Wednesday, August 4, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZIN BERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 2).

 

Matahari Terbit, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menyebutkan sebuah pertanyaan mengenai apakah yang sebenarnya terjadi di istana Yaman tempat Saif dan ibunya tinggal, dimana kejadian tersebut memiliki dampak yang sangat besar hingga membuat Saif bertekad untuk mewujudkan mimpi ayahnya?.

Jawaban dari pertanyaan ini telah di jawab oleh masing-masing dari Ibnul Atsir dan al-Muthahhir al-Maqdisiy di dalam buku mereka berdua, kisahnya sebagaimana berikut…

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 1).

SEJARAH YAMAN: KISAH SAIF BIN DZI YAZINBERSAMA BANGSA PERSIA (BAG, 3).

Berkata Ibnul Atsir: “Ketika Yaksum wafat, singgasana Yaman diambil alih oleh saudaranya yang bernama Masruq bin Abrahah, orang inilah yang nantinya dibunuh oleh Wahraz. Dan pada masa kepemimpinan Masruq inilah berbagai cobaan beserta gangguan semakin keras menimpa rakyat Yaman hingga membuat Saif bin Dzi Yazin bertekad untuk keluar dari Yaman demi mencari uluran tangan yang berkenan membantunya beserta saudara-saudara sebangsanya untuk terbebas dari belenggu bangsa Habasyah. Saif sendiri sering dipanggil dengan sebutan Abu Murrah”.

Ibnu Katsir menyebutkan dalam bukunya silsilah nasab Saif bin Dzi Yazin, beliau berkata: “Dia adalah Saif bin Dzi Yazin bin Dzi Ashbah bin Malik bin Zaid bin Sahl bin ‘Amr bin Qais bin Mu’awiyah bin Jusyam bin ‘Abdi Syams bin Wail bin al-Gauts bin Quthn bin ‘Arib bin Zuhair bin Aiman bin al-Hamaisa’ bin al-‘Aranjaj, dan al-‘Aranjaj ini bernama Himyar bin Saba’…”.

Ibnul Atsir melanjutkan: “…Adapula yang mengatakan bahwa Dzu Yazinlah yang sebenarnya dipanggil sebagai Abu Murrah.

Saif bin Dzi Yazin ternyata lebih memilih untuk berjalan menuju ke negeri Syam demi menemui Kaisar, adapun sebab dari keputusannya tersebut yang lebih mengedepankan Kaisar daripada Kisra yang dahulu dimintai bantuan oleh ayahnya adalah: karena dahulu semasa ayahnya masih hidup, Kisra yang bernama Anusyiruwan ini benar-benar membuat si ayah kecewa karena telah memberikan janji kosong kepadanya. Dimana sang ayah dahulu ketika istrinya (yakni ibu Saif) di ambil secara paksa oleh Abrahah, dia marah dan segera keluar dari Yaman menuju Persia demi meminta bantuan dari Kisra untuk mengusir bangsa Habasyah dari negerinya tercinta.

Dan si Kisra menjawab bahwa dia berkenan memberinya bantuan, akan tetapi hendaknya Dzu Yazin beristirahat barang beberapa hari terlebih dahulu di negeri Persia, dan ketika dia telah siap dan segar bugar barulah bantuan yang dijanjikan tersebut akan diberikan kepadanya.

Maka karena melihat bahwa tawaran ini masuk akal dan bahwa dia harus mengumpulkan kembali kekuatannya agar nantinya bisa berjuang melawan bangsa Habasyah secara seratus persen, Dzu Yazin-pun memutuskan untuk menuruti saran Kisra dengan beristirahat di penginapan yang telah disediakan. Akan tetapi ternyata bantuan tersebut tak kunjung datang hingga Dzu Yazin wafat”.

Oleh karena itulah Saif lebih memilih untuk bergerak menuju negeri Syam dan meminta bantuan dari Kaisar, ketimbang harus meminta bantuan dari Kisra yang sudah jelas-jelas mengingkari janjinya terhadap ayahnya.

Setelah menjelaskan perihal kepergian Saif ini, barulah Ibnul Atsir menyebutkan sebab musabab yang telah memaksa Saif untuk keluar dari negeri Yaman demi mewujudkan mimpi ayahnya. Kisahnya sebagaimana berikut…

Ibnul Atsir berkata: “Konon anak Dzu Yazin yang bernama Saif ini berada dibawah tanggungan Abrahah bersama ibunya, maka karena yang menanggung kehidupannya semenjak dia kecil adalah Abrahah, dia-pun mengira bahwa Abrahah inilah ayah kandungnya.

Akan tetapi selama dia tinggal di istana bersama anak-anak Abrahah lainnya yang dianggapnya sebagai saudara kandungnya, dia terus menerus jadi bahan olok-olokan oleh mereka, dimana mereka setiap hari mengejeknya sekaligus mengejek ayahnya.

Dan karena olok-olok ini terus berlangsung dia-pun penasaran (tentu saja dia penasaran, karena selama ini dia mengira bahwa ayahnya adalah Abrahah, akan tetapi kenapa saudara-saudaranya terus menerus mengejeknya dan mengejek ayahnya?, bukankah Abrahah adalah ayahnya dan ayah mereka juga?).

Maka pada suatu hari dia-pun bertanya kepada ibunya mengenai “siapakah ayahnya yang sebenarnya?”. Dan setelah beberapa hari dan beberapa paksaan, ibunya-pun buka mulut perihal ayahnya yang sebenarnya.

Dan semenjak hari itu, dia-pun bertekad untuk melanjutkan apa yang telah dimulai oleh ayahnya. Dan demi memuluskan rencananya, dia-pun menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan misinya. Oleh karena itu dia tetap berdiam diri hingga Abrahah wafat begitu juga anaknya yang bernama Yaksum (dan ketika Masruq naik tahta, dia-pun melihat bahwa inilah waktu yang tepat baginya untuk bergerak, karena dia sendiri punya dendam kesumat terhadap Masruq)”. Dendam apakah itu?.....

Al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy berkata: “…Hari demi hari anak Dzu Yazin-pun beranjak dewasa dan berubah menjadi seorang pemuda yang matang di bawah tanggungan Abrahah hingga dia mengira bahwa Abrahah-lah ayah kandungnya.

Dan pada suatu hari, salah seorang anak Abrahah yang bernama Masruq berkata kepadanya: “Semoga engkau bersama ayahmu dilaknat oleh Allah!”.

Setelah mendengar kalimat yang mengejutkan tersebut keluar dari mulut seorang lelaki yang selama ini dianggapnya sebagai saudara diapun kebingungan, maka dia memutuskan untuk bertanya kepada ibunya perihal maksud dari perkataan tersebut.

Dia berkata: “ Wahai ibu, siapakah sebenarnya ayahku?”.

Ibunya menjawab: “Abrahah”.

Dia kembali berkata: “Demi Allah, Tidak mungkin ayahku adalah Abrahah. Karena jika benar dia adalah ayahku, maka aku beserta ayahku tidak akan di olok-olok oleh Masruq!”.

Ibunya-pun membenarkan perkataannya tersebut, dan langsung memberitahunya perihal ayahnya dan bahwasanya ayahnya dahulu telah pergi menghadap Kisra demi meminta bantuan darinya untuk membebaskan rakyat Yaman dari belenggu bangsa Habasyah, akan tetapi Kisra tak kunjung memberinya bantuan (hingga dia wafat).

Maka setelah mendengar perkataan ibunya tersebut, dia segera bersiap-siap untuk pergi menuju negeri Syam demi menghadap kepada Kaisar…”.

Insya Allah kisah mengenai pertemuan antara Saif bin Dzi Yazin dengan Kaisar akan saya jelaskan pada artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

0 comments:

Post a Comment