Thursday, November 25, 2021

“APAKAH KAMU TIDAK RELA UNTUK MENGANGGAP BELIAU SEBAGAI SAHABATMU JUGA?”.

 

Gambar oleh Venrike dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Kisah mengenai pertemuan antara Khalid dengan Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhuma) juga sekaligus kisah mengenai suku Bani Tamim akan saya selesaikan pada artikel kali ini. Dan sebagai penutup, saya ingin membawakan satu lagi versi dari kisah terbunuhnya Malik bin Nuwairah. Kisah ini akan saya ambil dari buku karangan Ibnul Atsir dan Ibnu Jarir (Rahimahumallah).

Kisahnya sebagaimana berikut…

Ibnu Jarir (Rahimahullah) menyebutkan dalam kitabnya bahwa kisah yang akan beliau bawakan berikut ini adalah kisah yang dibawakan dan diceritakan oleh sahabat Abu Qatadah (Radhiyallahu ‘Anhu).

BACA JUGA:

PERTEMUAN ANTARA KHALID DENGAN ABU BAKAR (RADHIYALLAHU ‘ANHUMA).

AWAL-MULA KEMUNCULAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB (BAG, 1).

Beliau berkata: “Dan diantara orang-orang yang bersaksi dan mengatakan bahwa Malik adalah seorang muslim, (seorang sahabat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)) Abu Qatadah al-Harits bin Rib’iy saudara suku Bani Salamah (Radhiyallahu ‘Anhu).

Dan konon beliau telah bersaksi dan telah berjanji kepada Allah untuk tidak akan lagi berperang dibawah komando Khalid.

Beliau bercerita bahwa ketika pasukan Islam telah tiba di tengah-tengah kaum tersebut (yakni kaumnya Malik), mereka dibuat kaget dan takut ketika pada suatu malam mereka melihat kaum tersebut mengambil senjata mereka…

Maka kami pun berkata kepada mereka: ‘Kami ini adalah kaum muslimin’.

Mereka pun membalas kami dengan berkata: ‘Kami pun adalah kaum muslimin juga’.

Kami bertanya kepada mereka: ‘Kalau begitu, kenapa kalian menyiagakan senjata kalian?’.

Mereka balik bertanya: ‘Dan kalian sendiri, kenapa kalian membawa senjata?’. (karena pada saat itu hari telah beranjak malam, dan malam hari adalah waktu dimana kedua belah pihak yang sedang konflik mengadakan gencatan senjata untuk istirahat, maka wajar saja mereka menanyakan pertanyaan di atas).

Kami menjawab: ‘Jika kalian sesuai dengan pengakuan kalian (yakni jika kalian benar-benar seorang muslim), maka turunkanlah senjata kalian!’.

Maka mereka pun menaruh senjata mereka, dan kami pun mendirikan sholat setelah itu, kemudian mereka pun ikut mendirikan sholat juga”.

Ibnul Atsir (Rahimahullah) juga membawakan kisah serupa dikitab beliau, akan tetapi dengan versi yang lebih singkat dari yang dibawakan oleh Ibnu Jarir (Rahimahullah) di atas.

Setelah membawakan kisah di atas, Ibnu Jarir (Rahimahullah) melanjutkan kisahnya tersebut dengan membawakan kisah mengenai percakapan antara Khalid dengan Malik.

Beliau berkata: “…Dan dikisahkan pula bahwa diantara alasan yang diberikan oleh Khalid (sebagai bentuk pembelaan diri karena telah membunuh Malik dan sahabat-sahabatnya) adalah bahwa Malik berkata kepadanya pada saat beliau sedang menanyainya.

Malik berkata: ‘Sahabat kalian (yakni Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)) hanya mengatakan begini dan begitu (mengenai aturan zakat dan sedekah)’.

Khalid bertanya kepadanya: ‘Apakah kamu tidak rela untuk menganggap beliau sebagai sahabatmu juga?’.

Kemudian setelah itu beliau (Khalid) pun bangkit dan berjalan menuju Malik, untuk kemudian beliau memenggalnya juga memenggal leher sahabat-sahabatnya.

Dan ketika kabar mengenai hal ini sampai di telinga Umar bin Khaththab (Radhiyallahu ‘Anhu), beliau pun segera membicarakan mengenai hal tersebut di sisi Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu). Dimana diantara perkataannya adalah: ‘Musuh Allah. Dia telah melampaui batas dalam menghukumi seorang muslim, dimana dia membunuhnya. Kemudian tidak cukup sampai disitu, dia juga merampas istri lelaki tersebut!’”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.  

Inilah sedikit kisah yang ingin saya sampaikan pada artikel kali ini, dan Insya Allah pada artikel yang akan datang, saya akan memulai menuliskan kisah mengenai penumpasan gerakan Musailamah al-Kadzdzab.

Was-Salam.

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment