Balon Udara, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Telah saya sebutkan pada artikel yang lalu
sebuah kisah mengenai dialog yang terjadi antara Nabi (Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam) dengan Babawaih atau Nabuh dan Khurra Khusrah 2 orang utusan
Badzan. Lalu bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?....
Berkata Ibnu Jarir: “Maka kedua utusan
tersebut segera keluar dari kota Madinah menuju negeri Yaman untuk bertemu
dengan Badzan (tentunya kepergian mereka ini setelah mereka mendengar kabar
akan terbunuhnya Kisra Abrawiz di tangan anaknya dari mulut Rasulullah).
BACA JUGA:
KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU
‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 2).
KISAH TERBUNUHNYA KISRA ABRAWAIZ.
Sesampainya mereka berdua di Yaman, mereka
langsung menemui Badzan dan memberitahunya perihal apa yang dikatakan oleh Nabi
kepada mereka. Mendengar kabar yang sangat mengejutkan tersebut (mengingat belum
adanya internet pada waktu itu, maka wajar saja jika Badzan pun ikut terkejut
mendengar kabar akan kematian Kisra di tangan anaknya) Badzan berkata: “Demi
Allah, perkataan ini sungguh bukanlah perkataan seorang raja. Dan aku yakin
bahwa orang ini memanglah benar-benar seorang Nabi sebagaimana yang diakuinya. Yang
perlu kita lakukan saat ini hanyalah menunggu kabar dari Persia hingga kita
bisa melihat kebenaran dari perkataannya tersebut, jika ternyata kabar yang
datang sesuai dengan apa yang dikatakannya, maka dia sungguh benar-benar
seorang Nabi yang diutus. Dan jika ternyata kabar tersebut tidak sesuai dengan
apa yang dikatakannya, maka kita akan bermusyawarah kembali mengenai “apa yang
harus kita lakukan pada orang ini?””.
Tidak lama kemudian datanglah sepucuk surat
dari Persia yang ditujukan kepada Badzan (dan betapa mengejutkannya surat
tersebut karena nama yang tertera pada kolom pengirim adalah nama anak dari
Kisra Abrawiz dan bukannya nama Abrawiz), surat ini ditulis oleh Kisra Syairawaih
(anak dari Kisra Abrawiz).
Surat tersebut berbunyi: “Amma Ba’du,
sungguh aku telah membunuh Kisra. Adapun alasan yang memaksaku untuk
membunuhnya adalah karena perbuatannya yang sewenang-wenang kepada rakyat dan
tentara Persia, dimana dia membunuhi orang-orang mulia dan terkemuka rakyat
Persia, dan juga karena dia telah keterlaluan dalam memerintahkan para tentara
untuk bertahan di perbatasan negeri dalam waktu yang cukup lama. Maka oleh
karena itu, jika suratku ini telah tiba ditempatmu, maka ambillah bai’at
(perjanjian untuk senantiasa taat dan patuh kepada pemimpin yang sedang
berkuasa) dari orang-orangmu yang ada di negeri Yaman. Dan juga hendaknya
engkau jangan lagi mengganggu urusan orang yang dahulu memiliki masalah dengan
Kisra (maksudnya adalah Nabi Muhammad), hingga aku memutuskan apa yang
sebaiknya kita lakukan padanya”.
Ketika Badzan selesai membaca surat dari
Kisra baru tersebut, Badzan berkata: “Sungguh orang ini memanglah benar-benar
seorang Rasul!”.
Maka dia-pun memutuskan untuk mengikuti
seruan Nabi Muhammad dengan cara memeluk agama Islam, dan ternyata bukan hanya
dirinya yang memutuskan untuk memeluk Islam, melainkan semua orang yang memiliki
darah Persia yang saat itu ada di Yaman mereka juga memutuskan untuk memeluk
agama Islam bersama gubernur mereka Badzan.
Konon orang-orang Himyar setelah mereka
mengetahui bahwa Khurra Khusrah telah diberi hadiah oleh Nabi (Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam) sebuah kotak yang berisi emas dan perak, mereka menjulukinya
dengan Dzul Mi’jazah. Begitu pula yang terjadi pada anak keturunannya,
dimana mereka dijuluki pula dengan julukan tersebut.
Dan Babawaih sendiri pada suatu hari pernah
berkata kepada Badzan mengenai dialognya dengan Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam), dia berkata: “Aku tidak pernah merasakan perasaan takut dan gentar
ketika berbicara dengan seseorang yang bisa menyamai perasaan takut dan gentar
yang kurasakan saat aku berbicara dengan orang tersebut (yakni Nabi Muhammad)”.
Maka Badzan berkata kepadanya: “Apakah dia
memberikan sebuah syarat?”.
Babawaih menjawab: “Tidak”.
Inilah kisah mengenai dialog antara dua
orang utusan Badzan dengan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
yang dituliskan oleh Ibnu Jarir ath-Thabariy di dalam kitabnya.
Ibnu Ishaq sendiri berkata: “Berkata
az-Zuhriy: ‘Ketika kabar mengenai terbunuhnya Kisra di tangan anaknya sampai
kepada Badzan, dia segera mengirim beberapa orang utusan menuju Madinah demi
memberitahu Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) akan keislaman
dirinya dan keislaman seluruh orang Persia yang bersamanya di negeri Yaman.
Dan sesampainya utusan Badzan tersebut
dihadapan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), mereka bertanya
kepada beliau: “Kami ini termasuk ke dalam golongan yang mana wahai Rasulullah?”
(apakah kami termasuk ke dalam golongan Muhajirin ataukah golongan Anshar?).
Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
menjawab: {“Kalian termasuk ke dalam golongan kami, golongan Ahlu Bait”}’”.
Ibnu Katsir berkata di dalam kitabnya: “Berkata
as-Suhailiy: ‘Kisra (Abrawiz) terbunuh pada malam Selasa, pada hari kesepuluh dari
bulan Jumadil Ula, tahun 9 Hijriah (inilah tahun yang tertulis di dalam
kitabnya Ibnu Katsir, akan tetapi jika kita melihat kitabnya as-Suhailiy yang
berjudul ar-Raudhul Unuf maka yang tertulis di sana adalah tahun ke-7
Hijriah, dan yang benar Insya Allah adalah tahun 7 Hijriah)’”.
Ibnu Jarir juga menyebutkan bahwa Kisra
tersebut terbunuh pada tahun ke-7 Hijriah, beliau berkata: “Berkata al-Waqidiy:
‘Syairawaih membunuh ayahnya pada malam Selasa, pada hari kesepuluh dari bulan
Jumadil Ula, tahun 7 Hijriah. Lebih tepatnya lagi pada jam 6 malam’”. Wallahu
A’lam Bish-Shawab.
Kisah akan berlanjut pada artikel
selanjutnya Insya Allah.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment