Kapal Nelayan, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Disebutkan oleh as-Suhailiy juga Ibnu
Katsir bahwa nama Kisra yang dikirimi surat oleh Rasulullah (Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam) adalah: Abrawaiz bin Hurmuz bin Anusyiruwan bin Qubbaz.
Disebutkan juga oleh kedua ulama diatas
bahwa Kisra Abrawaiz inilah yang telah berhasil mengalahkan bangsa Romawi,
dimana kabar mengenai kemenangannya tersebut disebutkan di dalam surat ar-Rum
ayat 1-2. Kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi ini terjadi pada saat
Nabi masih di Makkah dan belum berhijrah ke Madinah, dan surat ar-Rum sendiri
adalah surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan di Makkah.
BACA JUGA:
KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU
‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 3).
“AKAN MENJADI MILIK SIAPAKAH KERAJAAN DZIMAR?”.
Berkata as-Suhailiy: “…Arti dari Abrawaiz dalam bahasa arab adalah: sang pemenang. Hal tersebut dikarenakan dialah orang yang telah berhasil mengalahkan bangsa Romawi, dan kabar mengenai kemenangannya tersebut disebutkan dalam ayat yang berbunyi: {“Alif Laam Miim (1) Bangsa Romawi telah dikalahkan (2) Di negeri yang terdekat…”}(surat ar-Rum, ayat 1-3)…
…Dan dia dibunuh oleh anak-anaknya pada
malam hari Selasa, lebih tepatnya pada hari kesepuluh dari bulan Jumadil Ula,
tahun 7 Hijriah. Adapun keislaman Badzan terjadi pada tahun 10 Hijriah.
Pada saat Badzan masuk Islam itulah Nabi
mengirimkan utusan kepada seluruh bangsa Persia yang ada di Yaman untuk
mengajak mereka memeluk agama Islam. Diantara anak keturunan Persia yang ada di
Yaman pada saat itu adalah: Wahb bin Munabbih bin Saij bin Dzukbar, Thawus,
Dzadawaih dan Fairuz mereka berdua nantinya adalah 2 tokoh penting yang
berhasil membunuh al-Aswad al-Ansi.
Dikatakan bahwa Thawus bukanlah keturunan
Persia melainkan keturunan Himyar, dan ada juga yang mengatakan bahwa dia
hanyalah seseorang yang datang dari negeri Persia. (nama Thawus sendiri adalah
julukan sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Abdurrahman al-Wakil, adapun
nama aslinya adalah…) Dan namanya adalah: Dzakwan bin Kaisan, dia adalah bekas
budak seseorang yang bernama Bujair bin Raisan, ada juga yang mengatakan bahwa
dia justru adalah bekas budak al-Ja’d.
Konon dia dikenal sebagai Thawus al-Qurra’
(orang yang ahli membaca al-Qur’an), hal ini dikarenakan suaranya yang sangat
bagus ketika membaca al-Qur’an”.
Seseorang yang bernama Khalid bin Haqq
asy-Syaibaniy berkata:
“Dan Kisra ketika dia dibagi-bagi oleh
anak-anaknya…
Dengan pedang sebagaimana
dipotong-potongnya daging…”.
Berkata as-Suhailiy mengenai bait syair
ini: “Dan perkataan Ibnu Haqq ‘Dan Kisra ketika dia dibagi-bagi oleh
anak-anaknya’. Sejatinya yang membunuh Kisra hanyalah anaknya yang bernama
Syairawaih seorang, akan tetapi Ibnu Haqq menyebutkan pada syairnya tadi bahwa
yang membunuhnya adalah anak-anaknya hal itu dikarenakan permulaan
permasalahan ini sekaligus yang menjadi penyebab dari terbunuhnya Kisra adalah
suatu masalah yang terjadi antara Kisra dan ketiga anaknya (Farkhan, Syahriar
dan Syairawaih)”. Kisahnya sebagaimana berikut…
As-Suhailiy melanjutkan: “Permasalahan ini
bermula dari sebuah mimpi yang dilihat oleh anak Kisra yang bernama Farkhan di
dalam tidurnya, dimana dia bermimpi melihat dirinya sendiri sedang duduk di
singgasana raja tempat ayahnya biasa duduk. Lalu setelah melihat mimpi
tersebut, dia segera memberitahukan segala yang dilihatnya tadi pada ayahnya.
Ayahnya sendiri langsung merasa khawatir,
oleh karena itu dia segera menulis sebuah surat yang dia peruntukkan bagi
anaknya yang lain yang bernama Syahriar yang pada saat itu sedang menjabat
sebagai gubernur atau bupati pada sebagian daerah kerajaan.
Isi dari surat tersebut adalah: “Bunuhlah
saudaramu Farkhan!”. Ketika membaca surat tersebut Syahriar tentu saja kaget
dan heran, maka oleh karenanya dia menyembunyikan surat tersebut terlebih
dahulu (hingga masalah ini menjadi jelas pangkal dan ujungnya, juga agar
saudaranya Farkhan tetap tidak tahu menahu akan permasalahan yang sedang
berkembang di dalam keluarga mereka).
Syahriar memutuskan untuk membalas surat
ayahnya, dimana dia menjelaskan pada surat balasan tersebut mengenai
penolakannya untuk membunuh saudaranya Farkhan. Maka setelah membaca surat
balasan dari anaknya tersebut, Kisra memutuskan untuk mencopot Syahriar dari
jabatannya dan segera menunjuk Farkhan sebagai gubernur baru bagi daerah yang
di perintah oleh Farkhan dahulu.
Dan setelah Farkhan naik menjadi gubernur
pada daerah yang sekarang dikuasainya, Kisra kali ini mengirimkan surat
kepadanya yang isinya sama persis dengan isi surat yang dahulu dia kirimkan
kepada Syahriar, yakni sebuah perintah agar Farkhan membunuh saudaranya
Syahriar.
Akan tetapi Farkhan berbeda dengan
Syahriar, karena dia lebih memilih untuk mengikuti perintah ayahnya dengan
bertekad akan membunuh Syahriar nantinya.
Maka ketika waktu telah dirasa tepat untuk
melaksanakan perintah ayahnya, Farkhan segera berangkat menuju kediaman
Syahriar untuk membunuhnya. Dan ketika mereka bertemu Syahriar segera
menyadarkan Farkhan dengan menunjukkan kepadanya surat yang dahulu dikirimkan
oleh ayah mereka berdua kepada dirinya yang isinya sama dengan surat yang
didapat oleh Farkhan dari ayah mereka.
Melihat bahwa segala perintah dan surat ini
hanyalah tipu daya dan usaha untuk mengadu domba antara 2 saudara, maka
semenjak itu Syahriar dan Farkhan sepakat untuk bekerja sama demi memberikan
pelajaran kepada ayah mereka. Mereka berdua pun memutuskan untuk mengirimkan
surat kepada raja Romawi demi mendapatkan bantuan darinya untuk menghadapi ayah
mereka berdua.
Kisah mengenai hal tersebut sangat panjang
(inilah yang dikatakan oleh as-Suhailiy dalam kitabnya mengenai usaha kedua
bersaudara tersebut dalam mendapatkan bantuan dari raja Romawi, oleh karena itu
beliau tidak menyebutkan kisah tersebut pada pembahasan kali ini).
Kemudian ternyata rakyat Persia sendiri
memutuskan untuk mencopot Kisra Abrawaiz dari singgasananya, hal itu
dikarenakan beberapa keputusannya yang dirasa tidak memuaskan di kalangan
rakyat Persia. Dan sebagai gantinya mereka mengangkat anaknya yang bernama Syairawaih
sebagai Kisra baru.
Adapun Kisra Abrawaiz sendiri sepertinya
dia pernah didapati sedang menyuruh atau berbicara kepada beberapa orang untuk
melakukan sesuatu. Dan untuk mengantisipasi adanya makar dan tipu daya, para
komandan dan petinggi Persia segera mengatakan kepada Syairawaih bahwa singgasananya
ini belum benar-benar aman ditangannya hingga dia berhasil membunuh ayahnya.
Maka Syairawaih pun menyuruh seseorang
untuk membunuh ayahnya.
Dikatakan bahwa si utusan ini menebas Kisra
Abrawaiz dengan sebuah pedang, akan tetapi ternyata pedang tersebut tidak mampu
melukainya sedikitpun. Dan ketika sekujur tubuhnya diperiksa, di dapati pada
lengan bagian atasnya ada sebuah batu yang bentuknya seperti manik-manik. Dan ketika
batu tersebut di lepas dari lengannya, secara sekejap pedang si utusan tadi
langsung bisa melukai Kisra Abrawaiz (akan tetapi tentu saja ini semua hanyalah
kisah yang dibuat-buat dan hanya sekedar kisah khurafat sebagaimana yang
dikatakan oleh syaikh Abdurrahman al-Wakil).
Konon Kaisar Abrawaiz ini memanggil anaknya
Syairawaih dengan panggilan: “Wahai orang yang berumur pendek”.
Dan ternyata Syairawaih ini tidak lama
memerintah, karena kekuasaannya segera sirna bahkan sebelum mencapai angka 6
bulan (adapun Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy maka beliau mengatakan bahwa masa
pemerintahan Syairawaih ini hanya berlangsung selama 7 bulan)”. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Insya Allah kisah mengenai apa yang terjadi
di Yaman dalam kurun waktu antara masuk Islamnya Badzan hingga munculnya
al-Aswad al-Ansi akan saya ceritakan pada artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment