Saturday, July 3, 2021

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 2).

 

Pemandangan Hutan Berkabut, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Kisah mengenai Ashhabul Ukhdud bermula di sebuah desa yang terletak di pinggiran negeri Syam, dimana di desa tersebut ada seorang shalih yang suka menyendiri dan tidak menyukai ketenaran, rutinitas hariannya adalah bekerja pada sebuah proyek bangunan dengan tugas khusus sebagai pembuat batu bata, dan ada lagi sebuah rutinitas yang sangat menakjubkan, yang mana rutinitas ini membuat seorang pemuda takjub padanya, rutinitas tersebut adalah beribadah sehari penuh kepada Allah (‘Azza Wa Jalla) di tengah keheningan hutan belantara. Pemuda ini terus menerus mengawasi rutinitas harian maupun mingguan si orang shalih ini secara sembunyi-sembunyi sehingga si orang shalih tersebut tidak menyadari bahwa selama ini ada seseorang yang senantiasa mengawasinya di sebuah tempat di tengah hutan belantara tersebut…

BACA JUGA:

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 1).

KISAH FAIMIYYUN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA NASHRANI KE NEGERI NAJRAN (BAG, 3).

Setidaknya inilah ringkasan dari kisah Faimiyyun bersama seorang pemuda bernama Shalih yang saya tuliskan pada artikel yang lalu, dan sekarang saya akan menceritakan kelanjutan dari kisah mereka berdua…

Berkata Ibnu Ishaq: “…Suatu hari lebih tepatnya pada hari Ahad, Faimiyyun kembali keluar dari perkampungan penduduk menuju ke hutan belantara yang biasa dia tempati untuk beribadah, dan dia tetap yakin bahwa belum ada diantara penduduk desa yang mengetahui dirinya juga rutinitas mingguannya. Akan tetapi dia benar-benar keliru selama ini, karena seorang pemuda bernama shalih sedang mengikutinya secara diam-diam menuju tengah hutan.

Sesampainya mereka di tengah hutan yang biasa di tempati oleh Faimiyyun untuk sholat, Shalih segera mencari tempat bersembunyi agar kehadirannya tidak di sadari oleh Faimiyyun dan duduk di sana, Faimiyyun sendiri setelah melakukan persiapan yang dibutuhkan segera berdiri dan memulai sholatnya.

Akan tetapi selang beberapa waktu kemudian di saat Faimiyyun telah tenggelam dalam kenikmatan jiwa yang didapatnya dari sholat tersebut, dan di saat Shalih juga sedang tenggelam dalam keasyikannya menyaksikan ritual beribadah yang langka ini, secara tiba-tiba dan tidak terduga sebelumnya muncullah seekor Naga (ditulis dalam keterangan yang tertera di buku Ibnu Ishaq: yang muncul adalah seekor ular berkepala tujuh) yang merayap ke arah Faimiyyun yang sedang sholat, merasakan aura mematikan dan membahayakan dari ular tersebut Faimiyyun segera berdo’a agar ular tersebut dimatikan, dan seketika itu juga ular tersebut mati.

Sontak melihat peristiwa spektakuler dari kemunculan sang Naga, Shalih tidak bisa menahan emosinya karena ia melihat Faimiyyun tetap saja melanjutkan sholatnya dan tidak peduli sama sekali akan bahaya yang mengancam dirinya, maka Shalih-pun segera berteriak dengan sekuat tenaga: “Wahai Faimiyyun!, ada seekor Naga yang sedang merayap mendekatimu!”, akan tetapi Faimiyyun tidak menggubris teriakan Shalih karena dia sendirilah yang telah berdo’a agar Naga tersebut dimatikan dan dia sangat tahu bahwa Allah (‘Azza Wa Jalla) telah mengkaruniakan kepadanya do’a yang mustajab. Jadi dia tidak perlu melihat kembali keadaan si Naga setelah ia mendo’akan keburukan padanya, karena ia sangat tahu bahwa Naga tersebut pasti telah mati.

Setelah itu keadaan kembali tenang sebagaimana biasanya, Shalih sendiri lebih memilih untuk tidak meneriaki Faimiyyun lagi karena ia melihat Naga tersebut tidak lagi bergerak semenjak jaraknya dengan Faimiyyun hanya tersisa beberapa meter, dan Faimiyyun juga kembali kepada ketenangan jiwanya hingga masuklah waktu sore, ketika menyadari bahwa hari sudah hampir gelap Faimiyyun segera menyudahi sholatnya dan segera bergegas pergi, karena akhirnya ia sadar bahwa selama ini ada seseorang yang selalu mengikuti dan mengamati aktifitasnya.

Shalih sendiri juga tahu diri, bahwa pasti dengan teriakannya tadi Faimiyyun akhirnya sadar bahwa ia selalu membuntutinya ke tengah hutan tersebut, maka segera saja ia menghampiri Faimiyyun sebelum ia terlampau jauh dan memiliki kesempatan untuk keluar dan pindah ke desa lain, Shalih berkata padanya: “Wahai Faimiyyun, sungguh semenjak teriakanku tadi pasti engkau menyadari bahwa aku sungguh mencintaimu, dan aku juga sangat berharap agar engkau mengizinkanku untuk selalu menyertaimu kemana pun engkau pergi!”.

Faimiyyun menjawab: “Terserah kamu, karena apa yang kamu lihat dari diriku selama ini, maka itu jugalah aku yang sebenarnya, jika kamu merasa kuat untuk melakukan hal-hal tersebut bersamaku, maka mari silahkan engkau mengikutiku!”.

Maka semenjak hari itu, Shalih senantiasa mengikuti Faimiyyun kemana-pun ia pergi”.

Akan tetapi tidak sebagaimana yang kita duga, ternyata Faimiyyun tetap tinggal di desa tersebut, mungkin dengan alasan bahwa Shalih adalah seorang pemuda yang bisa di percaya dan bisa di serahi rahasia.

Hal tersebut dibuktikan oleh fakta bahwa walaupun Shalih selama ini telah memata-matai Faimiyyun dan senantiasa mengikutinya kemana-pun ia pergi, walau harus mengikutinya ke hutan demi mengawasinya sedang melakukan sebuah ritual yang benar-benar asing di desa tersebut dari pagi sampai matahari hampir terbenam, ternyata para penduduk lain sama sekali tidak ada yang tau perihal kebiasaan aneh Faimiyyun tersebut. Maka dengan ini bisa di simpulkan bahwa Shalih adalah seorang pemuda yang bisa di percaya dan tidak mudah membeberkan rahasia orang lain ke khalayak ramai.

Mungkin saja hal inilah yang menjadi pertimbangan Faimiyyun sehingga ia memutuskan untuk tidak terburu-buru meninggalkan desa tersebut menuju desa lain.

Cerita mereka berdua akan saya lanjutkan pada artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

0 comments:

Post a Comment