Gambar oleh Venrike dari Pixabay. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Kisah mengenai pertemuan antara Khalid
dengan Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhuma) juga sekaligus kisah mengenai
suku Bani Tamim akan saya selesaikan pada artikel kali ini. Dan sebagai
penutup, saya ingin membawakan satu lagi versi dari kisah terbunuhnya Malik bin
Nuwairah. Kisah ini akan saya ambil dari buku karangan Ibnul Atsir dan Ibnu
Jarir (Rahimahumallah).
Kisahnya sebagaimana berikut…
Ibnu Jarir (Rahimahullah) menyebutkan
dalam kitabnya bahwa kisah yang akan beliau bawakan berikut ini adalah kisah
yang dibawakan dan diceritakan oleh sahabat Abu Qatadah (Radhiyallahu ‘Anhu).
BACA JUGA:
PERTEMUAN ANTARA KHALID DENGAN ABU BAKAR (RADHIYALLAHU
‘ANHUMA).
AWAL-MULA KEMUNCULAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB (BAG, 1).
Beliau berkata: “Dan diantara orang-orang yang bersaksi dan mengatakan bahwa Malik adalah seorang muslim, (seorang sahabat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)) Abu Qatadah al-Harits bin Rib’iy saudara suku Bani Salamah (Radhiyallahu ‘Anhu).
Dan konon beliau telah bersaksi dan telah
berjanji kepada Allah untuk tidak akan lagi berperang dibawah komando Khalid.
Beliau bercerita bahwa ketika pasukan Islam
telah tiba di tengah-tengah kaum tersebut (yakni kaumnya Malik), mereka dibuat
kaget dan takut ketika pada suatu malam mereka melihat kaum tersebut mengambil
senjata mereka…
Maka kami pun berkata kepada mereka: ‘Kami
ini adalah kaum muslimin’.
Mereka pun membalas kami dengan berkata: ‘Kami
pun adalah kaum muslimin juga’.
Kami bertanya kepada mereka: ‘Kalau begitu,
kenapa kalian menyiagakan senjata kalian?’.
Mereka balik bertanya: ‘Dan kalian sendiri,
kenapa kalian membawa senjata?’. (karena pada saat itu hari telah beranjak
malam, dan malam hari adalah waktu dimana kedua belah pihak yang sedang konflik
mengadakan gencatan senjata untuk istirahat, maka wajar saja mereka menanyakan
pertanyaan di atas).
Kami menjawab: ‘Jika kalian sesuai dengan
pengakuan kalian (yakni jika kalian benar-benar seorang muslim), maka
turunkanlah senjata kalian!’.
Maka mereka pun menaruh senjata mereka, dan
kami pun mendirikan sholat setelah itu, kemudian mereka pun ikut mendirikan
sholat juga”.
Ibnul Atsir (Rahimahullah) juga
membawakan kisah serupa dikitab beliau, akan tetapi dengan versi yang lebih
singkat dari yang dibawakan oleh Ibnu Jarir (Rahimahullah) di atas.
Setelah membawakan kisah di atas, Ibnu
Jarir (Rahimahullah) melanjutkan kisahnya tersebut dengan membawakan
kisah mengenai percakapan antara Khalid dengan Malik.
Beliau berkata: “…Dan dikisahkan pula bahwa
diantara alasan yang diberikan oleh Khalid (sebagai bentuk pembelaan diri
karena telah membunuh Malik dan sahabat-sahabatnya) adalah bahwa Malik berkata
kepadanya pada saat beliau sedang menanyainya.
Malik berkata: ‘Sahabat kalian (yakni Nabi (Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam)) hanya mengatakan begini dan begitu (mengenai aturan
zakat dan sedekah)’.
Khalid bertanya kepadanya: ‘Apakah kamu
tidak rela untuk menganggap beliau sebagai sahabatmu juga?’.
Kemudian setelah itu beliau (Khalid) pun
bangkit dan berjalan menuju Malik, untuk kemudian beliau memenggalnya juga
memenggal leher sahabat-sahabatnya.
Dan ketika kabar mengenai hal ini sampai di
telinga Umar bin Khaththab (Radhiyallahu ‘Anhu), beliau pun segera
membicarakan mengenai hal tersebut di sisi Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu).
Dimana diantara perkataannya adalah: ‘Musuh Allah. Dia telah melampaui batas
dalam menghukumi seorang muslim, dimana dia membunuhnya. Kemudian tidak cukup
sampai disitu, dia juga merampas istri lelaki tersebut!’”. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Inilah sedikit kisah yang ingin saya
sampaikan pada artikel kali ini, dan Insya Allah pada artikel yang akan datang,
saya akan memulai menuliskan kisah mengenai penumpasan gerakan Musailamah
al-Kadzdzab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment