:

KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 1).

KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 3).

Berkata Ibnu Jarir: “Mereka berdua segera berangkat menuju kota Madinah setelah mendengar informasi mengenai keberadaan Nabi, dan sesampainya mereka berdua disana Babawaih langsung mengajak bicara Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Dia berkata: “Sesungguhnya Syahan Syah sang raja diraja Kisra telah menulis sebuah surat yang ditujukan kepada raja Badzan, dimana isi dari surat tersebut adalah sebuah perintah agar Badzan mengirimkan dua orang utusan menuju tempatmu ini untuk kemudian membawamu menuju negeri Persia lebih tepatnya ke istana Kisra agar dia bisa bertemu denganmu disana. Dan Badzan telah melaksanakan perintah Kisra tadi dengan mengirim diriku untuk menjemputmu dan segera membawamu ke hadapan Kisra.

Maka jika kamu tunduk dan berserah diri, Badzan akan mengirimkan surat kepada Kisra mengenai kepatuhanmu sekaligus sebuah permohonan agar Kisra mengampunimu. Akan tetapi jika kamu membangkang, maka seperti yang telah kamu ketahui sendiri mengenai diri Kisra, dia pasti akan menghancurkanmu bersama seluruh kaummu, dan juga pasti dia akan meluluh lantakkan negerimu ini!”.

Setelah mendengar perkataan Babawaih tersebut, Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) tidak langsung menanggapi perkataannya, melainkan beliau menanyakan terlebih dahulu mengenai penampilan mereka berdua yang beliau anggap aneh. Dimana mereka berdua mendatangi Rasulullah dalam keadaan jenggot tercukur habis sementara kumisnya panjang lebat.

Beliau (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sangat tidak suka melihat penampilan seperti ini (oleh karena itu beliau memilih untuk tidak menanggapi terlebih dahulu perkataan Babawaih, akan tetapi menanyakan terlebih dahulu akan alasan apa yang mendasari mereka berdua untuk memanjangkan kumis dan mencukur habis jenggot), beliau pada awalnya jijik untuk melihat mereka berdua secara langsung, akan tetapi demi mendapatkan jawaban yang memuaskan mengenai alasan mereka berdua mencukur habis jenggot dan memanjangkan kumis, beliau pun rela bertatap muka dengan mereka berdua untuk kemudian beliau bertanya: {“Celakalah kalian berdua!, siapa gerangan yang menyuruh kalian untuk melakukan hal ini?”}, (yakni mencukur habis jenggot dan memanjangkan kumis).

Kedua utusan tersebut menjawab: “Yang memerintahkan kami untuk melakukan ini adalah tuan kami”, yang mereka berdua maksudkan adalah Kisra.

Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) berkata: {“Akan tetapi tuanku (yakni Allah) telah memerintahkanku untuk memanjangkan jenggotku dan mencukur habis kumisku”}.

Lalu beliau melanjutkan: {“Pulanglah kalian hari ini, dan datangilah aku kembali besok!”}. Dan selang beberapa waktu kemudian, Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) mendapatkan wahyu dari langit yang berbunyi bahwa Allah (‘Azza Wa Jalla) telah memberikan kekuasaan kepada anak Kisra yang bernama Syairawaih atas (kehidupan) ayahnya (maksudnya adalah bahwa Allah (‘Azza Wa Jalla) telah menakdirkan bahwa Kisra akan dibunuh oleh anaknya sendiri). Dimana anaknya ini akan membunuh ayahnya (yakni Kisra) pada bulan kesekian, malam kesekian, dan jam kesekian.

Dan benar saja, ketika malam kesekian dari bulan kesekian tersebut telah datang, si anak yang bernama Syairawaih ini-pun membunuh ayahnya tepat pada jam kesekian yang telah dijanjikan oleh Allah kepada NabiNya…”.

Ibnu Jarir melanjutkan: “…Maka Rasulullah memanggil mereka berdua kembali setelah mendapatkan wahyu perihal Kisra yang dibunuh oleh anaknya, dan setelah mereka berdua tiba, beliau langsung memberitahu mereka berdua mengenai kabar tersebut (yang tentunya kabar ini belum tersebar luas, karena baru saja terjadi, juga karena tidak adanya berita-berita online yang super cepat tersebar pada zaman itu).

Maka setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Rasulullah mereka berdua pun heran dan berkata: “Apakah kamu sadar akan apa yang kamu katakan ini?, sungguh kami telah menawarkan sebuah konsekuensi (dari surat yang dikirim oleh beliau kepada Kisra yang telah saya sebutkan pada artikel sebelum ini) yang lebih ringan dan mudah dari konsekuensi yang akan kamu dapatkan dari perkataanmu ini. Apakah kamu mau jika kami menuliskan mengenai perkataanmu ini pada sebuah surat dan kemudian kami kirimkan kepada Kisra?!”.

Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) pun menjawab (dengan tenang dan tanpa rasa takut): {“Iya, beritahukan kepada Kisra mengenai perkataanku ini!, dan katakan kepadanya: ‘Sesungguhnya agamaku dan kekuasaanku akan semakin membesar hingga mencakup seluruh daerah kekuasaan Kisra pada hari ini, dan agamaku beserta kekuasaanku ini akan terus membesar hingga mencakup seluruh daerah yang bisa di jangkau oleh manusia dengan kedua kakinya!’. Dan katakan juga kepadanya: ‘Jika kamu wahai Kisra masuk Islam, maka aku berjanji akan memberikan kepadamu apa yang sekarang ini berada di bawah kekuasaanmu, dan sungguh aku juga akan tetap menjadikanmu seorang raja bagi bangsamu!”}.

Kemudian setelah itu Nabi memberikan kepada Khurra Khusrah sebuah kotak yang berisi emas dan perak, dimana kotak ini sebelumnya adalah sebuah hadiah dari sebagian raja untuk Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah kisah akan berlanjut pada artikel selanjutnya.

Was-Salam.

  

 

 

0 comments:

Post a Comment