Hujan Badai, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Beberapa hari yang lalu, pada artikel
terakhir yang saya tulis sebelum masuknya hari ‘Iedul Adha, saya menjanjikan
suatu pembahasan mengenai sosok budak Abrahah yang berhasil memuluskan jalan
bagi tuannya menuju singgasana Yaman. Budak tersebut bernama ‘Ataudah…
Siapakah dia?, dan bagaimana kisahnya
bersama Abrahah dan rakyat Yaman?, kisahnya sebagaimana yang dituliskan oleh
Imam as-Suhailiy dan Ibnu Jarir ath-Thabariy sebagai berikut…
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 8).
SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 10).
Berkata as-Suhailiy: “Dan ath-Thabariy
menyebutkan bahwa ‘Ataudah sang budaklah yang telah membunuh Aryath. Arti dari
kata ‘Ataudah sendiri adalah: keras atau kuat, dikatakan bahwa nama aslinya
adalah Aryajdah. (berkata syaikh Abdurrahman al-Wakil: “Disebutkan di dalam kitab
sejarah karangan Ibnu Jarir bahwa nama asli ‘Ataudah adalah Arnajdah”). Wallahu
A’lam.
Berkata Ibnu Jarir ath-Thabariy: “’Ataudah
berkata ketika membunuh Aryath: “Saya adalah ‘Ataudah dari kelompok para
penguasa dan orang-orang mulia, yang tidak memiliki ayah maupun ibu”.
Ibnu Jarir melanjutkan: “Maksud dari
perkataannya diatas adalah: engkau wahai Aryath telah di bunuh oleh budaknya
(Abrahah).
Setelah Aryath terbunuh, Abrahah berkata
kepada ‘Ataudah: “Engkau wahai ‘Ataudah telah kuberi hak untuk membuat satu pasal
undang-undang bagi rakyat Yaman yang harus mereka taati, oleh karena itu
sebutkanlah undang-undang yang ingin engkau buat agar bisa kusahkan saat ini
juga!. Dan aku juga berkeinginan agar engkau tidak lagi memikirkan perihal
pembunuhanmu atas Aryath, karena kami-lah yang akan mengurus bayaran diyathnya”.
Mendengar hal tersebut, ‘Ataudah-pun merasa
seakan-akan mendapatkan harta karun, maka dia segera berkata kepada Abrahah: “Peraturan
yang ingin kubuat adalah: hendaknya semua mempelai wanita dari rakyat Yaman
tidak boleh menemui suaminya hingga dia menemuiku terlebih dahulu, agar aku bisa
mencicipinya sebelum si suami mencicipi istri barunya”.
Abrahah berkata: “Baiklah, kalau itu maumu,
maka mulai saat ini hukum itulah yang akan berlaku dalam masalah pernikahan,
dan hendaknya semua rakyat Yaman mentaatinya!”.
Setelah itu Abrahah segera menepati
janjinya kepada ‘Ataudah dengan membayarkan harga diyath kepada keluarga Aryath
yang sedang berduka”.
Bagaimana sikap rakyat Yaman terhadap
peraturan aneh ini?, apa yang mereka lakukan?, dan bagaimana nasib ‘Ataudah
selanjutnya?....
Cerita mengenai itu semua telah disebutkan
oleh as-Suhailiy di dalam bukunya, kisahnya sebagai berikut…
Berkata as-Suhailiy: “Si budak ini
menerapkan undang-undang yang dibuatnya terhadap rakyat Yaman selama beberapa
waktu, hingga akhirnya suatu hari rakyat Yaman-pun naik pitam setelah lama melihat
perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan si budak kepada gadis-gadis mereka.
Ketika amarah telah menguasai benak dan
pikiran rakyat Yaman, mereka-pun nekat membunuh si budak ketika dia dan
mayoritas teman-temannya orang-orang Habasyah sedang lengah”.
Akan tetapi bagaimana-pun juga hebatnya
rencana yang dibuat oleh rakyat Yaman demi memuluskan misi mereka untuk
membunuh si budak, tetapi karena yang dibunuh bisa dikatakan sebagai petinggi
dan orang penting bagi Abrahah maka mau tidak mau kabar terbunuhnya si
budak-pun di dengar oleh Abrahah. Tidak membutuhkan waktu lama hingga Abrahah mengetahui
bahwa pelaku dari pembunuhan tersebut adalah rakyat Yaman, karena satu-satunya
pihak yang diuntungkan dari pembunuhan ini adalah rakyat Yaman sendiri.
As-Suhailiy melanjutkan: “…Ketika Abrahah
mengetahui bahwa yang membunuh budaknya adalah rakyat Yaman, dia berkata kepada
mereka: “Telah tiba waktunya bagi kalian wahai sekalian rakyat Yaman untuk
melakukan apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang yang merdeka, dan hendaknya
kalian selalu marah jika kehormatan kalian di injak-injak oleh orang lain tanpa
respek sedikitpun. Dan jikalau saja
sejak semula aku telah mengetahui niat buruk budak ini, maka sungguh aku tidak
akan membiarkannya membuat peraturan seenaknya sendiri. Dan sungguh demi Allah
kalian tidak akan dituntut untuk membayar harga diyath bagi darah budak ini,
dan kalian tidak akan disalahkan dan tidak akan di kambing hitamkan dalam
masalah ini selamanya!”.
Inilah kisah mengenai ‘Ataudah, budak
Abrahah yang telah berhasil memuluskan jalan bagi tuannya menuju singgasana
Yaman, dan Insya Allah pada artikel selanjutnya saya akan membahas mengenai apa
saja yang terjadi di negeri Yaman selama Abrahah berkuasa di sana, dan juga
selama kurun waktu disaat sebelum penyerangan Abrahah terhadap tanah suci
Makkah al-Mukarramah dan Ka’bah al-Musyarrafah. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment