Pohon, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Berkata Ibnu Ishaq: “Konon di dapati pada
sebuah batu di negeri Yaman sebuah ukiran yang dipercaya bahwa ukiran ini
adalah sebuah nukilan yang diambil dari kitab Zabur, ukiran tersebut berbunyi: “Milik
siapakah kerajaan Dzimar? Milik orang-orang Himyar yang baik. Lalu milik
siapakah kerajaan Dzimar selanjutnya? Milik orang-orang Habasyah yang jahat. Lalu
milik siapakah kerajaan Dzimar selanjutnya? Milik orang-orang Persia yang
merdeka. Lalu milik siapakah kerajaan Dzimar selanjutnya? Milik orang-orang
Quraisy para pedagang”.
BACA JUGA:
KISAH TERBUNUHNYA KISRA ABRAWAIZ.
APAKAH ARTI DAN KANDUNGAN KATA ‘PERANG’ BAGI MASYARAKAT JAHILIYAH?.
Lalu beliau melanjutkan: “Dzimar sendiri adalah sebutan untuk negeri Yaman atau kota Shan’a secara khusus”.
Ibnu Katsir berkata dalam kitabnya: “Al-Mas’udiy
(pengarang kitab Muruj adz-Dzahab wa Ma’adin al-Jauhar) berkata bahwa
sebagian penyair ada yang membuat atau merangkai arti ataupun kandungan dari
ukiran tadi menjadi bait-bait syair, bait-bait tersebut sebagaimana berikut:
“Ketika Dzimar dibangun dikatakan
kepadanya ‘engkau ini akan menjadi milik siapa?’…
Maka dia berkata ‘aku akan menjadi milik
orang-orang Himyar yang baik’…
Kemudian selang beberapa waktu dia kembali
ditanya mengenai hal itu maka dia menjawab…
‘aku akan menjadi milik orang-orang
Habasyah yang kotor lagi jahat’…
Kemudian dia kembali ditanya selang
beberapa waktu kemudian ‘engkau akan menjadi milik siapa?’…
Maka dia menjawab ‘aku akan menjadi milik
orang-orang Persia yang merdeka’…
Kemudian mereka kembali menanyainya selang
beberapa waktu kemudian ‘engkau akan menjadi milik siapa?’…
Maka dia menjawab ‘aku akan menjadi milik
orang-orang Quraisy para pedagang’…”.
Berkata as-Suhailiy ketika menjelaskan arti
atau maksud dari ukiran tadi: “Adapun maksud dari kata “Orang-orang Himyar
yang baik” adalah: dikarenakan orang-orang Himyar adalah suatu bangsa yang beragama…
Dan maksud dari kata “Milik orang-orang
Persia yang merdeka” adalah: dikarenakan mereka bangsa Persia semenjak
kerajaan mereka berdiri melalui tangan seorang raja yang bernama Keyumars
mereka tetap bisa mempertahankan kerajaan mereka tersebut di tangan mereka
sendiri hingga datangnya Islam. Dimana mereka sama sekali tidak pernah tunduk
atau di jajah oleh bangsa lain dan juga mereka sama sekali tidak pernah
menyerahkan upeti kepada bangsa lain selama kurun waktu yang sangat panjang tersebut,
maka oleh karena itulah mereka disebut sebagai orang-orang yang merdeka”.
Syaikh Abdurrahman al-Wakil berkata: “Bangsa
Persia sepakat bahwa sosok yang bernama Keyumars ini adalah raja pertama mereka.
Akan tetapi walaupun begitu mereka berbeda pendapat mengenai “siapakah dia
sebenarnya?”.
Sebagian bangsa Persia percaya bahwa
Keyumars ini adalah anak kandung Nabi Adam (‘Alaihis Salam), sebagian
lagi percaya bahwa dia adalah nenek moyang manusia, sebagian lagi mengatakan
bahwa dia adalah sosok dari seseorang yang bernama Amim bin Laudz bin Iram bin
Sam bin Nuh. Dan mereka bangsa Persia telah banyak menceritakan
khurafat-khurafat mengenai dirinya…”.
Lanjut ke perkataan as-Suhailiy, beliau
berkata: “Adapun kata ‘Milik orang-orang Habasyah yang jahat”, maka yang
dimaksudkan dari perkataan tersebut adalah perbuatan-perbuatan orang-orang Habasyah
yang sangat buruk kepada bangsa Yaman, dimana mereka menyebarkan kerusakan
disana sekaligus menghancurkan dan memporak-prandakan negeri Yaman. Kelakuan-kelakuan
buruk mereka ini tetap berlanjut dan tidak berhenti hingga mereka dengan sangat
berani mengatakan bahwa mereka akan menghancurkan Ka’bah.
Walau nanti di akhir zaman keinginan mereka
tersebut akan tercapai di hari ketika al-Qur’an diangkat ke atas langit, dan
dada-dada manusia telah kosong dari iman…”.
Syaikh Abdurrahman al-Wakil berkata: “Mungkin
yang dimaksud oleh as-Suhailiy dari perkataannya yang berbunyi “walau nanti di
akhir zaman keinginan (orang-orang Habasyah untuk menghancurkan Ka’bah) mereka
tersebut akan tercapai” adalah sebuah hadits yang berbunyi: {“Biarkanlah
orang-orang Habasyah selama mereka tidak mengganggu kalian, karena sungguh isi
Ka’bah tidak akan di keluarkan dari tempatnya kecuali melalui tangan Dzu
as-Suwaiqatain yang berasal dari Habasyah”}. Hadits ini diriwayatkan oleh
Abu Dawud dengan sanad yang lemah (maksudnya adalah hadits ini diragukan keasliannya
sebagai perkataan Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam))”.
As-Suhailiy melanjutkan: “Perkataan ini
yang ditemukan ukirannya pada sebuah batu di percaya sebagai perkataan Nabi Hud
(‘Alaihis Salam) yang ditemukan pada mimbar beliau, dan mimbar tersebut
terletak di sisi kuburan beliau, dimana pada asalnya mimbar tersebut tertutup
oleh pasir hingga datanglah angin kencang yang bertiup hingga menyingkap mimbar
tadi dan akhirnya bisa terlihat jelas oleh orang-orang.
Kejadian tersebut terjadi beberapa tahun sebelum
ratu Bilqis naik tahta…
Dan dikatakan bahwa kota Dzimar ini
dibangun oleh seseorang yang bernama Syamir bin al-Umluk, nama al-Umluk sendiri
adalah Malik ibn Dzil Manar.
Dzimar ini juga biasa disebut dengan
Dzafar. Ada sebuah peribahasa yang berbunyi “Siapa yang memasuki Dzafar maka
dia akan berbicara memakai bahasa Himyar”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Insya Allah kisah mengenai agama Islam di
Yaman akan saya kisahkan pada artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment