Sunday, July 25, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN, ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 11).

 

Hujan Badai, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Berkata Ibnu Ishaq: “Kemudian Abrahah membangun sebuah gereja yang diberinya nama al-Qullais di daerah Shan’a, gereja yang dibangunnya tersebut adalah gereja yang sangat indah, bahkan tidak ada satupun gereja pada waktu itu yang bisa menyamainya dari sisi manapun (baik itu dari sisi indah, megah, besar, luas, tinggi dan berbagai batu mulia yang bertaburan di segala sisinya).

Ketika pembangunan gereja tersebut telah selesai, Abrahah menulis surat kepada Najasyi yang isinya sebagaimana berikut: “Wahai raja, sungguh aku telah membangunkan untukmu sebuah gereja yang sangat indah, dimana gereja ini belum pernah dilihat dan dibangun oleh raja-raja sebelummu. Akan tetapi sungguh aku belum puas hingga aku bisa membuat orang-orang arab berpaling dari Makkah menuju gereja ini setiap tahun untuk melakukan ritual haji mereka”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 10).

SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 12).

Inilah penjelasan yang dituliskan oleh Ibnu Ishaq mengenai gereja al-Qullais. Pada atikel yang lalu juga artikel-artikel sebelumnya, saya menuliskan nama gereja ini dengan “al-Qulais”, dan yang benar adalah apa yang saya tuliskan sekarang yaitu “al-Qullais”.

Saya telah menyebutkan sedikit mengenai kemegahan gereja al-Qullais ini pada sebuah artikel yang berisi penjelasan tentang “versi kedua dari alasan yang mendasari percekcokan antara Abrahah dengan Aryath”. Dimana pada artikel tersebut saya mengambil kisahnya dari buku al-Badu wat-Tarikh karangan seorang ulama bernama al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy.

Dan jika kita telah mempunyai bayangan mengenai kemegahan gereja yang sangat tersohor ini, ada baiknya jika kita juga mempunyai bayangan mengenai proses pembangunannya. Cerita mengenai proses pembangunan tersebut telah dituliskan oleh Imam as-Suhailiy di dalam bukunya ar-Raudhul Unuf, ceritanya sebagai berikut…

Berkata as-Suhailiy: “Al-Qullais adalah nama sebuah gereja yang dibangun demi memalingkan bangsa arab dari kota Makkah menuju kota Shan’a lebih tepatnya menuju gereja ini dalam rangka melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya.

Gereja ini diberi nama dengan al-Qullais dikarenakan gereja ini adalah gereja yang sangat tinggi, dan diantara pecahan kata dari al-Qullais adalah: al-Qalanis yang memiliki arti kopiah atau peci, kopiah atau peci disebut sebagai al-Qalanis karena tempatnya yang berada di posisi tertinggi dari tubuh manusia yakni kepala.

Jika suatu saat ada yang mengatakan: Hua Qalasa Tha’aman (dimana kata Qalasa di sini juga termasuk pecahan dari kata al-Qullais), maka maksudnya adalah: seseorang sedang Qalasa (mengangkat naik dari meja ke mulut) makanan yang tersedia dan siap di santap”.

Maka dari sini telah jelas bagi kita, bahwa alasan yang mendasari penamaan atau pensematan nama dan kata al-Qullais pada gereja ini adalah: karena pada asalnya gereja ini memanglah sangat dan teramat tinggi pada masanya, oleh karena itu dia diberi nama al-Qullais yang memiliki arti ketinggian. Wallahu A’lam.

As-Suhailiy melanjutkan: “Abrahah sendiri di saat proses pembangunan gereja ini sedang berlangsung, dia sangat gemar merendahkan dan melecehkan para pekerjanya yang dia ambil mayoritas mereka dari rakyat Yaman, dan juga sangat gemar menyakiti hati mereka dengan berbagai macam ejekan dan hinaan.

Diantara bahan-bahan yang digunakannya untuk membangun dan menghiasi gerejanya ini adalah marmer yang memiliki gabungan warna hitam dan putih, juga bebatuan yang memiliki ukiran-ukiran yang terbuat dari emas. Semua ini dia ambil dari bekas-bekas istana milik Bilqis sang ratu wanita yang pernah bertemu dengan Nabi Sulaiman (‘Alaihis Salam), dimana jarak yang memisahkan antara lokasi proyek dan istana tersebut hanya beberapa farsakh”.

Farsakh sendiri sama dengan jarak 3 mil, 5444 meter (5,444 Km), 12.000 langkah, atau sekitar jarak yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 1,5 jam.   

Lanjut ke kisah, as-Suhailiy melanjutkan: “Di lokasi bekas istana Bilqis tersebut masih banyak terdapat reruntuhan-reruntuhan dari kemegahan bangunan aslinya pada waktu itu, oleh karenanya Abrahah memerintahkan untuk memanfaatkan reruntuhan-reruntuhan tersebut agar tidak terbuang sia-sia.

Abrahah juga mendirikan atau menancapkan pada gerejanya ini salib-salib yang sebagiannya terbuat dari emas dan sebagian lagi terbuat dari perak, dia juga membuat podium-podium yang terbuat dari Gading gajah dan kayu Eboni.

Dia memerintahkan agar gerejanya tersebut di bangun setinggi-tingginya, hingga jika seseorang naik ke lantai paling atas dia bisa melihat kota Aden (jarak antara Shan’a dan Aden sendiri adalah: 385,8 Km).

Dia juga membuat sebuah peraturan yang berbunyi sebagaimana berikut: “Siapa saja diantara pekerja yang di dapati ketika matahari terbit masih tidur dan bersantai-santai dan juga belum mengerjakan tugasnya, maka tangannya akan dipotong!”.

Dan pada suatu hari, ada seorang pekerja yang sangat nyenyak tidurnya, dia tidur hingga matahari terbit. Melihat bahwa dirinya telah melakukan pelanggaran, dia-pun berangkat demi menghadap kepada Abrahah, akan tetapi ternyata ibunya juga ikut bersamanya menghadap Abrahah.

Sesampainya mereka berdua di hadapan Abrahah, si ibu mulai menangis sembari memohon ampunan bagi sang anak, akan tetapi Abrahah tidak menerima permohonannya dan tetap keras kepala ingin memotong tangan si anak.

Melihat tidak adanya lagi harapan untuk menyelamatkan anaknya dari hukuman, si ibu-pun berkata kepada Abrahah: “Baiklah, potong saja tangan anakku dengan kapakmu hari ini, karena hari ini mungkin saja masih menjadi harimu, akan tetapi hari esok tidak ada yang mengetahui akan menjadi milik siapa, akankah masih menjadi milikmu atau orang lain?”.

Abrahah kaget mendengar perkataan ini, dia-pun berkata: “Celaka engkau, apa maksudmu?”.

Si ibu menjawab: “Lihatlah kerajaan ini, dimana dahulu kerajaan ini adalah milik orang lain, kemudian kerajaan tersebut beralih ke tanganmu. Begitu jugalah yang nanti akan terjadi, kerajaan yang pada hari ini masih kau nikmati dan kuasai, di hari esok pasti akan beralih ke tangan orang lain kembali (dan begitu seterusnya, dunia ini beserta nasib manusia terus berputar layaknya roda, terkadang kita berada di bawah dan di lain waktu secara tiba-tiba kita berada di atas menikmati hidup, akan tetapi tidak lama kemudian kita kembali jatuh, dan di lain waktu kita kembali naik, begitu seterusnya. Hal ini di dalam agama Islam dinamakan sebagai Sunnatullah yang pasti akan terjadi hingga hari kiamat)!”.

Ternyata seberapa-pun kerasnya seorang Abrahah, hatinya tetap tersentuh setelah mendengar perkataan si ibu tadi, dimana dia menghapus peraturan sadis yang dibuatnya, hingga kedepannya tidak ada lagi tangan-tangan yang terpotong, akan tetapi yang ada hanyalah tangan-tangan yang beristirahat karena memang membutuhkan istirahat dari kerasnya kerja seharian penuh.

Ketika akhirnya Abrahah meninggal, dan tidak lama kemudian kekuasaan orang-orang Habasyah di Yaman ikut sirna. Gereja al-Qullais ditinggalkan oleh orang-orang (karena yang berkuasa adalah bangsa Persia yang menyembah api) dan tidak ada lagi yang memperdulikannya, hingga akhirnya gereja tersebut terbengkalai selama bertahun-tahun dan di tinggali oleh hewan-hewan buas dan liar juga ular.

Dan konon siapa saja yang ingin mengambil satu puing saja reruntuhan gereja tersebut, secara sekejap dan tiba-tiba orang tadi pasti tubuhnya akan dimasuki jin (berkata syaikh Abdurrahman al-Wakil dalam rangka mengomentari perkataan ini: “Ini tidak di ragukan lagi adalah sebuah khurafat dan cerita yang di ada-adakan”).

Maka tentu saja karena rumor menakutkan tersebut, reruntuhan gereja ini sejak zaman Abrahah hingga sebelum terbentuknya daulah Abbasiyyah masih utuh dengan segala perhiasan, kayu-kayu yang terlapisi oleh emas, juga segala pernak pernik yang terbuat dari permata tanpa ada yang kurang sedikitpun. Padahal jika ada orang yang berani mengambilnya, maka pastinya dia akan mendapatkan harta yang setara berpeti-peti harta karun.

Sampai akhirnya ketika Abul Abbas (pendiri daulah Abbasiyyah) muncul dan dia diberitahu perihal harta yang sangat banyak di sekeliling reruntuhan gereja al-Qullais, sekaligus dia juga diberitahu perihal rumor-rumor yang mengelilinginya, dan bahwa gereja tersebut telah menjadi sarang hewan buas dan ular. Ternyata dia tertarik untuk mengunjungi gereja tersebut dan tidak gentar sedikitpun ketika mendengar berbagai cerita menakutkan yang mengelilinginya.

Dimana dia memerintahkan gubernurnya bagi negeri Yaman yang bernama Ibnu ar-Rabi’ bersama sekelompok orang pemberani untuk pergi menuju lokasi reruntuhan tersebut berada. Sesampainya mereka di sana, mereka mendapati harta yang sangat banyak yang sebagiannya diantara harta-harta yang bisa dijual mereka jual.

Setelah itu terhapuslah secara permanen berbagai ukiran-ukiran yang dahulu memenuhi gereja al-Qullais, juga kabar-kabar terbarunya, dan yang tersisa hanyalah peninggalan-peninggalannya yang masih di pelajari.

Adapun permasalahan mengenai orang-orang yang dimasuki oleh jin ketika ingin mencuri reruntuhan gereja al-Qullais, rakyat Yaman mengatakan bahwa sebabnya adalah 2 patung suami-istri, dimana si patung suami yang bernama Ku’aib dan patung istri (tidak bernama) dahulu keduanya termasuk dari bagian gereja al-Qullais.

Maka ketika suatu hari kedua patung ini dihancurkan, tiba-tiba orang yang menghancurkan patung tersebut tertimpa penyakit kusta. Ketika melihat hal tersebut orang-orang bejat Yaman seketika ketakutan dan berkata bahwa orang yang tertimpa kusta tadi telah di rasuki oleh Ku’aib.

Abul Walid al-Azraqiy berkata: “Bahwa patung Ku’aib ini terbuat dari kayu dan panjangnya adalah 60 hasta”.

Inilah kisah mengenai gereja al-Qullais yang dibawakan oleh Imam as-Suhailiy di dalam bukunya ar-Raudhul Unuf, akan tetapi tentu saja semua cerita mengenai patung Ku’aib yang bisa membuat seorang manusia kesurupan adalah cerita khurafat dan tidak benar adanya sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Abdurrahman al-Wakil diatas. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Dan Insya Allah pada artikel selanjutnya saya akan membahas mengenai apa yang dilakukan oleh bangsa arab ketika mendengar perihal pembangunan gereja al-Qullais.

Was-Salam.

0 comments:

Post a Comment