Monday, July 5, 2021

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 4).

 

Pemandangan Hutan Berkabut, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Sebelum masuk ke kisah Faimiyyun bersama Shalih di tanah arab, saya ingin menyebutkan perkataan sebagian ulama yang menjelaskan tentang siapa sebenarnya Faimiyyun…

Berkata as-Suhailiy di dalam kitabnya: “Telah disebutkan bahwa Ibnu Jarir ath-Thabariy berkata ketika menjelaskan tentang orang tersebut (Faimiyyun): “Namanya adalah Qaimiun”, akan tetapi pada kenyataannya beliau-pun ragu akan kebenaran dari versi nama yang beliau bawakan tersebut.

BACA JUGA:

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 3).

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 5).

Al-Quttabiy berkata ketika menjelaskan perihal Faimiyyun: “Dia adalah seorang lelaki yang berasal dari keluarga Jufnah dari suku Ghassan yang menetap di tanah Syam, ia mendatangi negeri Najran dan memasukkan penduduknya ke dalam agama Nashrani”, akan tetapi sayangnya al-Quttabiy tidak menyebutkan nama orang tersebut.

Adapun an-Naqqasy berkata mengenai Faimiyyun: “Namanya adalah Yahya, dahulu ayahnya adalah seorang raja, dan ketika ia meninggal segenap masyarakat ingin mengangkat Yahya (Faimiyyun) sebagai raja pengganti, akan tetapi ternyata Yahya tidak menginginkan hal tersebut dan dia lebih memilih kabur keluar dari kampungnya dan menjadi pengembara”.

Dan Ibnu Jarir ath-Thabariy menyebutkan dalam kitabnya kisah mengenai seorang lelaki yang membujuk Faimiyyun agar ia bersedia mendo’akan kesembuhan bagi anaknya dengan lebih terperinci dari kisah yang dibawakan oleh Ibnu Ishaq. (kisah tersebut sekaligus do’a Faimiyyun bagi sang anak telah saya sebutkan pada artikel yang lalu).

Ibnu Ishaq sendiri telah menyebutkan riwayat lain mengenai kisah Faimiyyun yang beliau ambil dari Muhammad bin Ka’ab al-Quradziy (jadi riwayat yang diambil oleh beliau ada 2 riwayat, adapun riwayat pertama yang telah saya sebutkan pada artikel yang lalu beliau ambil dari Wahb bin Munabbih, dan yang akan saya sebutkan sekarang adalah riwayat kedua), riwayat ini selain beliau ambil dari Muhammad bin Ka’ab beliau juga mengambilnya dari orang-orang Najran sendiri, beliau berkata: “Mereka (orang-orang Najran) tidak menamainya (yakni Faimiyyun) sebagaimana Wahb bin Munabbih memberinya nama (yakni orang-orang Najran tidak menyebut Faimiyyun dengan Faimiyyun, akan tetapi mereka menyebutnya dengan nama lain)”.

Di perkirakan bahwa orang-orang Najran menyebut Faimiyyun dengan nama Yahya, seperti yang dikatakan oleh an-Naqqasy diatas”.

As-Suhailiy melanjutkan: “Di dalam riwayat-riwayat yang menyebutkan kisah Faimiyyun di sebutkan pula nama sebuah daerah yakni Najran, asal-usul nama Najran sendiri adalah: bahwa dahulu ada seorang lelaki yang bernama Najran bin Zaid bin Yasyjub bin Ya’rub bin Qahthan yang datang dan tinggal di daerah yang menjadi letak Najran pada hari ini, dan karena dia-lah yang pertama kali tinggal di daerah tersebut, maka dinamakanlah daerah tersebut dengan namanya. Informasi ini disebutkan pula oleh al-Bakriy di dalam kitabnya.

Juga disebutkan bersamaan dengan kisah Faimiyyun kisah mengenai pembakaran para Ashhabul Ukhdud di dalam parit yang menyala-nyala.

Dan masalah pembantaian memakai api di dalam parit ini sebenarnya telah terulang sebanyak 3 kali dalam sejarah, hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Sanjar dari Jubair bin Nufair, beliau berkata: “Orang-orang yang menggali dan menyalakan api dalam parit demi menghabisi lawan-lawannya ada 3 orang, mereka adalah:

1). Tubba’ raja Yaman (mungkin yang beliau maksud adalah Dzu Nuwas, karena Dzu Nuwas sendiri adalah keturunan para Tubba’ Yaman).

2). Constantin bin Helena (ia adalah ibunya), hal ini terjadi ketika Constantin memalingkan ajaran agama Nashrani murni yang berdasar diatas ketauhidan menjadi agama yang berdasar atas penyembahan kepada salib (dan doktrin trinitas).

Berkata syaikh Abdurrahman al-Wakil mengenai Constantin: “Seluruh kekaisaran Romawi tunduk padanya pada tahun 323 Masehi, berkata William Durant ketika membahas Constantin: “Agama Nashrani baginya hanyalah perantara dan bukan tujuan”, suatu hari ia pernah ditanya: “Apakah ketika Constantin masuk ke agama Nashrani ia memasukinya dengan hati yang ikhlas dan memang murni demi memeluk keyakinan Nashrani tersebut, ataukah hal itu hanya sebagai strategi politik yang cerdas demi memuluskan kariernya?”. Dia menjawab: “Yang paling mendekati kebenaran adalah kemungkinan terakhir, ibunya Helena lebih dahulu memeluk agama Nashrani darinya, di era pemerintahannya pula di selenggarakan konsili Nicea yakni pada tahun 325 Masehi, dimana Constantin punya andil besar di dalamnya, dan ia berhasil menggiring pendapat sebagian besar peserta agar mereka bersedia mengatakan bahwa Nabi Isa adalah Tuhan, setelah itu dia memerintahkan agar semua buku yang berlawanan dengan keyakinan baru ini di bakar. Helena sendiri adalah seorang wanita yang membawa sebuah salib dan mengatakan bahwa pada salib inilah dahulu Nabi Isa wafat, padahal jarak antara konsili tersebut dengan peristiwa di salibnya Nabi Isa sangat jauh yakni selama 200 tahun”.

3). Nebukadnezar, hal tersebut terjadi ketika ia memerintahkan kepada segenap rakyatnya agar sujud kepada dirinya, akan tetapi ternyata seorang bernama Daniyal bersama pengikutnya menolak mentah-mentah perintah tersebut, dan karena penolakan tersebut mereka di lempar ke dalam api yang sedang bergejolak”.

Sampai disinilah penjelasan mengenai sosok Faimiyyun yang dipaparkan oleh imam as-Suhailiy dalam kitabnya ar-Raudhul Unuf, dan Insya Allah cerita mengenai Faimiyyun dan Shalih di tanah arab akan saya ceritakan pada artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

0 comments:

Post a Comment