Saturday, August 14, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZIN BERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 9).

 

Hari yang Cerah, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Setelah kepergian Wahraz menuju negeri Persia demi menemui Kisra, maka resmilah kekuasaan Saif atas tanah Yaman. Akan tetapi ternyata setelah dia naik tahta, dia memutuskan untuk melakukan perbuatan-perbuatan biadab terhadap orang-orang Habasyah sebagai bentuk balas dendam terhadap apa yang mereka lakukan dahulu kepada bangsanya bangsa Yaman.

Kisah mengenai kebrutalan Saif ketika melancarkan terornya atas orang-orang Habasyah telah di kisahkan oleh masing-masing dari Ibnu Jarir dan Ibnul Atsir, kisahnya sendiri sebagai berikut…

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 8).

SEJARAH YAMAN: KISAH PARA GUBERNUR KISRA ATAS NEGERI YAMAN. 

Berkata Ibnu Jarir: “Ketika Wahraz telah pulang ke negeri Persia di sebabkan perintah Kisra agar dia segera pulang ke sana, Saif pun resmi menjadi raja baru di tanah Yaman.

Akan tetapi naiknya dia ke atas singgasana Yaman sama sekali tidak membawa kebaikan bagi sekelompok orang yang tersisa dari bangsa Habasyah (dan pastinya mereka hanyalah masyarakat biasa, karena sebagaimana yang kita tahu bahwa kaum militer Habasyah semuanya telah habis di bantai oleh Wahraz).

Dimana dia memutuskan untuk melancarkan balas dendam kepada orang-orang Habasyah yang tersisa, hal tersebut dia lakukan dengan cara membunuh kaum lelaki mereka dan membelah perut para ibu hamil yang berasal dari Habasyah sekaligus mengeluarkan janin-janin yang ada di dalam perut mereka.

Hal itu terus dia lakukan hingga tidak tersisa dari orang-orang Habasyah kecuali sekelompok kecil orang yang hidup dalam keadaan terhina dan lemah. Dan setelah dia merasa bahwa mereka tidak lagi mempunyai kekuatan untuk kembali bangkit, Saif pun menjadikan orang-orang yang tersisa tadi sebagai pengawal-pengawalnya sekaligus sebagai bahan lelucon bagi masyarakat Yaman.

Dia menyuruh mereka untuk berjalan di depannya sambil membawa dan mengangkat tombak-tombak mereka, dan kelakuan Saif ini berlangsung selama beberapa waktu lamanya.

Hingga pada suatu hari, Saif keluar dari kota Shan’a bersama pengawal-pengawal barunya tersebut untuk berburu. Dia keluar menuju ke tengah hutan yang biasanya dijadikan sebagai tempat berburu.

Dan sementara orang-orang Habasyah berjalan di depannya sambil mengangkat tombak mereka, Saif secara tidak sadar berjalan sedikit demi sedikit masuk ke tengah-tengah rombongan para pengawalnya orang-orang Habasyah.

Dan ketika dia telah sempurna terkurung, orang-orang Habasyah tersebut segera menusuknya dengan tombak mereka hingga dia tewas…”.

Maka dengan peristiwa tersebut berakhirlah masa pemerintahan Saif atas tanah Yaman, juga dengan berakhirnya masa kekuasaan Saif berakhir pula zamannya orang-orang Himyar, dimana mereka tidak lagi memegang tahta Yaman setelah itu, karena yang menguasai tahta tersebut setelah Saif adalah bangsa Persia hingga kemunculan al-Aswad al-Ansi.

Adapun masa pemerintahan Saif berlangsung selama kurun waktu 15 tahun lamanya, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Atsir di dalam kitabnya.

Ibnu Jarir melanjutkan: “…Setelah Saif terbunuh, maka ada seseorang dari Habasyah yang segera memimpin kaumnya yang tersisa untuk membalas seluruh perbuatan Saif kepada mereka. Orang ini beserta seluruh orang Habasyah yang tersisa segera menyerang warga Yaman dan membantai mereka, juga menyebarkan kerusakan dan menimbulkan kerusuhan di seluruh penjuru kota.

Tidak membutuhkan waktu lama hingga kabar mengenai kerusuhan ini sampai ke telinga Kisra, maka dia langsung mengutus Wahraz kembali demi menertibkan negeri Yaman bersama sebuah pasukan yang berjumlah 4.000 personel.

Kisra juga memberikan perintah bagi Wahraz yang bunyinya sebagaimana berikut: “Hendaknya engkau membunuh semua orang Habasyah yang ada di negeri Yaman, tidak peduli apakah mereka itu murni dilahirkan oleh kedua orang tua yang berkebangsaan Habasyah ataukah mereka anak blasteran yang dilahirkan oleh wanita arab sementara ayahnya adalah orang Habasyah…

…Juga tidak peduli apakah mereka masih kecil ataupun mereka telah beranjak dewasa. Dan juga hendaknya engkau membunuh semua orang yang memiliki rambut keriting yang pendek yang semisal dengan rambut yang dimiliki oleh orang-orang Habasyah (tidak peduli mereka berkebangsaan arab atau berkebangsaan Habasyah)!”.

Setelah menerima perintah ini berangkatlah Wahraz bersama ke - 4.000 pasukannya menuju Yaman, dan sesampainya mereka di sana mereka segera melaksanakan semua yang telah diperintahkan oleh Kisra, dimana tidaklah mereka temukan salah seorang yang berkebangsaan Habasyah kecuali mereka bunuh orang tersebut.

Dan setelah misi tersebut mereka selesaikan dengan baik, Wahraz pun mengirimkan sebuah surat kepada Kisra yang berisi laporan mengenai suksesnya misi yang telah diembankan kepada mereka. Setelah itu Kisra segera melantik Wahraz menjadi raja baru bagi rakyat Yaman”.

Telah saya sebutkan diatas bahwa yang membantai orang-orang Habasyah adalah bangsa Persia dibawah pimpinan Wahraz, dan ini juga yang telah disebutkan oleh Ibnul Atsir di dalam kitabnya.

Akan tetapi tampaknya Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy memiliki pendapat lain, dimana beliau berkata setelah menceritakan perihal peristiwa terbunuhnya Saif: “Setelah itu orang-orang Habasyah yang terlibat dalam pembunuhan Saif segera berlari menuju ke pegunungan dan bersembunyi disana. Akan tetapi ternyata orang-orang Yaman berhasil menemukan mereka semua dan langsung membantai mereka semua disana.

Setelah itu terjadilah kekacauan di negeri Yaman karena tidak adanya seorang raja yang menyatukan mereka, terlebih lagi setiap suku lebih memilih untuk mengurusi urusan mereka masing-masing dengan cara menunjuk seseorang dari Himyar untuk memimpin mereka. Dan inilah yang dilakukan oleh setiap suku Yaman, hingga mereka pada saat itu tidak ada bedanya dengan masa keemasan Muluk ath-Thawaif (raja-raja kecil), keadaan ini tetap berlangsung hingga kedatangan Islam (ke negeri Yaman)”.

Walaupun begitu, Ibnu Qutaibah juga menyebutkan pendapat lain yang senada dengan apa yang ditulis oleh Ibnu Jarir dan Ibnul Atsir yang mengatakan bahwa kekuasaan di negeri Yaman sama sekali tidak didominasi oleh Muluk ath-Thawaif melainkan berada di bawah tangan bangsa Persia hingga datangnya Islam. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Kisah mengenai Wahraz dan bangsa Persia di negeri Yaman Insya Allah akan saya ceritakan di artikel selanjutnya.

Was-Salam.

  

 

0 comments:

Post a Comment