Tuesday, July 6, 2021

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 5).

 

Pemandangan Hutan Berkabut, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Berkata Ibnu Ishaq: “…Maka ketika Faimiyyun dan Shalih sedang berjalan di sebuah dataran luas yang terletak di negeri Syam, mereka melewati sebatang pohon yang sangat besar, dan secara tiba-tiba ada sebuah suara lelaki yang berasal dari pohon tersebut memanggil mereka berdua.

Lelaki tersebut berseru: “Wahai Faimiyyun!”, mendengar namanya yang dipanggil maka Faimiyyun menjawab: “Ya, ada apa gerangan engkau memanggilku?”. Lelaki tersebut menjawab: “Selama ini aku selalu menunggu kedatanganmu, dan aku selalu bertanya-tanya kapan sekiranya ia akan datang?, hingga hari ini ketika akhirnya aku mendengar suaramu, yakinlah aku bahwa empu suara tersebut adalah benar-benar dirimu. Jangan tergesa-gesa untuk pergi Faimiyyun, tunggulah disini barang beberapa waktu, karena aku sebentar lagi akan meninggal!”.

Dan benar saja, tidak lama kemudian orang tersebut meninggal dunia. Melihat bahwa orang tersebut telah meninggal, Faimiyyun segera mengurusi jasad orang tersebut sekaligus menguburkannya, setelah proses penguburan selesai Faimiyyun dan Shalih segera meninggalkan dataran tersebut melanjutkan perjalanan mereka.

BACA JUGA:

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 4).

KISAH ABDULLAH MURID FAIMIYYUN DAN ASHHABUL UKHDUD (BAG, 1).

Setelah berlalu beberapa waktu, mereka-pun sampai di pinggiran tanah arab, dan tanpa di sangka-sangka mereka bertemu disana dengan segerombolan kafilah arab yang langsung menangkap dan merampas barang-barang bawaan mereka berdua. Dan karena Faimiyyun dan Shalih masih muda dan masih berumur prima, para kafilah tersebut berpikiran untuk membawa mereka berdua ke pasar budak dengan harapan 2 pemuda ini bisa mendatangkan keuntungan yang lumayan, maka para anggota kafilah tersebut sepakat untuk membawa Faimiyyun dan Shalih demi menjual mereka berdua kepada para juragan dan bangsawan suku-suku arab yang kaya raya.

Ternyata desa yang pertama kali di jumpai oleh kafilah tersebut adalah desa atau negeri Najran, maka mereka-pun menjual Faimiyyun dan Shalih di sana.

Segenap penduduk Najran sendiri pada waktu itu beragama sebagaimana agama orang-orang arab kebanyakan pada waktu itu, yakni mereka menyembah sebatang pohon kurma besar yang tumbuh di kampung mereka. Mereka juga memiliki sebuah hari raya yang mereka rayakan setiap tahun, jika hari tersebut tiba mereka akan mengambil semua pakaian dan perhiasan wanita maupun pria yang bisa mereka temukan untuk kemudian mereka gantung itu semua di pohon kurma sesembahan tersebut.

Setelah itu mereka akan berkumpul di sekeliling pohon kurma, dan berdiam diri di sana selama sehari penuh.

Setelah proses transaksi selesai, Faimiyyun ternyata di beli oleh salah seorang saudagar Najran, begitu juga perihalnya dengan Shalih, dan mereka berdua segera di antar oleh tuan masing-masing ke rumah yang akan jadi tempat menetap mereka beberapa waktu kedepan selama mereka menjadi budak.

Faimiyyun sendiri di beri rumah khusus oleh tuannya, karena rumah tersebut diperuntukkan khusus baginya maka setiap malam Faimiyyun bangkit mendirikan sholat lail, dan jika ia sholat maka secara menakjubkan rumah yang ia tempati tersebut seketika mengeluarkan cahaya, dimana dengan cahaya tersebut Faimiyyun tidak membutuhkan lentera untuk menerangi malamnya sebagaimana yang dilakukan oleh semua orang pada waktu itu.

Dan dikarenakan Faimiyyun senantiasa sholat malam semenjak kedatangannya di negeri Najran tersebut, maka tentu saja rumah yang bersinar terang pada setiap malam (sementara rumah lain gelap karena hanya di sinari oleh lentera) akan menarik perhatian seisi kampung, dan tidak terkecualikan sang tuan dari Faimiyyun sendiri. Oleh karena itu di suatu pagi sang tuan mendatangi Faimiyyun secara khusus karena ia sangat takjub akan apa yang ia lihat di setiap malamnya, sebuah rumah yang bersinar terang tanpa memakai bantuan lentera (apalagi listrik yang notabene belum ada pada waktu itu).

Sesampainya sang tuan di rumah Faimiyyun, ia segera menanyainya perihal agama apa yang dianut olehnya, Faimiyyun menjawab: “Sungguh selama ini kalian senantiasa berada dalam kesalahan, pohon kurma yang kalian sembah tersebut sama sekali tidak bisa mendatangkan manfaat atau bahaya bagi kalian, dan jikalau saja aku mau berdo’a dan meminta kepada Tuhan yang aku sembah agar Ia dengan kekuasaanNya menghancurkan pohon tersebut, maka pasti Dia akan menghancurkannya karena Dia adalah Allah Yang Maha Kuasa Yang tidak memiliki sekutu sedikitpun!”.

Sang tuan menimpali dengan perkataan: “Baiklah, lakukan saja apa yang selama ini ingin engkau lakukan!, karena jika apa yang engkau katakan benar-benar terjadi, maka sungguh kami akan memeluk secara sukarela agama yang engkau anut, dan kami akan meninggalkan kesesatan yang selama ini kami pegang teguh untuk selama-lamanya!”.

Mendengar jawaban tersebut, Faimiyyun segera bersuci dan mendirikan sholat 2 rakaat pada saat itu juga, setelah sholat Faimiyyun berdo’a kepada Allah (‘Azza Wa Jalla) agar pohon kurma tersebut ditumbangkan. Maka Allah (‘Azza Wa Jalla) langsung mengabulkan do’anya dengan mengirimkan sebuah angin yang langsung mencabut pohon tersebut sampai ke akar-akarnya dan kemudian membantingnya ke tanah.

Melihat peristiwa menakjubkan ini, dimana Tuhan yang selama ini mereka sembah dan agung-agungkan bisa di tumbangkan hanya dengan sekali pukul, rakyat Najran-pun segera berbondong-bondong memeluk agama Nashrani murni dibawah bimbingan Faimiyyun, dan setelah membimbing mereka semua masuk ke dalam agama Nashrani, Faimiyyun-pun mengajarkan kepada mereka syari’at-syari’at atau peraturan-peraturan yang terdapat dalam agama Nashrani sesuai dengan ajaran Nabi Isa (‘Alaihis Salam)…

…Maka inilah kisah asal-usul masuknya agama Nashrani ke tanah Najran sekaligus tanah arab secara keseluruhan”.

Ibnu Ishaq melanjutkan: “Inilah kisah rakyat Najran bersama Faimiyyun menurut riwayat Wahab bin Munabbih”.

Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah pada artikel selanjutnya saya akan memaparkan kisah rakyat Najran menurut riwayat Muhammad bin Ka’ab al-Quradziy.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment