Saturday, August 21, 2021

KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 3).

 

Balon Udara, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Telah saya sebutkan pada artikel yang lalu sebuah kisah mengenai dialog yang terjadi antara Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) dengan Babawaih atau Nabuh dan Khurra Khusrah 2 orang utusan Badzan. Lalu bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?....

Berkata Ibnu Jarir: “Maka kedua utusan tersebut segera keluar dari kota Madinah menuju negeri Yaman untuk bertemu dengan Badzan (tentunya kepergian mereka ini setelah mereka mendengar kabar akan terbunuhnya Kisra Abrawiz di tangan anaknya dari mulut Rasulullah).

BACA JUGA:

KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 2).

KISAH TERBUNUHNYA KISRA ABRAWAIZ.

Sesampainya mereka berdua di Yaman, mereka langsung menemui Badzan dan memberitahunya perihal apa yang dikatakan oleh Nabi kepada mereka. Mendengar kabar yang sangat mengejutkan tersebut (mengingat belum adanya internet pada waktu itu, maka wajar saja jika Badzan pun ikut terkejut mendengar kabar akan kematian Kisra di tangan anaknya) Badzan berkata: “Demi Allah, perkataan ini sungguh bukanlah perkataan seorang raja. Dan aku yakin bahwa orang ini memanglah benar-benar seorang Nabi sebagaimana yang diakuinya. Yang perlu kita lakukan saat ini hanyalah menunggu kabar dari Persia hingga kita bisa melihat kebenaran dari perkataannya tersebut, jika ternyata kabar yang datang sesuai dengan apa yang dikatakannya, maka dia sungguh benar-benar seorang Nabi yang diutus. Dan jika ternyata kabar tersebut tidak sesuai dengan apa yang dikatakannya, maka kita akan bermusyawarah kembali mengenai “apa yang harus kita lakukan pada orang ini?””.

Tidak lama kemudian datanglah sepucuk surat dari Persia yang ditujukan kepada Badzan (dan betapa mengejutkannya surat tersebut karena nama yang tertera pada kolom pengirim adalah nama anak dari Kisra Abrawiz dan bukannya nama Abrawiz), surat ini ditulis oleh Kisra Syairawaih (anak dari Kisra Abrawiz).  

Surat tersebut berbunyi: “Amma Ba’du, sungguh aku telah membunuh Kisra. Adapun alasan yang memaksaku untuk membunuhnya adalah karena perbuatannya yang sewenang-wenang kepada rakyat dan tentara Persia, dimana dia membunuhi orang-orang mulia dan terkemuka rakyat Persia, dan juga karena dia telah keterlaluan dalam memerintahkan para tentara untuk bertahan di perbatasan negeri dalam waktu yang cukup lama. Maka oleh karena itu, jika suratku ini telah tiba ditempatmu, maka ambillah bai’at (perjanjian untuk senantiasa taat dan patuh kepada pemimpin yang sedang berkuasa) dari orang-orangmu yang ada di negeri Yaman. Dan juga hendaknya engkau jangan lagi mengganggu urusan orang yang dahulu memiliki masalah dengan Kisra (maksudnya adalah Nabi Muhammad), hingga aku memutuskan apa yang sebaiknya kita lakukan padanya”.

Ketika Badzan selesai membaca surat dari Kisra baru tersebut, Badzan berkata: “Sungguh orang ini memanglah benar-benar seorang Rasul!”.

Maka dia-pun memutuskan untuk mengikuti seruan Nabi Muhammad dengan cara memeluk agama Islam, dan ternyata bukan hanya dirinya yang memutuskan untuk memeluk Islam, melainkan semua orang yang memiliki darah Persia yang saat itu ada di Yaman mereka juga memutuskan untuk memeluk agama Islam bersama gubernur mereka Badzan.

Konon orang-orang Himyar setelah mereka mengetahui bahwa Khurra Khusrah telah diberi hadiah oleh Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sebuah kotak yang berisi emas dan perak, mereka menjulukinya dengan Dzul Mi’jazah. Begitu pula yang terjadi pada anak keturunannya, dimana mereka dijuluki pula dengan julukan tersebut.

Dan Babawaih sendiri pada suatu hari pernah berkata kepada Badzan mengenai dialognya dengan Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), dia berkata: “Aku tidak pernah merasakan perasaan takut dan gentar ketika berbicara dengan seseorang yang bisa menyamai perasaan takut dan gentar yang kurasakan saat aku berbicara dengan orang tersebut (yakni Nabi Muhammad)”.

Maka Badzan berkata kepadanya: “Apakah dia memberikan sebuah syarat?”.

Babawaih menjawab: “Tidak”.

Inilah kisah mengenai dialog antara dua orang utusan Badzan dengan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) yang dituliskan oleh Ibnu Jarir ath-Thabariy di dalam kitabnya.

Ibnu Ishaq sendiri berkata: “Berkata az-Zuhriy: ‘Ketika kabar mengenai terbunuhnya Kisra di tangan anaknya sampai kepada Badzan, dia segera mengirim beberapa orang utusan menuju Madinah demi memberitahu Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) akan keislaman dirinya dan keislaman seluruh orang Persia yang bersamanya di negeri Yaman.

Dan sesampainya utusan Badzan tersebut dihadapan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), mereka bertanya kepada beliau: “Kami ini termasuk ke dalam golongan yang mana wahai Rasulullah?” (apakah kami termasuk ke dalam golongan Muhajirin ataukah golongan Anshar?).  

Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) menjawab: {“Kalian termasuk ke dalam golongan kami, golongan Ahlu Bait”}’”.

Ibnu Katsir berkata di dalam kitabnya: “Berkata as-Suhailiy: ‘Kisra (Abrawiz) terbunuh pada malam Selasa, pada hari kesepuluh dari bulan Jumadil Ula, tahun 9 Hijriah (inilah tahun yang tertulis di dalam kitabnya Ibnu Katsir, akan tetapi jika kita melihat kitabnya as-Suhailiy yang berjudul ar-Raudhul Unuf maka yang tertulis di sana adalah tahun ke-7 Hijriah, dan yang benar Insya Allah adalah tahun 7 Hijriah)’”.

Ibnu Jarir juga menyebutkan bahwa Kisra tersebut terbunuh pada tahun ke-7 Hijriah, beliau berkata: “Berkata al-Waqidiy: ‘Syairawaih membunuh ayahnya pada malam Selasa, pada hari kesepuluh dari bulan Jumadil Ula, tahun 7 Hijriah. Lebih tepatnya lagi pada jam 6 malam’”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Kisah akan berlanjut pada artikel selanjutnya Insya Allah.

Was-Salam.    

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment