Balon Udara, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Kisah mengenai pertemuan sekaligus dialog
antara kedua utusan Badzan dan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
telah diceritakan oleh masing-masing dari Ibnul Atsir dan Ibnu Jarir
ath-Thabariy (Rahimahumallah) di dalam kitab mereka berdua, akan tetapi
karena kisah yang dibawakan oleh Ibnu Jarir saya lihat lebih terperinci dari
kisah yang dibawakan oleh Ibnul Atsir, maka pada artikel ini saya akan menuliskan
kisah tersebut sesuai dengan apa yang dibawakan dan dituliskan oleh Ibnu Jarir
dalam kitabnya. Kisahnya sendiri sebagai berikut…
Perlu diingat terlebih dahulu bahwa Ibnu
Jarir dan Ibnul Atsir sepakat akan nama utusan kedua yakni Khurra Khusrah,
namun mereka berdua berbeda pendapat mengenai nama dari utusan yang pertama,
dimana Ibnul Atsir mengatakan bahwa namanya adalah Nabuh, sementara Ibnu Jarir
mengatakan bahwa namanya adalah Babawaih.
BACA JUGA:
KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU
‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 1).
KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU
‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 3).
Berkata Ibnu Jarir: “Mereka berdua segera
berangkat menuju kota Madinah setelah mendengar informasi mengenai keberadaan
Nabi, dan sesampainya mereka berdua disana Babawaih langsung mengajak bicara
Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Dia berkata: “Sesungguhnya
Syahan Syah sang raja diraja Kisra telah menulis sebuah surat yang ditujukan
kepada raja Badzan, dimana isi dari surat tersebut adalah sebuah perintah agar
Badzan mengirimkan dua orang utusan menuju tempatmu ini untuk kemudian
membawamu menuju negeri Persia lebih tepatnya ke istana Kisra agar dia bisa
bertemu denganmu disana. Dan Badzan telah melaksanakan perintah Kisra tadi
dengan mengirim diriku untuk menjemputmu dan segera membawamu ke hadapan Kisra.
Maka jika kamu tunduk dan berserah diri,
Badzan akan mengirimkan surat kepada Kisra mengenai kepatuhanmu sekaligus
sebuah permohonan agar Kisra mengampunimu. Akan tetapi jika kamu membangkang,
maka seperti yang telah kamu ketahui sendiri mengenai diri Kisra, dia pasti
akan menghancurkanmu bersama seluruh kaummu, dan juga pasti dia akan meluluh
lantakkan negerimu ini!”.
Setelah mendengar perkataan Babawaih
tersebut, Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) tidak langsung
menanggapi perkataannya, melainkan beliau menanyakan terlebih dahulu mengenai
penampilan mereka berdua yang beliau anggap aneh. Dimana mereka berdua mendatangi
Rasulullah dalam keadaan jenggot tercukur habis sementara kumisnya panjang lebat.
Beliau (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
sangat tidak suka melihat penampilan seperti ini (oleh karena itu beliau
memilih untuk tidak menanggapi terlebih dahulu perkataan Babawaih, akan tetapi
menanyakan terlebih dahulu akan alasan apa yang mendasari mereka berdua untuk
memanjangkan kumis dan mencukur habis jenggot), beliau pada awalnya jijik untuk
melihat mereka berdua secara langsung, akan tetapi demi mendapatkan jawaban
yang memuaskan mengenai alasan mereka berdua mencukur habis jenggot dan
memanjangkan kumis, beliau pun rela bertatap muka dengan mereka berdua untuk
kemudian beliau bertanya: {“Celakalah kalian berdua!, siapa gerangan
yang menyuruh kalian untuk melakukan hal ini?”}, (yakni mencukur habis
jenggot dan memanjangkan kumis).
Kedua utusan tersebut menjawab: “Yang
memerintahkan kami untuk melakukan ini adalah tuan kami”, yang mereka berdua
maksudkan adalah Kisra.
Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam) berkata: {“Akan tetapi tuanku (yakni Allah) telah
memerintahkanku untuk memanjangkan jenggotku dan mencukur habis kumisku”}.
Lalu beliau melanjutkan: {“Pulanglah
kalian hari ini, dan datangilah aku kembali besok!”}. Dan selang beberapa
waktu kemudian, Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) mendapatkan
wahyu dari langit yang berbunyi bahwa Allah (‘Azza Wa Jalla) telah
memberikan kekuasaan kepada anak Kisra yang bernama Syairawaih atas (kehidupan)
ayahnya (maksudnya adalah bahwa Allah (‘Azza Wa Jalla) telah menakdirkan
bahwa Kisra akan dibunuh oleh anaknya sendiri). Dimana anaknya ini akan
membunuh ayahnya (yakni Kisra) pada bulan kesekian, malam kesekian, dan jam
kesekian.
Dan benar saja, ketika malam kesekian dari
bulan kesekian tersebut telah datang, si anak yang bernama Syairawaih ini-pun
membunuh ayahnya tepat pada jam kesekian yang telah dijanjikan oleh Allah kepada
NabiNya…”.
Ibnu Jarir melanjutkan: “…Maka Rasulullah
memanggil mereka berdua kembali setelah mendapatkan wahyu perihal Kisra yang
dibunuh oleh anaknya, dan setelah mereka berdua tiba, beliau langsung
memberitahu mereka berdua mengenai kabar tersebut (yang tentunya kabar ini
belum tersebar luas, karena baru saja terjadi, juga karena tidak adanya
berita-berita online yang super cepat tersebar pada zaman itu).
Maka setelah mendengar apa yang dikatakan
oleh Rasulullah mereka berdua pun heran dan berkata: “Apakah kamu sadar akan
apa yang kamu katakan ini?, sungguh kami telah menawarkan sebuah konsekuensi (dari
surat yang dikirim oleh beliau kepada Kisra yang telah saya sebutkan pada
artikel sebelum ini) yang lebih ringan dan mudah dari konsekuensi yang akan
kamu dapatkan dari perkataanmu ini. Apakah kamu mau jika kami menuliskan
mengenai perkataanmu ini pada sebuah surat dan kemudian kami kirimkan kepada
Kisra?!”.
Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
pun menjawab (dengan tenang dan tanpa rasa takut): {“Iya, beritahukan kepada
Kisra mengenai perkataanku ini!, dan katakan kepadanya: ‘Sesungguhnya agamaku dan
kekuasaanku akan semakin membesar hingga mencakup seluruh daerah kekuasaan
Kisra pada hari ini, dan agamaku beserta kekuasaanku ini akan terus membesar
hingga mencakup seluruh daerah yang bisa di jangkau oleh manusia dengan kedua
kakinya!’. Dan katakan juga kepadanya: ‘Jika kamu wahai Kisra masuk Islam, maka
aku berjanji akan memberikan kepadamu apa yang sekarang ini berada di bawah
kekuasaanmu, dan sungguh aku juga akan tetap menjadikanmu seorang raja bagi
bangsamu!”}.
Kemudian setelah itu Nabi memberikan kepada
Khurra Khusrah sebuah kotak yang berisi emas dan perak, dimana kotak ini
sebelumnya adalah sebuah hadiah dari sebagian raja untuk Nabi (Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam)”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Insya Allah kisah akan berlanjut pada
artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment