Sunday, August 22, 2021

KISAH TERBUNUHNYA KISRA ABRAWAIZ.

 

Kapal Nelayan, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Disebutkan oleh as-Suhailiy juga Ibnu Katsir bahwa nama Kisra yang dikirimi surat oleh Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) adalah: Abrawaiz bin Hurmuz bin Anusyiruwan bin Qubbaz.

Disebutkan juga oleh kedua ulama diatas bahwa Kisra Abrawaiz inilah yang telah berhasil mengalahkan bangsa Romawi, dimana kabar mengenai kemenangannya tersebut disebutkan di dalam surat ar-Rum ayat 1-2. Kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi ini terjadi pada saat Nabi masih di Makkah dan belum berhijrah ke Madinah, dan surat ar-Rum sendiri adalah surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan di Makkah.

BACA JUGA:

KISAH BADZAN BERSAMA RASULULLAH (SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM) (BAG, 3).

“AKAN MENJADI MILIK SIAPAKAH KERAJAAN DZIMAR?”.

Berkata as-Suhailiy: “…Arti dari Abrawaiz dalam bahasa arab adalah: sang pemenang. Hal tersebut dikarenakan dialah orang yang telah berhasil mengalahkan bangsa Romawi, dan kabar mengenai kemenangannya tersebut disebutkan dalam ayat yang berbunyi: {“Alif Laam Miim (1) Bangsa Romawi telah dikalahkan (2) Di negeri yang terdekat…”}(surat ar-Rum, ayat 1-3)…

…Dan dia dibunuh oleh anak-anaknya pada malam hari Selasa, lebih tepatnya pada hari kesepuluh dari bulan Jumadil Ula, tahun 7 Hijriah. Adapun keislaman Badzan terjadi pada tahun 10 Hijriah.

Pada saat Badzan masuk Islam itulah Nabi mengirimkan utusan kepada seluruh bangsa Persia yang ada di Yaman untuk mengajak mereka memeluk agama Islam. Diantara anak keturunan Persia yang ada di Yaman pada saat itu adalah: Wahb bin Munabbih bin Saij bin Dzukbar, Thawus, Dzadawaih dan Fairuz mereka berdua nantinya adalah 2 tokoh penting yang berhasil membunuh al-Aswad al-Ansi.

Dikatakan bahwa Thawus bukanlah keturunan Persia melainkan keturunan Himyar, dan ada juga yang mengatakan bahwa dia hanyalah seseorang yang datang dari negeri Persia. (nama Thawus sendiri adalah julukan sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Abdurrahman al-Wakil, adapun nama aslinya adalah…) Dan namanya adalah: Dzakwan bin Kaisan, dia adalah bekas budak seseorang yang bernama Bujair bin Raisan, ada juga yang mengatakan bahwa dia justru adalah bekas budak al-Ja’d.

Konon dia dikenal sebagai Thawus al-Qurra’ (orang yang ahli membaca al-Qur’an), hal ini dikarenakan suaranya yang sangat bagus ketika membaca al-Qur’an”.

Seseorang yang bernama Khalid bin Haqq asy-Syaibaniy berkata:

Dan Kisra ketika dia dibagi-bagi oleh anak-anaknya…

Dengan pedang sebagaimana dipotong-potongnya daging…”.

Berkata as-Suhailiy mengenai bait syair ini: “Dan perkataan Ibnu Haqq ‘Dan Kisra ketika dia dibagi-bagi oleh anak-anaknya’. Sejatinya yang membunuh Kisra hanyalah anaknya yang bernama Syairawaih seorang, akan tetapi Ibnu Haqq menyebutkan pada syairnya tadi bahwa yang membunuhnya adalah anak-anaknya hal itu dikarenakan permulaan permasalahan ini sekaligus yang menjadi penyebab dari terbunuhnya Kisra adalah suatu masalah yang terjadi antara Kisra dan ketiga anaknya (Farkhan, Syahriar dan Syairawaih)”. Kisahnya sebagaimana berikut…

As-Suhailiy melanjutkan: “Permasalahan ini bermula dari sebuah mimpi yang dilihat oleh anak Kisra yang bernama Farkhan di dalam tidurnya, dimana dia bermimpi melihat dirinya sendiri sedang duduk di singgasana raja tempat ayahnya biasa duduk. Lalu setelah melihat mimpi tersebut, dia segera memberitahukan segala yang dilihatnya tadi pada ayahnya.

Ayahnya sendiri langsung merasa khawatir, oleh karena itu dia segera menulis sebuah surat yang dia peruntukkan bagi anaknya yang lain yang bernama Syahriar yang pada saat itu sedang menjabat sebagai gubernur atau bupati pada sebagian daerah kerajaan.

Isi dari surat tersebut adalah: “Bunuhlah saudaramu Farkhan!”. Ketika membaca surat tersebut Syahriar tentu saja kaget dan heran, maka oleh karenanya dia menyembunyikan surat tersebut terlebih dahulu (hingga masalah ini menjadi jelas pangkal dan ujungnya, juga agar saudaranya Farkhan tetap tidak tahu menahu akan permasalahan yang sedang berkembang di dalam keluarga mereka).

Syahriar memutuskan untuk membalas surat ayahnya, dimana dia menjelaskan pada surat balasan tersebut mengenai penolakannya untuk membunuh saudaranya Farkhan. Maka setelah membaca surat balasan dari anaknya tersebut, Kisra memutuskan untuk mencopot Syahriar dari jabatannya dan segera menunjuk Farkhan sebagai gubernur baru bagi daerah yang di perintah oleh Farkhan dahulu.

Dan setelah Farkhan naik menjadi gubernur pada daerah yang sekarang dikuasainya, Kisra kali ini mengirimkan surat kepadanya yang isinya sama persis dengan isi surat yang dahulu dia kirimkan kepada Syahriar, yakni sebuah perintah agar Farkhan membunuh saudaranya Syahriar.

Akan tetapi Farkhan berbeda dengan Syahriar, karena dia lebih memilih untuk mengikuti perintah ayahnya dengan bertekad akan membunuh Syahriar nantinya.

Maka ketika waktu telah dirasa tepat untuk melaksanakan perintah ayahnya, Farkhan segera berangkat menuju kediaman Syahriar untuk membunuhnya. Dan ketika mereka bertemu Syahriar segera menyadarkan Farkhan dengan menunjukkan kepadanya surat yang dahulu dikirimkan oleh ayah mereka berdua kepada dirinya yang isinya sama dengan surat yang didapat oleh Farkhan dari ayah mereka.

Melihat bahwa segala perintah dan surat ini hanyalah tipu daya dan usaha untuk mengadu domba antara 2 saudara, maka semenjak itu Syahriar dan Farkhan sepakat untuk bekerja sama demi memberikan pelajaran kepada ayah mereka. Mereka berdua pun memutuskan untuk mengirimkan surat kepada raja Romawi demi mendapatkan bantuan darinya untuk menghadapi ayah mereka berdua.

Kisah mengenai hal tersebut sangat panjang (inilah yang dikatakan oleh as-Suhailiy dalam kitabnya mengenai usaha kedua bersaudara tersebut dalam mendapatkan bantuan dari raja Romawi, oleh karena itu beliau tidak menyebutkan kisah tersebut pada pembahasan kali ini).

Kemudian ternyata rakyat Persia sendiri memutuskan untuk mencopot Kisra Abrawaiz dari singgasananya, hal itu dikarenakan beberapa keputusannya yang dirasa tidak memuaskan di kalangan rakyat Persia. Dan sebagai gantinya mereka mengangkat anaknya yang bernama Syairawaih sebagai Kisra baru.

Adapun Kisra Abrawaiz sendiri sepertinya dia pernah didapati sedang menyuruh atau berbicara kepada beberapa orang untuk melakukan sesuatu. Dan untuk mengantisipasi adanya makar dan tipu daya, para komandan dan petinggi Persia segera mengatakan kepada Syairawaih bahwa singgasananya ini belum benar-benar aman ditangannya hingga dia berhasil membunuh ayahnya.

Maka Syairawaih pun menyuruh seseorang untuk membunuh ayahnya.

Dikatakan bahwa si utusan ini menebas Kisra Abrawaiz dengan sebuah pedang, akan tetapi ternyata pedang tersebut tidak mampu melukainya sedikitpun. Dan ketika sekujur tubuhnya diperiksa, di dapati pada lengan bagian atasnya ada sebuah batu yang bentuknya seperti manik-manik. Dan ketika batu tersebut di lepas dari lengannya, secara sekejap pedang si utusan tadi langsung bisa melukai Kisra Abrawaiz (akan tetapi tentu saja ini semua hanyalah kisah yang dibuat-buat dan hanya sekedar kisah khurafat sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Abdurrahman al-Wakil).

Konon Kaisar Abrawaiz ini memanggil anaknya Syairawaih dengan panggilan: “Wahai orang yang berumur pendek”.

Dan ternyata Syairawaih ini tidak lama memerintah, karena kekuasaannya segera sirna bahkan sebelum mencapai angka 6 bulan (adapun Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy maka beliau mengatakan bahwa masa pemerintahan Syairawaih ini hanya berlangsung selama 7 bulan)”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah kisah mengenai apa yang terjadi di Yaman dalam kurun waktu antara masuk Islamnya Badzan hingga munculnya al-Aswad al-Ansi akan saya ceritakan pada artikel selanjutnya.

Was-Salam.

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment