Hari yang Cerah, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Setidaknya ada 2 bait syair yang disebutkan
oleh para ulama selain bait syair milik Saif (yang telah saya sebutkan pada
artikel yang lalu) yang bercerita mengenai kemenangan bangsa Persia atas
orang-orang Habasyah di Yaman.
Bait syair pertama adalah bait syair karya
seseorang yang bernama Abu ash-Shalt bin Abi Rabi’ah ats-Tsaqafiy, bait syair
ini disebutkan oleh Ibnu Ishaq dan sebagian besar para ulama di buku-buku
mereka.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 7).
SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 9).
Berkata Ibnu Ishaq: “Berkata Abu ash-Shalt
bin Abi Rabi’ah ats-Tsaqafiy:
“Hendaknya yang meminta pertolongan
adalah orang-orang seperti Ibnu Dzi Yazin…
Dia mengarungi lautan untuk kemudian
menyerang musuh laksana kilat yang menyambar…
Dia bergerak menuju Kaisar ketika dia
merasa perjalanannya ini akan segera berakhir…
Akan tetapi dia tidak mendapati di sisi
Kaisar sedikitpun dari apa yang dia minta dan harapkan…
Kemudian dia memutuskan kembali untuk pergi
menghadap Kisra setelah berpuluh-puluh…
Tahun dia merendahkan diri di negeri orang
dalam keadaan tidak mempunyai harta…
Hingga akhirnya dia pulang sembari membawa
orang-orang merdeka…
Sungguh demi umurku, engkau telah
benar-benar bergerak dengan sangat cepat…
Demi Allah kelompok yang datang bersamanya
tersebut telah membawa suatu kebaikan…
Yang aku tidak pernah melihat sekelompok
manusia lain yang semisal dengan mereka…
Seorang pemimpin yang pemberani sang
penakluk benteng-benteng yang kemarahannya…
Laksana kemarahan seekor induk singa yang
sedang merawat anak-anaknya di dalam sarangnya di tengah hutan…
Mereka melempar anak panah dengan memakai
busur-busur hingga seakan-akan mereka itu rengga…
Busur-busur tersebut terbuat dari bambu
Persia yang mempercepat laju anak panah…
Engkau telah mengirim seekor singa untuk melawan
segerombolan anjing berwarna hitam maka…
Tidak membutuhkan waktu lama hingga
segerombolan tersebut kalah dan lari tercerai-berai tanpa arah…
Maka berpestalah engkau karena telah
berhasil mengambil kembali mahkotamu dengan rasa aman…
Di atas kastil Gumdan, sebuah kastil yang
menjadi rumah tempat bersantaimu…
Berpestalah engkau karena mereka semua
telah dikalahkan dan telah dibinasakan…
Turunkanlah pakaianmu pada hari ini hingga
melewati mata kaki…
Seluruh kebaikan itu sama sekali tidak sama
dengan segelas susu…
Yang dicampur dengan air, karena segelas
susu tersebut pada akhirnya hanya akan menjadi kotoran yang di buang…”.
Inilah bait syair yang pertama, adapun bait
syair yang kedua adalah karya seseorang yang bernama Adi bin Zaid al-Himyariy,
akan tetapi saya tidak akan menyebutkannya pada artikel hari ini.
Dan di dalam bait syair diatas, di sebutkan
nama sebuah benteng yaitu benteng Gumdan, as-Suhailiy menjelaskan di dalam
kitabnya mengenai benteng Gumdan ini…
Berkata as-Suhailiy: “Ibnu Hisyam
menyebutkan bahwa benteng Gumdan ini dibangun oleh Ya’rub bin Qahthan dan
disempurnakan oleh orang-orang setelahnya. Akan tetapi pada akhirnya benteng
tersebut berhasil diambil alih oleh seseorang yang bernama Wail atau Watsil bin
Himyar bin Saba’ pada saat dia menjadi raja”.
Syaikh Abdurrahman al-Wakil berkata: “Disebutkan
di dalam al-Marashid bahwa Gumdan adalah nama sebuah benteng yang terletak di
kota Shan’a di negeri Yaman, benteng ini konon menjadi tempat beristirahatnya
para raja. Benteng ini tetap berdiri tegak semenjak dibangun hingga zaman
pemerintahan Utsman, dimana beliau menghancurkan benteng tersebut.
Di sebutkan pula dalam kitab Mu’jam karya
al-Bakriy bahwa benteng Gumdan ini adalah pusatnya kota Shan’a.
Dan di dalam kitab at-Taqwim karya Abu
al-Fida’ disebutkan bahwa benteng Gumdan ini adalah sebuah bukit yang sangat
besar, dimana terdapat padanya istana raja-raja Yaman”. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Kisah mengenai Saif akan saya lanjutkan
pada artikel selanjutnya Insya Allah.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment