Tuesday, August 3, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZIN BERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 1).

 

Matahari Terbit, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Alhamdulillah pada artikel-artikel yang lalu saya telah menceritakan mengenai kejadian apa saja yang terjadi semenjak dibakarnya Ashhabul Ukhdud hingga penyerangan Abrahah terhadap kota suci Makkah, begitu juga peristiwa-peristiwa apa saja yang mengiringi penyerangan tersebut juga yang mengakhirinya.

Dan pada artikel kali ini dan artikel-artikel selanjutnya, Insya Allah saya akan membahas mengenai kepergian anak dari Dzu Yazin yang bernama Ma’di Karib (atau bisa juga dipanggil sebagai Saif sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Atsir) menuju negeri Persia demi mewujudkan cita-cita ayahnya, cita-cita tersebut adalah membebaskan rakyat Yaman dari belenggu orang-orang Habasyah yang telah banyak berbuat kerusakan baik itu di tanah Yaman sendiri maupun tanah arab secara umum terkhusus kota Makkah.

BACA JUGA:

“DAN SI SAKIT TIDAK MAMPU HIDUP SETELAH DIATIBA DI NEGERINYA…”.

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 2).

Sebenarnya pada sebuah artikel yang telah saya tulis dan isinya mengenai pernikahan Abrahah dengan seorang wanita bernama Raihanah, telah saya sebutkan kisah mengenai kepergian Dzu Yazin menuju negeri Persia demi meminta bantuan kepada Kisra yang memerintah pada saat itu, Kisra ini bernama Anusyiruwan. Dan ternyata permintaan tolong ini tidak kunjung di tanggapi oleh Kisra hingga Dzu Yazin meninggal dalam masa penungguan yang tidak berujung.

Kemudian di akhir artikel saya menyebutkan bahwa ternyata usaha Dzu Yazin selama ini tidaklah sia-sia, karena walau banyak dari rakyat Yaman yang tidak mengetahui usahanya tersebut, akan tetapi ternyata anaknya yang bernama Ma’di Karib atau Saif mengetahui usaha ayahnya tersebut yang teramat mulia untuk dilupakan begitu saja. Maka si anak inipun memutuskan untuk melanjutkan perjuangan ayahnya dan segera berangkat menuju negeri Persia.

Ternyata sesampainya dia disana, tidak membutuhkan waktu lama bagi Kisra untuk mengabulkan permohonannya dan segera mengirimkan bersamanya pasukan Persia yang sangat besar menuju Yaman demi membebaskan rakyat Yaman dari belenggu orang-orang Habasyah.

Akan tetapi kisah mengenai perjuangan si anak hanya saya sebutkan sepintas saja, sehingga mungkin masih banyak pertanyaan yang belum terjawab seperti: bagaimana cara si anak untuk mengetahui bahwa ayahnya telah berjuang mati-matian demi rakyat Yaman di negeri orang, sementara dia dan ibunya berada di bawah naungan Abrahah?. Karena sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Raihanah seakan-akan diambil paksa oleh Abrahah dari tangan suami aslinya yakni Dzu Yazin, dan juga pada saat pengambilan tersebut si anak yang bernama Saif tadi masih amat kecil untuk menyadari bahwa ibunya telah diambil oleh orang lain dan dipisahkan dari ayah kandungnya. Maka bagaimanakah gerangan cara Saif untuk menyadari bahwa sosok lelaki yang merawatnya selama ini bukanlah ayahnya melainkan orang lain?, pertanyaan ini Insya Allah akan saya jawab pada artikel-artikel yang akan datang.

Selain menjawab pertanyaan tersebut, Insya Allah saya juga akan memaparkan secara detail mengenai perjuangan dan jalan apa saja yang ditempuh oleh Saif bin Dzu Yazin demi mendapatkan pertolongan dari Kisra, yang dimana dahulu pada saat ayahnya masih hidup pertolongan ini sangat di damba-dambakan oleh ayahnya.

Adapun sekarang maka saya hanya akan menyebutkan perihal siapa saja yang naik tahta setelah kematian Abrahah hingga kedatangan pasukan Persia di negeri Yaman dari orang-orang Habasyah. Penjelasan mengenai hal ini telah disebutkan oleh Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy di dalam kitabnya al-Ma’arif juga Ibnu Ishaq dan segenap ulama yang menukil perkataan beliau, juga al-Muthahhir al-Maqdisiy di dalam kitabnya al-Badu wat-Tarikh, dan yang terakhir Ibnu Jarir ath-Thabariy di dalam kitabnya Tarikhul Umam wal-Muluk.

Dan karena pembahasan mengenai kepergian Saif menuju negeri Persia sebagian besarnya akan saya ambil dari perkataan Ibnu Ishaq, maka penjelasan kali ini akan saya ambil hanya dari buku Ibnu Qutaibah dan Ibnu Jarir, penjelasannya sebagai berikut…

Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy menyebutkan di dalam kitabnya bahwa yang naik tahta setelah meninggalnya Abrahah adalah anaknya yang bernama Yaksum bin Abrahah (hal ini juga di sebutkan oleh al-Muthahhir al-Maqdisiy di dalam kitabnya juga sebagian besar ulama).

Ketika anak ini memerintah Yaman, ternyata banyak sekali perbuatan-perbuatan tercela yang diperbuat olehnya juga teman-teman sebangsanya terhadap rakyat Yaman, hingga keluarlah Saif bin Dzu Yazin menuju negeri Persia demi bertemu dengan Kisra Anusyiruwan bin Qubbadz (kata Ibnu Qutaibah: “Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh para sejarawan Ajam (orang-orang selain bangsa arab), akan tetapi saya lebih condong kepada pendapat yang mengatakan bahwa nama Kisra adalah Hurmuz bin Anusyiruwan”.) demi meminta bantuan kepadanya.

Dan di akhir perkara, ternyata Kisra mengabulkan permohonannya dengan mengirimkan pasukan Persia yang berjumlah 7.500 personel dibawah pimpinan seorang lelaki bernama Wahraz.

Pasukan ini bergerak dari negeri Persia menuju Yaman dengan memakai jalur laut, dan sesampainya mereka di Yaman mereka segera memerangi orang-orang Habasyah hingga berhasil mengusir mereka dari tanah Yaman. Dan para ulama berbeda pendapat mengenai seberapa lama orang-orang Habasyah berkuasa di Yaman. Inilah penjelasan Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy di dalam kitabnya. Wallahu A’lam.

Ibnu Jarir berkata dalam kitabnya: “Dan masa kekuasaan bangsa Habasyah di tanah Yaman semenjak masuknya Aryath hingga terbunuhnya Masruq di tangan orang Persia sekaligus terusirnya mereka dari tanah Yaman adalah: 72 tahun.

Dimana singgasana Yaman selama kurun waktu tersebut hanya di kuasai oleh 4 orang raja berdarah Habasyah, mereka adalah: Aryath, Abrahah, Yaksum bin Abrahah, dan yang terakhir adalah Masruq bin Abrahah”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah cerita mengenai Saif bin Dzi Yazin akan saya ceritakan pada artikel selanjutnya.

Was-Salam.

0 comments:

Post a Comment