Matahari Terbit, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Alhamdulillah pada artikel-artikel yang
lalu saya telah menceritakan mengenai kejadian apa saja yang terjadi semenjak
dibakarnya Ashhabul Ukhdud hingga penyerangan Abrahah terhadap kota suci
Makkah, begitu juga peristiwa-peristiwa apa saja yang mengiringi penyerangan
tersebut juga yang mengakhirinya.
Dan pada artikel kali ini dan
artikel-artikel selanjutnya, Insya Allah saya akan membahas mengenai kepergian
anak dari Dzu Yazin yang bernama Ma’di Karib (atau bisa juga dipanggil sebagai
Saif sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Atsir) menuju negeri Persia demi
mewujudkan cita-cita ayahnya, cita-cita tersebut adalah membebaskan rakyat
Yaman dari belenggu orang-orang Habasyah yang telah banyak berbuat kerusakan
baik itu di tanah Yaman sendiri maupun tanah arab secara umum terkhusus kota
Makkah.
BACA JUGA:
“DAN SI SAKIT TIDAK MAMPU HIDUP SETELAH DIATIBA DI NEGERINYA…”.
SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 2).
Sebenarnya pada sebuah artikel yang telah
saya tulis dan isinya mengenai pernikahan Abrahah dengan seorang wanita bernama
Raihanah, telah saya sebutkan kisah mengenai kepergian Dzu Yazin menuju negeri
Persia demi meminta bantuan kepada Kisra yang memerintah pada saat itu, Kisra
ini bernama Anusyiruwan. Dan ternyata permintaan tolong ini tidak kunjung di
tanggapi oleh Kisra hingga Dzu Yazin meninggal dalam masa penungguan yang tidak
berujung.
Kemudian di akhir artikel saya menyebutkan
bahwa ternyata usaha Dzu Yazin selama ini tidaklah sia-sia, karena walau banyak
dari rakyat Yaman yang tidak mengetahui usahanya tersebut, akan tetapi ternyata
anaknya yang bernama Ma’di Karib atau Saif mengetahui usaha ayahnya tersebut
yang teramat mulia untuk dilupakan begitu saja. Maka si anak inipun memutuskan
untuk melanjutkan perjuangan ayahnya dan segera berangkat menuju negeri Persia.
Ternyata sesampainya dia disana, tidak
membutuhkan waktu lama bagi Kisra untuk mengabulkan permohonannya dan segera
mengirimkan bersamanya pasukan Persia yang sangat besar menuju Yaman demi
membebaskan rakyat Yaman dari belenggu orang-orang Habasyah.
Akan tetapi kisah mengenai perjuangan si
anak hanya saya sebutkan sepintas saja, sehingga mungkin masih banyak
pertanyaan yang belum terjawab seperti: bagaimana cara si anak untuk mengetahui
bahwa ayahnya telah berjuang mati-matian demi rakyat Yaman di negeri orang,
sementara dia dan ibunya berada di bawah naungan Abrahah?. Karena sebagaimana
yang telah kita ketahui bahwa Raihanah seakan-akan diambil paksa oleh Abrahah
dari tangan suami aslinya yakni Dzu Yazin, dan juga pada saat pengambilan
tersebut si anak yang bernama Saif tadi masih amat kecil untuk menyadari bahwa
ibunya telah diambil oleh orang lain dan dipisahkan dari ayah kandungnya. Maka bagaimanakah
gerangan cara Saif untuk menyadari bahwa sosok lelaki yang merawatnya selama
ini bukanlah ayahnya melainkan orang lain?, pertanyaan ini Insya Allah akan
saya jawab pada artikel-artikel yang akan datang.
Selain menjawab pertanyaan tersebut, Insya
Allah saya juga akan memaparkan secara detail mengenai perjuangan dan jalan apa
saja yang ditempuh oleh Saif bin Dzu Yazin demi mendapatkan pertolongan dari
Kisra, yang dimana dahulu pada saat ayahnya masih hidup pertolongan ini sangat
di damba-dambakan oleh ayahnya.
Adapun sekarang maka saya hanya akan
menyebutkan perihal siapa saja yang naik tahta setelah kematian Abrahah hingga
kedatangan pasukan Persia di negeri Yaman dari orang-orang Habasyah. Penjelasan
mengenai hal ini telah disebutkan oleh Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy di dalam
kitabnya al-Ma’arif juga Ibnu Ishaq dan segenap ulama yang menukil
perkataan beliau, juga al-Muthahhir al-Maqdisiy di dalam kitabnya al-Badu wat-Tarikh,
dan yang terakhir Ibnu Jarir ath-Thabariy di dalam kitabnya Tarikhul Umam
wal-Muluk.
Dan karena pembahasan mengenai kepergian
Saif menuju negeri Persia sebagian besarnya akan saya ambil dari perkataan Ibnu
Ishaq, maka penjelasan kali ini akan saya ambil hanya dari buku Ibnu Qutaibah
dan Ibnu Jarir, penjelasannya sebagai berikut…
Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy menyebutkan di
dalam kitabnya bahwa yang naik tahta setelah meninggalnya Abrahah adalah
anaknya yang bernama Yaksum bin Abrahah (hal ini juga di sebutkan oleh
al-Muthahhir al-Maqdisiy di dalam kitabnya juga sebagian besar ulama).
Ketika anak ini memerintah Yaman, ternyata
banyak sekali perbuatan-perbuatan tercela yang diperbuat olehnya juga teman-teman
sebangsanya terhadap rakyat Yaman, hingga keluarlah Saif bin Dzu Yazin menuju
negeri Persia demi bertemu dengan Kisra Anusyiruwan bin Qubbadz (kata Ibnu
Qutaibah: “Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh para sejarawan Ajam (orang-orang
selain bangsa arab), akan tetapi saya lebih condong kepada pendapat yang
mengatakan bahwa nama Kisra adalah Hurmuz bin Anusyiruwan”.) demi meminta
bantuan kepadanya.
Dan di akhir perkara, ternyata Kisra
mengabulkan permohonannya dengan mengirimkan pasukan Persia yang berjumlah 7.500
personel dibawah pimpinan seorang lelaki bernama Wahraz.
Pasukan ini bergerak dari negeri Persia
menuju Yaman dengan memakai jalur laut, dan sesampainya mereka di Yaman mereka
segera memerangi orang-orang Habasyah hingga berhasil mengusir mereka dari
tanah Yaman. Dan para ulama berbeda pendapat mengenai seberapa lama orang-orang
Habasyah berkuasa di Yaman. Inilah penjelasan Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy di
dalam kitabnya. Wallahu A’lam.
Ibnu Jarir berkata dalam kitabnya: “Dan
masa kekuasaan bangsa Habasyah di tanah Yaman semenjak masuknya Aryath hingga
terbunuhnya Masruq di tangan orang Persia sekaligus terusirnya mereka dari
tanah Yaman adalah: 72 tahun.
Dimana singgasana Yaman selama kurun waktu
tersebut hanya di kuasai oleh 4 orang raja berdarah Habasyah, mereka adalah:
Aryath, Abrahah, Yaksum bin Abrahah, dan yang terakhir adalah Masruq bin
Abrahah”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Insya Allah cerita mengenai Saif bin Dzi
Yazin akan saya ceritakan pada artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment