Hari yang Cerah, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Setelah kepergian Wahraz menuju negeri
Persia demi menemui Kisra, maka resmilah kekuasaan Saif atas tanah Yaman. Akan tetapi
ternyata setelah dia naik tahta, dia memutuskan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan biadab terhadap orang-orang Habasyah sebagai bentuk balas
dendam terhadap apa yang mereka lakukan dahulu kepada bangsanya bangsa Yaman.
Kisah mengenai kebrutalan Saif ketika
melancarkan terornya atas orang-orang Habasyah telah di kisahkan oleh
masing-masing dari Ibnu Jarir dan Ibnul Atsir, kisahnya sendiri sebagai berikut…
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 8).
SEJARAH YAMAN: KISAH PARA GUBERNUR KISRA ATAS NEGERI YAMAN.
Berkata Ibnu Jarir: “Ketika Wahraz telah
pulang ke negeri Persia di sebabkan perintah Kisra agar dia segera pulang ke
sana, Saif pun resmi menjadi raja baru di tanah Yaman.
Akan tetapi naiknya dia ke atas singgasana
Yaman sama sekali tidak membawa kebaikan bagi sekelompok orang yang tersisa
dari bangsa Habasyah (dan pastinya mereka hanyalah masyarakat biasa, karena
sebagaimana yang kita tahu bahwa kaum militer Habasyah semuanya telah habis di
bantai oleh Wahraz).
Dimana dia memutuskan untuk melancarkan
balas dendam kepada orang-orang Habasyah yang tersisa, hal tersebut dia lakukan
dengan cara membunuh kaum lelaki mereka dan membelah perut para ibu hamil yang
berasal dari Habasyah sekaligus mengeluarkan janin-janin yang ada di dalam
perut mereka.
Hal itu terus dia lakukan hingga tidak
tersisa dari orang-orang Habasyah kecuali sekelompok kecil orang yang hidup
dalam keadaan terhina dan lemah. Dan setelah dia merasa bahwa mereka tidak lagi
mempunyai kekuatan untuk kembali bangkit, Saif pun menjadikan orang-orang yang
tersisa tadi sebagai pengawal-pengawalnya sekaligus sebagai bahan lelucon bagi
masyarakat Yaman.
Dia menyuruh mereka untuk berjalan di
depannya sambil membawa dan mengangkat tombak-tombak mereka, dan kelakuan Saif
ini berlangsung selama beberapa waktu lamanya.
Hingga pada suatu hari, Saif keluar dari
kota Shan’a bersama pengawal-pengawal barunya tersebut untuk berburu. Dia
keluar menuju ke tengah hutan yang biasanya dijadikan sebagai tempat berburu.
Dan sementara orang-orang Habasyah berjalan
di depannya sambil mengangkat tombak mereka, Saif secara tidak sadar berjalan
sedikit demi sedikit masuk ke tengah-tengah rombongan para pengawalnya
orang-orang Habasyah.
Dan ketika dia telah sempurna terkurung,
orang-orang Habasyah tersebut segera menusuknya dengan tombak mereka hingga dia
tewas…”.
Maka dengan peristiwa tersebut berakhirlah
masa pemerintahan Saif atas tanah Yaman, juga dengan berakhirnya masa kekuasaan
Saif berakhir pula zamannya orang-orang Himyar, dimana mereka tidak lagi
memegang tahta Yaman setelah itu, karena yang menguasai tahta tersebut setelah
Saif adalah bangsa Persia hingga kemunculan al-Aswad al-Ansi.
Adapun masa pemerintahan Saif berlangsung
selama kurun waktu 15 tahun lamanya, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh
Ibnul Atsir di dalam kitabnya.
Ibnu Jarir melanjutkan: “…Setelah Saif
terbunuh, maka ada seseorang dari Habasyah yang segera memimpin kaumnya yang
tersisa untuk membalas seluruh perbuatan Saif kepada mereka. Orang ini beserta
seluruh orang Habasyah yang tersisa segera menyerang warga Yaman dan membantai
mereka, juga menyebarkan kerusakan dan menimbulkan kerusuhan di seluruh penjuru
kota.
Tidak membutuhkan waktu lama hingga kabar
mengenai kerusuhan ini sampai ke telinga Kisra, maka dia langsung mengutus
Wahraz kembali demi menertibkan negeri Yaman bersama sebuah pasukan yang
berjumlah 4.000 personel.
Kisra juga memberikan perintah bagi Wahraz yang
bunyinya sebagaimana berikut: “Hendaknya engkau membunuh semua orang Habasyah
yang ada di negeri Yaman, tidak peduli apakah mereka itu murni dilahirkan oleh
kedua orang tua yang berkebangsaan Habasyah ataukah mereka anak blasteran yang
dilahirkan oleh wanita arab sementara ayahnya adalah orang Habasyah…
…Juga tidak peduli apakah mereka masih
kecil ataupun mereka telah beranjak dewasa. Dan juga hendaknya engkau membunuh
semua orang yang memiliki rambut keriting yang pendek yang semisal dengan
rambut yang dimiliki oleh orang-orang Habasyah (tidak peduli mereka
berkebangsaan arab atau berkebangsaan Habasyah)!”.
Setelah menerima perintah ini berangkatlah
Wahraz bersama ke - 4.000 pasukannya menuju Yaman, dan sesampainya mereka di
sana mereka segera melaksanakan semua yang telah diperintahkan oleh Kisra,
dimana tidaklah mereka temukan salah seorang yang berkebangsaan Habasyah
kecuali mereka bunuh orang tersebut.
Dan setelah misi tersebut mereka selesaikan
dengan baik, Wahraz pun mengirimkan sebuah surat kepada Kisra yang berisi
laporan mengenai suksesnya misi yang telah diembankan kepada mereka. Setelah itu
Kisra segera melantik Wahraz menjadi raja baru bagi rakyat Yaman”.
Telah saya sebutkan diatas bahwa yang
membantai orang-orang Habasyah adalah bangsa Persia dibawah pimpinan Wahraz,
dan ini juga yang telah disebutkan oleh Ibnul Atsir di dalam kitabnya.
Akan tetapi tampaknya Ibnu Qutaibah
ad-Dainuriy memiliki pendapat lain, dimana beliau berkata setelah menceritakan
perihal peristiwa terbunuhnya Saif: “Setelah itu orang-orang Habasyah yang
terlibat dalam pembunuhan Saif segera berlari menuju ke pegunungan dan
bersembunyi disana. Akan tetapi ternyata orang-orang Yaman berhasil menemukan mereka
semua dan langsung membantai mereka semua disana.
Setelah itu terjadilah kekacauan di negeri
Yaman karena tidak adanya seorang raja yang menyatukan mereka, terlebih lagi
setiap suku lebih memilih untuk mengurusi urusan mereka masing-masing dengan cara
menunjuk seseorang dari Himyar untuk memimpin mereka. Dan inilah yang dilakukan
oleh setiap suku Yaman, hingga mereka pada saat itu tidak ada bedanya dengan
masa keemasan Muluk ath-Thawaif (raja-raja kecil), keadaan ini tetap
berlangsung hingga kedatangan Islam (ke negeri Yaman)”.
Walaupun begitu, Ibnu Qutaibah juga
menyebutkan pendapat lain yang senada dengan apa yang ditulis oleh Ibnu Jarir
dan Ibnul Atsir yang mengatakan bahwa kekuasaan di negeri Yaman sama sekali
tidak didominasi oleh Muluk ath-Thawaif melainkan berada di bawah tangan
bangsa Persia hingga datangnya Islam. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Kisah mengenai Wahraz dan bangsa Persia di
negeri Yaman Insya Allah akan saya ceritakan di artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment