Hujan Badai, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Berkata Ibnu Ishaq: “Kemudian Abrahah
membangun sebuah gereja yang diberinya nama al-Qullais di daerah Shan’a, gereja
yang dibangunnya tersebut adalah gereja yang sangat indah, bahkan tidak ada
satupun gereja pada waktu itu yang bisa menyamainya dari sisi manapun (baik itu
dari sisi indah, megah, besar, luas, tinggi dan berbagai batu mulia yang
bertaburan di segala sisinya).
Ketika pembangunan gereja tersebut telah
selesai, Abrahah menulis surat kepada Najasyi yang isinya sebagaimana berikut: “Wahai
raja, sungguh aku telah membangunkan untukmu sebuah gereja yang sangat indah,
dimana gereja ini belum pernah dilihat dan dibangun oleh raja-raja sebelummu. Akan
tetapi sungguh aku belum puas hingga aku bisa membuat orang-orang arab
berpaling dari Makkah menuju gereja ini setiap tahun untuk melakukan ritual
haji mereka”.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 10).
SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 12).
Inilah penjelasan yang dituliskan oleh Ibnu
Ishaq mengenai gereja al-Qullais. Pada atikel yang lalu juga artikel-artikel
sebelumnya, saya menuliskan nama gereja ini dengan “al-Qulais”, dan yang benar
adalah apa yang saya tuliskan sekarang yaitu “al-Qullais”.
Saya telah menyebutkan sedikit mengenai
kemegahan gereja al-Qullais ini pada sebuah artikel yang berisi penjelasan tentang
“versi kedua dari alasan yang mendasari percekcokan antara Abrahah dengan
Aryath”. Dimana pada artikel tersebut saya mengambil kisahnya dari buku al-Badu
wat-Tarikh karangan seorang ulama bernama al-Muthahhir bin Thahir
al-Maqdisiy.
Dan jika kita telah mempunyai bayangan
mengenai kemegahan gereja yang sangat tersohor ini, ada baiknya jika kita juga
mempunyai bayangan mengenai proses pembangunannya. Cerita mengenai proses
pembangunan tersebut telah dituliskan oleh Imam as-Suhailiy di dalam bukunya ar-Raudhul
Unuf, ceritanya sebagai berikut…
Berkata as-Suhailiy: “Al-Qullais adalah
nama sebuah gereja yang dibangun demi memalingkan bangsa arab dari kota Makkah
menuju kota Shan’a lebih tepatnya menuju gereja ini dalam rangka melaksanakan
ibadah haji setiap tahunnya.
Gereja ini diberi nama dengan al-Qullais
dikarenakan gereja ini adalah gereja yang sangat tinggi, dan diantara pecahan kata
dari al-Qullais adalah: al-Qalanis yang memiliki arti kopiah atau peci, kopiah
atau peci disebut sebagai al-Qalanis karena tempatnya yang berada di posisi
tertinggi dari tubuh manusia yakni kepala.
Jika suatu saat ada yang mengatakan: Hua
Qalasa Tha’aman (dimana kata Qalasa di sini juga termasuk pecahan
dari kata al-Qullais), maka maksudnya adalah: seseorang sedang Qalasa
(mengangkat naik dari meja ke mulut) makanan yang tersedia dan siap di santap”.
Maka dari sini telah jelas bagi kita, bahwa
alasan yang mendasari penamaan atau pensematan nama dan kata al-Qullais pada
gereja ini adalah: karena pada asalnya gereja ini memanglah sangat dan teramat
tinggi pada masanya, oleh karena itu dia diberi nama al-Qullais yang memiliki
arti ketinggian. Wallahu A’lam.
As-Suhailiy melanjutkan: “Abrahah sendiri
di saat proses pembangunan gereja ini sedang berlangsung, dia sangat gemar
merendahkan dan melecehkan para pekerjanya yang dia ambil mayoritas mereka dari
rakyat Yaman, dan juga sangat gemar menyakiti hati mereka dengan berbagai macam
ejekan dan hinaan.
Diantara bahan-bahan yang digunakannya
untuk membangun dan menghiasi gerejanya ini adalah marmer yang memiliki
gabungan warna hitam dan putih, juga bebatuan yang memiliki ukiran-ukiran yang
terbuat dari emas. Semua ini dia ambil dari bekas-bekas istana milik Bilqis
sang ratu wanita yang pernah bertemu dengan Nabi Sulaiman (‘Alaihis Salam),
dimana jarak yang memisahkan antara lokasi proyek dan istana tersebut hanya
beberapa farsakh”.
Farsakh sendiri sama dengan jarak 3 mil,
5444 meter (5,444 Km), 12.000 langkah, atau sekitar jarak yang bisa ditempuh dengan
berjalan kaki selama 1,5 jam.
Lanjut ke kisah, as-Suhailiy melanjutkan: “Di
lokasi bekas istana Bilqis tersebut masih banyak terdapat reruntuhan-reruntuhan
dari kemegahan bangunan aslinya pada waktu itu, oleh karenanya Abrahah
memerintahkan untuk memanfaatkan reruntuhan-reruntuhan tersebut agar tidak
terbuang sia-sia.
Abrahah juga mendirikan atau menancapkan
pada gerejanya ini salib-salib yang sebagiannya terbuat dari emas dan sebagian
lagi terbuat dari perak, dia juga membuat podium-podium yang terbuat dari Gading
gajah dan kayu Eboni.
Dia memerintahkan agar gerejanya tersebut
di bangun setinggi-tingginya, hingga jika seseorang naik ke lantai paling atas
dia bisa melihat kota Aden (jarak antara Shan’a dan Aden sendiri adalah: 385,8
Km).
Dia juga membuat sebuah peraturan yang
berbunyi sebagaimana berikut: “Siapa saja diantara pekerja yang di dapati ketika
matahari terbit masih tidur dan bersantai-santai dan juga belum mengerjakan
tugasnya, maka tangannya akan dipotong!”.
Dan pada suatu hari, ada seorang pekerja
yang sangat nyenyak tidurnya, dia tidur hingga matahari terbit. Melihat bahwa
dirinya telah melakukan pelanggaran, dia-pun berangkat demi menghadap kepada
Abrahah, akan tetapi ternyata ibunya juga ikut bersamanya menghadap Abrahah.
Sesampainya mereka berdua di hadapan
Abrahah, si ibu mulai menangis sembari memohon ampunan bagi sang anak, akan
tetapi Abrahah tidak menerima permohonannya dan tetap keras kepala ingin
memotong tangan si anak.
Melihat tidak adanya lagi harapan untuk
menyelamatkan anaknya dari hukuman, si ibu-pun berkata kepada Abrahah: “Baiklah,
potong saja tangan anakku dengan kapakmu hari ini, karena hari ini mungkin saja
masih menjadi harimu, akan tetapi hari esok tidak ada yang mengetahui akan
menjadi milik siapa, akankah masih menjadi milikmu atau orang lain?”.
Abrahah kaget mendengar perkataan ini,
dia-pun berkata: “Celaka engkau, apa maksudmu?”.
Si ibu menjawab: “Lihatlah kerajaan ini,
dimana dahulu kerajaan ini adalah milik orang lain, kemudian kerajaan tersebut
beralih ke tanganmu. Begitu jugalah yang nanti akan terjadi, kerajaan yang pada
hari ini masih kau nikmati dan kuasai, di hari esok pasti akan beralih ke
tangan orang lain kembali (dan begitu seterusnya, dunia ini beserta nasib
manusia terus berputar layaknya roda, terkadang kita berada di bawah dan di
lain waktu secara tiba-tiba kita berada di atas menikmati hidup, akan tetapi
tidak lama kemudian kita kembali jatuh, dan di lain waktu kita kembali naik,
begitu seterusnya. Hal ini di dalam agama Islam dinamakan sebagai Sunnatullah
yang pasti akan terjadi hingga hari kiamat)!”.
Ternyata seberapa-pun kerasnya seorang
Abrahah, hatinya tetap tersentuh setelah mendengar perkataan si ibu tadi,
dimana dia menghapus peraturan sadis yang dibuatnya, hingga kedepannya tidak
ada lagi tangan-tangan yang terpotong, akan tetapi yang ada hanyalah
tangan-tangan yang beristirahat karena memang membutuhkan istirahat dari
kerasnya kerja seharian penuh.
Ketika akhirnya Abrahah meninggal, dan
tidak lama kemudian kekuasaan orang-orang Habasyah di Yaman ikut sirna. Gereja al-Qullais
ditinggalkan oleh orang-orang (karena yang berkuasa adalah bangsa Persia yang
menyembah api) dan tidak ada lagi yang memperdulikannya, hingga akhirnya gereja
tersebut terbengkalai selama bertahun-tahun dan di tinggali oleh hewan-hewan
buas dan liar juga ular.
Dan konon siapa saja yang ingin mengambil satu
puing saja reruntuhan gereja tersebut, secara sekejap dan tiba-tiba orang tadi
pasti tubuhnya akan dimasuki jin (berkata syaikh Abdurrahman al-Wakil dalam
rangka mengomentari perkataan ini: “Ini tidak di ragukan lagi adalah sebuah
khurafat dan cerita yang di ada-adakan”).
Maka tentu saja karena rumor menakutkan
tersebut, reruntuhan gereja ini sejak zaman Abrahah hingga sebelum terbentuknya
daulah Abbasiyyah masih utuh dengan segala perhiasan, kayu-kayu yang terlapisi
oleh emas, juga segala pernak pernik yang terbuat dari permata tanpa ada yang
kurang sedikitpun. Padahal jika ada orang yang berani mengambilnya, maka
pastinya dia akan mendapatkan harta yang setara berpeti-peti harta karun.
Sampai akhirnya ketika Abul Abbas (pendiri
daulah Abbasiyyah) muncul dan dia diberitahu perihal harta yang sangat banyak
di sekeliling reruntuhan gereja al-Qullais, sekaligus dia juga diberitahu
perihal rumor-rumor yang mengelilinginya, dan bahwa gereja tersebut telah
menjadi sarang hewan buas dan ular. Ternyata dia tertarik untuk mengunjungi
gereja tersebut dan tidak gentar sedikitpun ketika mendengar berbagai cerita
menakutkan yang mengelilinginya.
Dimana dia memerintahkan gubernurnya bagi
negeri Yaman yang bernama Ibnu ar-Rabi’ bersama sekelompok orang pemberani
untuk pergi menuju lokasi reruntuhan tersebut berada. Sesampainya mereka di
sana, mereka mendapati harta yang sangat banyak yang sebagiannya diantara
harta-harta yang bisa dijual mereka jual.
Setelah itu terhapuslah secara permanen berbagai
ukiran-ukiran yang dahulu memenuhi gereja al-Qullais, juga kabar-kabar
terbarunya, dan yang tersisa hanyalah peninggalan-peninggalannya yang masih di
pelajari.
Adapun permasalahan mengenai orang-orang
yang dimasuki oleh jin ketika ingin mencuri reruntuhan gereja al-Qullais,
rakyat Yaman mengatakan bahwa sebabnya adalah 2 patung suami-istri, dimana si
patung suami yang bernama Ku’aib dan patung istri (tidak bernama) dahulu keduanya
termasuk dari bagian gereja al-Qullais.
Maka ketika suatu hari kedua patung ini
dihancurkan, tiba-tiba orang yang menghancurkan patung tersebut tertimpa
penyakit kusta. Ketika melihat hal tersebut orang-orang bejat Yaman seketika
ketakutan dan berkata bahwa orang yang tertimpa kusta tadi telah di rasuki oleh
Ku’aib.
Abul Walid al-Azraqiy berkata: “Bahwa
patung Ku’aib ini terbuat dari kayu dan panjangnya adalah 60 hasta”.
Inilah kisah mengenai gereja al-Qullais
yang dibawakan oleh Imam as-Suhailiy di dalam bukunya ar-Raudhul Unuf,
akan tetapi tentu saja semua cerita mengenai patung Ku’aib yang bisa
membuat seorang manusia kesurupan adalah cerita khurafat dan tidak benar adanya
sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Abdurrahman al-Wakil diatas. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Dan Insya Allah pada artikel selanjutnya
saya akan membahas mengenai apa yang dilakukan oleh bangsa arab ketika
mendengar perihal pembangunan gereja al-Qullais.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment