Thursday, August 26, 2021

KEDATANGAN UTUSAN SUKU-SUKU ARAB KE KOTA MADINAH.

 

Gambar oleh Manil Tebibel dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sebab paling utama dari dihancurkannya pasukan bergajah adalah dikarenakan mereka telah dengan berani berniat untuk menghancurkan Ka’bah sekaligus menyerang kota Makkah dan mengganggu penduduknya. Maka karena niat buruk mereka inilah Allah (‘Azza Wa Jalla) menghancurkan pasukan tersebut hingga tidak tersisa, adapun orang-orang yang berhasil selamat dari kematian akibat bebatuan panas yang dilemparkan oleh burung Ababil, keselamatan mereka dari kematian tersebut bukan berarti bahwa mereka bisa hidup enak dan tenang, dimana walau mereka semua masih hidup, akan tetapi mereka hidup dalam keadaan terhina sebagaimana kehidupan para pengendali gajah yang menghabiskan sisa umurnya dalam keadaan menjadi pengemis.

BACA JUGA:

APAKAH ARTI DAN KANDUNGAN KATA ‘PERANG’BAGI MASYARAKAT JAHILIYAH?.

SEBUAH KISAH MENGENAI PARA UTUSAN RAKYAT NAJRAN.

Lalu selang beberapa tahun kemudian, lebih tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriyah, bergeraklah sebuah pasukan dari kota Madinah menuju kota Makkah, pasukan yang berjumlah 10.000 personel ini bergerak dibawah pimpinan manusia yang paling mulia yaitu Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).

Mendengar akan keberangkatan Nabi dan para sahabat yang berjumlah 10.000 personel tersebut menuju ke kota Makkah, terlebih lagi ketika orang-orang arab mendengar kabar lanjutan mengenai pasukan tersebut yang berbunyi “Nabi dan para sahabat telah menaklukkan kota Makkah”. Orang-orang arab pun menunggu hasil akhir dari penaklukan kota Makkah tersebut, apakah Muhammad dan para sahabatnya akan ditimpa azab juga sebagaimana dahulu Abrahah dan pasukannya tertimpa azab yang sangat pedih?...

Ternyata waktu demi waktu berlalu tidak ada sama sekali kejadian buruk yang menimpa Nabi dan para sahabat selama mereka menetap di kota Makkah, dan yang lebih mengejutkannya lagi ternyata Nabi dan para sahabat mampu untuk kembali pulang ke kota Madinah dalam keadaan aman tanpa ada satupun kejadian buruk yang menimpa mereka, bahkan sepulangnya beliau ke Madinah beliau dan para sahabat masih bisa bertempur di daerah Hunain, mengepung kota Thaif, dan yang terpenting adalah beliau mampu untuk mengirim pasukan Islam menuju daerah Tabuk demi menghadapi pasukan Romawi disana.

Maka dari semua kenyataan inilah masyarakat arab pun percaya bahwa beliau benar-benar seorang Nabi dan Rasul yang Allah utus kepada ummat manusia untuk menunjuki mereka jalan yang benar dan memperingati mereka agar jangan menempuh jalan yang salah.

Maka setelah kepulangan kaum muslimin dari penaklukan kota Makkah, mulailah suku-suku arab berbondong-bondong mengirim utusannya ke kota Madinah demi menemui Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) disana. Dan dalam waktu yang sangat singkat daerah teritori Islam pun meluas hingga mencakup seluruh daerah yang terletak antara pesisir laut Merah dan pesisir teluk Arab, juga seluruh daerah yang terletak antara bagian selatan Yordania dan pesisir Yaman dan Oman.

Dikatakan oleh syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuriy bahwa jumlah utusan yang berdatangan ke kota Madinah adalah lebih dari 70 utusan, adapun sebagian ulama ahli Sirah ada yang mengatakan bahwa utusan-utusan ini mencapai angka 100 orang utusan.

Para utusan ini sebagian besar adalah para pemuka suku, dimana diantara mereka ada yang berangkat seorang diri menuju kota Madinah, dan ada pula yang berangkat bersama sekelompok kecil orang.

Adapun tujuan dari kedatangan para utusan tadi sangat bermacam-macam, diantara mereka ada yang datang untuk mengambil kembali anggota suku mereka yang sempat ditawan oleh Rasulullah dan para sahabat, hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh suku Hawazin dan suku Tamim.

Adapula yang datang hanya ingin memastikan keamanan diri mereka sendiri, atau memastikan keamanan diri mereka juga keamanan suku mereka sekaligus.

Ada juga yang datang hanya ingin membangga-banggakan diri, atau hanya ingin berdebat dan adu argumen dengan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).

Diantara mereka ada juga yang datang dengan tujuan meminta sekaligus memastikan agar sekiranya kaum muslimin tidak menyerang perkampungan sukunya. Dan ada juga yang datang dengan tujuan menyampaikan ketundukan sukunya terhadap kekuatan Islam dan rela membayar Jizyah setiap tahun.

Juga ada yang datang karena ingin mempelajari Islam sekaligus mengajarkannya kepada kaumnya sepulangnya dia ke kampung halamannya. Dan kelompok yang terakhir adalah mereka yang datang ke Madinah dalam keadaan muslim, dimana kedatangan mereka ini demi memberitahu Rasulullah bahwa dirinya dan kaumnya telah memeluk agama Islam, dan agar Rasulullah berkenan mengajari mereka ajaran-ajaran dan tuntunan-tuntunan Islam yang mulia.

Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sendiri menerima semua utusan-utusan tadi terlepas dari segala tujuan dan maksud yang melatar belakangi kedatangan mereka, beliau menerima mereka semua dengan senyuman dan perilaku yang baik.

Beliau memenuhi semua permintaan mereka, mengajak mereka untuk memeluk agama Islam sekaligus menerangkan kepada mereka hakikat dari iman dan mengajarkan kepada mereka akan mulianya syariat-syariat Islam agar sepulangnya mereka semua ke kampung halaman masing-masing, mereka bisa mengajarkan semua yang telah diajarkan tadi kepada kaum mereka.

Dan diantara rombongan utusan-utusan tersebut, terdapat sekelompok orang yang berasal dari negeri Najran dan negeri Yaman. Bagaimanakah kisah mereka?.

Insya Allah kisah mereka akan saya ceritakan pada artikel-artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment