Fajar dengan Kabut Tipis, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Ibnu Ishaq berkata dalam rangka menjelaskan
perihal apa yang terjadi di tanah arab setelah peristiwa tercerai berainya
pasukan bergajah, beliau berkata: “Ketika Allah menghancurkan sekaligus
menghalangi pasukan bergajah dari memasuki Makkah, juga menimpakan adzab yang
sangat pedih kepada mereka. Bangsa arabpun semakin memuliakan suku Quraisy,
dimana mereka berkata: “Mereka suku Quraisy adalah keluarga Allah, Allah
berperang demi mereka dan mengalahkan musuh-musuhNya juga demi mereka”.
Tidak cukup hanya dengan kata-kata biasa,
bangsa arab juga membuat bait-bait syair demi memperingati apa yang telah Allah
(‘Azza Wa Jalla) perbuat terhadap orang-orang Habasyah, juga
pembelaanNya atas suku Quraisy dalam menghadapi makar Abrahah dan pasukannya.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 16).
SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZIN BERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 1).
Peristiwa pasukan bergajah ini sendiri terjadi pada permulaan bulan Muharram, tahun 886 menurut penanggalan Dzul Qarnain. Maksud dari penanggalan Dzul Qarnain sendiri adalah: penanggalan yang dipakai oleh Dzul Qarnain ke-2 yang bernama Aleksander bin Philips bin Mashrim bin Hurmus bin Mathyun bin Rumiy bin Lanthiy bin Yunan bin Yafits bin Yunah bin Syarkhun bin Rumah bin Syarfuth bin Taufil bin Rumiy bin al-Ashfar bin Yaquz bin al-‘Aish bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil. Perihal penanggalan diatas, maka hal itu disebutkan oleh Ibnu Katsir juga as-Suhailiy. Adapun nasab Dzul Qarnain ke-2 maka hal itu disebutkan oleh Ibnu Katsir di bukunya al-Bidayah wan-Nihayah. Wallahu A’lam.
Ibnu Katsir juga mengatakan: “Di tahun
itulah Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) dilahirkan, dan inilah
pendapat yang paling masyhur. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
peristiwa ini terjadi beberapa tahun sebelum beliau dilahirkan”. Wallahu A’lam.
Ibnu Ishaq sendiri setelah menyebutkan
perihal pengagungan bangsa arab terhadap suku Quraisy, beliau menyebutkan
sebagian bait syair yang dilantunkan oleh sebagian orang dalam rangka
memperingati peristiwa hancurnya pasukan bergajah. Diantara syair-syair
tersebut adalah sebagai berikut…
Berkata Ibnu Ishaq: “Berkata Thalib bin Abi
Thalib ibn Abdil Muththalib:
“Apakah kalian tidak mengetahui akan apa
yang terjadi pada perang Dahis…
Dan apa yang terjadi pada bala tentara Abu
Yaksum ketika mereka memenuhi lembah…
Jikalau saja bukan karena pertolongan Allah
dan tidak ada selainNya…
Maka sungguh kalian tidak akan mampu
menghalau mereka…”.
Abu Yaksum adalah nama panggilan Abrahah.
Ibnu Ishaq melanjutkan: “Berkata Abu
ash-Shalt bin Abi Rabi’ah ats-Tsaqafiy ketika mensifati gajah yang dibawa oleh
Abrahah dan pasukannya, dan dia juga menyebut-nyebut agama al-Hanifiyyah
agamanya Nabi Ibrahim (‘Alaihis Salam):
“Sesungguhnya ayat-ayat Rabb kami
sangatlah jelas…
Tidak ada yang mengingkarinya selain
orang-orang kafir…
Dialah yang menciptakan malam dan siang…
Dan setiap dari keduanya sangatlah jelas
dan waktu nya juga sangatlah terukur…
Kemudian Rabb Yang Maha Pengasih
memunculkan siang…
Dengan Mahat sang matahari yang sinarnya
menyebar mencakup seluruh dunia…
Dialah juga Rabb yang telah menahan gajah
di al-Mugammas…
Hingga gajah tersebut terus menerus duduk
seakan-akan sedang tersembelih…
Gajah tersebut tidak mau bergerak
seakan-akan…
Batu gunung besar yang baru saja terjatuh…
Disekitarnya terdapat raja-raja Kindah para
pahlawan…
Sekaligus para pemimpin yang di medan
perang laksana burung-burung Elang…
Kemudian tiba-tiba mereka semua panik dan
meninggalkan gajah tersebut…
Dan setiap dari mereka tiba-tiba tulang
betisnya hancur lebur…
Semua agama pada hari kiamat nanti…
Di sisi Allah akan sirna tidak bermanfaat
kecuali agama al-Hanifiyyah…”.
Ibnu Ishaq juga menyebutkan bait syair
milik Abdullah bin az-Zaba’riy yang bunyinya sebagai berikut…
“Mereka semua berpaling dari kota Makkah…
Sungguh dahulu kota tersebut tidak pernah
di ganggu kehormatannya…
Bait-bait syairku tidaklah dibuat pada
malam-malam ketika Makkah diharamkan…
Karena tidak adanya manusia mulia yang
memperhatikannya…
Tanyalah kepada komando pasukan perihal
Makkah itu apa yang dia lihat…
Maka orang-orang yang tahu akan mengkhabari
orang-orang yang belum tahu…
60.000 orang dimana mereka semua tidak
mampu pulang ke negeri mereka…
Dan si sakit tidak mampu hidup setelah dia tiba
di negerinya…
Dahulu di Makkah tersebut terdapat ‘Ad dan
Jurhum sebelum mereka…
Dan Allah-lah dari atas langit yang
menjaganya (Makkah)…”.
Maksud dari “si sakit” yang tidak mampu
hidup setelah tiba di negerinya adalah Abrahah. Dimana kisahnya telah saya
sebutkan pada artikel yang lalu.
Insya Allah kisah mengenai nasib rakyat
Yaman sepeninggal Abrahah akan saya sebutkan pada artikel selanjutnya. Wallahu
A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment