Gambar oleh Manil Tebibel dari Pixabay. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa
sebab paling utama dari dihancurkannya pasukan bergajah adalah dikarenakan
mereka telah dengan berani berniat untuk menghancurkan Ka’bah sekaligus
menyerang kota Makkah dan mengganggu penduduknya. Maka karena niat buruk mereka
inilah Allah (‘Azza Wa Jalla) menghancurkan pasukan tersebut hingga
tidak tersisa, adapun orang-orang yang berhasil selamat dari kematian akibat
bebatuan panas yang dilemparkan oleh burung Ababil, keselamatan mereka dari
kematian tersebut bukan berarti bahwa mereka bisa hidup enak dan tenang, dimana
walau mereka semua masih hidup, akan tetapi mereka hidup dalam keadaan terhina
sebagaimana kehidupan para pengendali gajah yang menghabiskan sisa umurnya
dalam keadaan menjadi pengemis.
BACA JUGA:
APAKAH ARTI DAN KANDUNGAN KATA ‘PERANG’BAGI MASYARAKAT JAHILIYAH?.
SEBUAH KISAH MENGENAI PARA UTUSAN RAKYAT NAJRAN.
Lalu selang beberapa tahun kemudian, lebih tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriyah, bergeraklah sebuah pasukan dari kota Madinah menuju kota Makkah, pasukan yang berjumlah 10.000 personel ini bergerak dibawah pimpinan manusia yang paling mulia yaitu Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).
Mendengar akan keberangkatan Nabi dan para
sahabat yang berjumlah 10.000 personel tersebut menuju ke kota Makkah, terlebih
lagi ketika orang-orang arab mendengar kabar lanjutan mengenai pasukan tersebut
yang berbunyi “Nabi dan para sahabat telah menaklukkan kota Makkah”. Orang-orang
arab pun menunggu hasil akhir dari penaklukan kota Makkah tersebut, apakah
Muhammad dan para sahabatnya akan ditimpa azab juga sebagaimana dahulu Abrahah
dan pasukannya tertimpa azab yang sangat pedih?...
Ternyata waktu demi waktu berlalu tidak ada
sama sekali kejadian buruk yang menimpa Nabi dan para sahabat selama mereka
menetap di kota Makkah, dan yang lebih mengejutkannya lagi ternyata Nabi dan
para sahabat mampu untuk kembali pulang ke kota Madinah dalam keadaan aman
tanpa ada satupun kejadian buruk yang menimpa mereka, bahkan sepulangnya beliau
ke Madinah beliau dan para sahabat masih bisa bertempur di daerah Hunain,
mengepung kota Thaif, dan yang terpenting adalah beliau mampu untuk mengirim
pasukan Islam menuju daerah Tabuk demi menghadapi pasukan Romawi disana.
Maka dari semua kenyataan inilah masyarakat
arab pun percaya bahwa beliau benar-benar seorang Nabi dan Rasul yang Allah
utus kepada ummat manusia untuk menunjuki mereka jalan yang benar dan
memperingati mereka agar jangan menempuh jalan yang salah.
Maka setelah kepulangan kaum muslimin dari
penaklukan kota Makkah, mulailah suku-suku arab berbondong-bondong mengirim
utusannya ke kota Madinah demi menemui Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
disana. Dan dalam waktu yang sangat singkat daerah teritori Islam pun meluas
hingga mencakup seluruh daerah yang terletak antara pesisir laut Merah dan
pesisir teluk Arab, juga seluruh daerah yang terletak antara bagian selatan
Yordania dan pesisir Yaman dan Oman.
Dikatakan oleh syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuriy
bahwa jumlah utusan yang berdatangan ke kota Madinah adalah lebih dari 70
utusan, adapun sebagian ulama ahli Sirah ada yang mengatakan bahwa
utusan-utusan ini mencapai angka 100 orang utusan.
Para utusan ini sebagian besar adalah para
pemuka suku, dimana diantara mereka ada yang berangkat seorang diri menuju kota
Madinah, dan ada pula yang berangkat bersama sekelompok kecil orang.
Adapun tujuan dari kedatangan para utusan
tadi sangat bermacam-macam, diantara mereka ada yang datang untuk mengambil kembali
anggota suku mereka yang sempat ditawan oleh Rasulullah dan para sahabat, hal
ini sebagaimana yang dilakukan oleh suku Hawazin dan suku Tamim.
Adapula yang datang hanya ingin memastikan
keamanan diri mereka sendiri, atau memastikan keamanan diri mereka juga
keamanan suku mereka sekaligus.
Ada juga yang datang hanya ingin
membangga-banggakan diri, atau hanya ingin berdebat dan adu argumen dengan
Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).
Diantara mereka ada juga yang datang dengan
tujuan meminta sekaligus memastikan agar sekiranya kaum muslimin tidak menyerang
perkampungan sukunya. Dan ada juga yang datang dengan tujuan menyampaikan
ketundukan sukunya terhadap kekuatan Islam dan rela membayar Jizyah setiap
tahun.
Juga ada yang datang karena ingin
mempelajari Islam sekaligus mengajarkannya kepada kaumnya sepulangnya dia ke
kampung halamannya. Dan kelompok yang terakhir adalah mereka yang datang ke
Madinah dalam keadaan muslim, dimana kedatangan mereka ini demi memberitahu
Rasulullah bahwa dirinya dan kaumnya telah memeluk agama Islam, dan agar
Rasulullah berkenan mengajari mereka ajaran-ajaran dan tuntunan-tuntunan Islam
yang mulia.
Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam) sendiri menerima semua utusan-utusan tadi terlepas dari segala
tujuan dan maksud yang melatar belakangi kedatangan mereka, beliau menerima
mereka semua dengan senyuman dan perilaku yang baik.
Beliau memenuhi semua permintaan mereka,
mengajak mereka untuk memeluk agama Islam sekaligus menerangkan kepada mereka
hakikat dari iman dan mengajarkan kepada mereka akan mulianya syariat-syariat
Islam agar sepulangnya mereka semua ke kampung halaman masing-masing, mereka
bisa mengajarkan semua yang telah diajarkan tadi kepada kaum mereka.
Dan diantara rombongan utusan-utusan
tersebut, terdapat sekelompok orang yang berasal dari negeri Najran dan negeri
Yaman. Bagaimanakah kisah mereka?.
Insya Allah kisah mereka akan saya
ceritakan pada artikel-artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment