Thursday, August 12, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZIN BERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 7).

 

Hari yang Cerah, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Ketika bangsa Persia berhasil memenangkan pertempuran melawan orang-orang Habasyah, masuklah Wahraz sang pemimpin ke dalam kota Shan’a sembari mengangkat tinggi-tinggi benderanya sebagai isyarat kemenangan.

Adapun Saif bin Dzi Yazin, ketika dia melihat bahwa cita-cita ayahnya telah tercapai, juga ketika melihat segenap bangsanya telah berhasil terbebaskan dari cengkraman kehinaan di bawah tangan bangsa Habasyah, dia melantunkan bait sya’ir berikut…

Berkata Ibnu Ishaq: “Maka Saif bin Dzi Yazin melantunkan bait syair berikut:

Orang-orang mengira bahwa kedua raja tersebut telah saling berbaikan dan telah saling berdamai…

Dan siapa saja yang mendengar kabar bahwa keduanya telah saling berbaikan, maka sungguh dia telah mendapatkan kabar yang sangat menyesatkan…

Sungguh kami telah membunuh sang raja Masruq, dan sungguh kami telah membasahi bukit-bukit pasir dengan aliran darah segar…

Dan sungguh sang raja yang sesungguhnya, raja para rakyat jelata Wahraz telah mengikrarkan sebuah sumpah…

Bahwa dia akan mencicipi minuman Musya’sya’, dan dia akan mengambil para tawanan juga harta rampasan perang…”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 6).

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 8).

Setelah itu Saif-pun memasuki kota Shan’a mengikuti Wahraz, dan selang beberapa waktu kemudian Wahraz menulis sebuah surat dan mengirimkannya kepada Kisra…

Berkata Ibnu Jarir: “Ketika Wahraz telah menguasai Yaman dan telah mengusir orang-orang Habasyah dia segera menulis sebuah surat yang dia peruntukkan bagi Kisra, surat tersebut berbunyi: “Sungguh aku telah menundukkan Yaman untukmu dan telah mengusir keluar orang-orang Habasyah darinya”.

Wahraz juga mengirimkan bersama surat tersebut harta rampasan perang yang sangat banyak. Dan ketika suratnya telah di baca oleh Kisra, Kisra menulis surat balasan yang isinya: agar Saif bin Dzi Yazin diangkat sebagai raja bagi negeri Yaman.

Kisra juga mewajibkan bagi Saif dan penduduk Yaman untuk membayar upeti dalam jumlah tertentu setiap tahunnya.

Setelah itu Kisra memerintahkan Wahraz agar segera kembali ke negeri Persia, maka Wahraz-pun mentaati perintah tersebut setelah dia melantik Saif bin Dzi Yazin menjadi raja Yaman yang baru. Sebagaimana dahulu ayahnya Saif yakni Dzu Yazin juga adalah seorang raja”.

Tidak membutuhkan waktu lama setelah kemenangan Saif bersama sekutunya atas bangsa Habasyah hingga berita mengenai hal ini tersebar begitu cepatnya ke seluruh penjuru jazirah arab, apalagi setelah beredar kabar bahwa yang naik tahta setelah terbunuhnya Masruq bukanlah seseorang dari bangsa Persia melainkan seseorang yang memiliki darah Yaman asli, maka semakin bertambahlah kegembiraan bangsa arab atas hal ini.

Mereka-pun datang berbondong-bondong menuju Yaman demi mengucapkan selamat atas Saif karena telah berhasil meruntuhkan kekuasaan bangsa Habasyah yang sangat mereka benci tersebut.

Berkata Ibnu Katsir: “Utusan bangsa arab dari seluruh penjuru jazirah arab berdatangan ke negeri Yaman demi mengucapkan selamat kepada Saif atas keberhasilannya mengambil kembali singgasana nenek moyangnya dari tangan orang-orang Habasyah.

Dan diantara para utusan tersebut, terdapat pula sekelompok orang yang dikirim oleh suku Quraisy demi mengucapkan selamat kepada Saif. Dan diantara utusan suku Quraisy tersebut terdapat ‘Abdul Muththalib bin Hasyim (sang pemilik 200 unta yang dirampas oleh Abrahah pada peristiwa hancurnya pasukan bergajah, orang ini juga adalah kakek Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)).

Ketika ‘Abdul Muththalib bertatap muka dengan Saif, Saif memberikan kabar gembira kepadanya akan diutusnya seorang Nabi akhir zaman, dan Nabi tersebut adalah salah satu dari anak keturunannya. Saif juga memberitahunya perihal apa saja yang diketahuinya mengenai sang Nabi akhir zaman tersebut”.

Dan sebagaimana yang telah kita ketahui, Nabi akhir zaman tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi kita tercinta Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).

Sebelum mengakhiri artikel hari ini saya ingin menuliskan beberapa info tambahan mengenai mahkota yang dipakai oleh Kisra, info tersebut saya ambil dari buku karangan imam as-Suhailiy yang berjudul ar-Raudhul Unuf.

Berkata as-Suhailiy: “Al-Qanqal yakni daun timbangan yang diserupakan dengan mahkota Kisra adalah daun timbangan yang sangat besar.

Disebutkan dalam kitab al-Gharibin karya imam al-Harwi bahwa al-Qanqal ini adalah sebuah daun timbangan yang mampu menampung (minyak tanah) sebanyak 33 mannan. Akan tetapi beliau (yakni al-Harwi) tidak menyebutkan seberapa beratkah 1 mannan itu?. Adapun saya sendiri berpendapat bahwa 1 mannan itu seberat 2 liter (minyak tanah)”.

Dikatakan oleh syaikh Abdurrahman al-Wakil bahwa al-Qanqal ini adalah daun timbangan yang terbuat dari besi. Wallahu A’lam.

As-Suhailiy melanjutkan: “Mahkota yang sangat besar ini pada zaman pemerintahan Umar bin Khaththab (Radhiyallahu ‘Anhu) di datangkan ke hadapan beliau setelah diambil dari Kisra Yazdajurd bin Syahriar…

Dan ketika mahkota (dan segala perhiasan Kisra) tersebut telah sampai ke tangan Umar (Radhiyallahu ‘Anhu), beliau segera memanggil Suraqah bin Malik al-Mudlijiy.

Sesampainya Suraqah di hadapan Umar, Umar segera mengalungkan gelang-gelang Kisra ke tangan Suraqah sekaligus memakaikan mahkota Kisra diatas kepala Suraqah. Lalu Umar berkata kepadanya: “Katakanlah wahai Suraqah kalimat ini: “Segala puji bagi Allah yang telah mencabut mahkota ini dari kepala Kisra sang raja diraja yang dihormati, dan kemudian menaruhnya diatas kepala seorang arab badui dari suku Mudlij. Dan itu semua dikarenakan kemuliaan Islam dan kekuatannya, bukan dikarenakan kemuliaan dan kekuatan kami!”.

Adapun kenapa Umar hanya mengkhususkan mahkota beserta gelang Kisra tadi bagi Suraqah, hal itu dikarenakan dahulu pada saat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) masih hidup beliau pernah berkata kepada Suraqah: {“Wahai Suraqah, bagaimana jika pada suatu saat nanti mahkota Kisra akan dipakaikan diatas kepalamu dan gelang-gelangnya akan dipakaikan di tanganmu?”}, atau sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah cerita mengenai Saif akan berlanjut di artikel selanjutnya.

Was-Salam.  

 

 

0 comments:

Post a Comment