Monday, November 15, 2021

KHALID DAN PASUKAN TIBA DI NEGERI BANI TAMIM.

 

Gambar oleh EugenioAlbrecht dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menyelesaikan penjelasan mengenai Sajah si wanita yang mengaku bahwa dirinya telah diangkat menjadi seorang Nabi. Penjelasan tersebut seputar: siapakah Sajah?, berasal dari suku apakah dia?, siapa sajakah yang berangkat bersamanya menuju perkampungan suku Bani Tamim?, dan pada akhirnya saya juga menjelaskan mengenai hubungan wanita ini dengan sang Nabi palsu dari negeri Yamamah yaitu Musailamah al-Kadzdzab.

Pada artikel tersebut saya menjelaskan mengenai pernikahan antara Sajah dengan Musailamah, dan saya juga telah menyebutkan pula mahar yang dibayarkan oleh Musailamah kepada Sajah, yaitu peniadaan sholat Shubuh dan sholat Isya bagi pengikut mereka berdua. Dan di akhir artikel saya menyebutkan bahwa setelah Sajah menikah dengan Musailamah, dia langsung pulang menuju negerinya setelah mendengar mengenai kedatangan pasukan Khalid bin Walid (Radhiyallahu ‘Anhu) menuju negeri Yamamah…

BACA JUGA:

PERNIKAHAN ANTARA SAJAH DENGAN MUSAILAMAH.

KETIKA KHALID CEKCOK DENGAN KAUM ANSHAR.

Lalu, apa yang terjadi pada suku Bani Tamim terkhusus orang-orang yang murtad diantara mereka pada saat Khalid datang?, sementara Nabi palsu mereka yakni Sajah telah pulang ke kampung halamannya?...

Kisah mengenai hal tersebut adalah sebagaimana berikut…

Berkata Ibnu Katsir, Ibnul Atsir, dan Ibnu Jarir (Rahimahumullah) dalam kitab mereka mengenai apa yang terjadi pada suku Bani Tamim ketika Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) dan pasukannya tiba di negeri mereka…

Di saat Sajah telah pulang kembali menuju kampung halamannya, maka Malik bin Nuwairah (salah satu pemimpin suku Bani Tamim yang memutuskan untuk murtad) menjadi bingung perihal apa yang akan dilakukannya. Dia juga menyesali segala apa yang telah diperbuatnya saat Sajah mengunjungi negerinya.

Adapun teman-temannya yang lain seperti Waki’ dan seorang lagi yang bernama Sama’ah, maka mereka berdua segera menyadari kesalahan yang telah mereka perbuat, dan bahwa ajaran Sajah adalah ajaran yang sesat. Hal tersebut mereka berdua buktikan dengan kembalinya mereka berdua kepada jalan yang lurus, dimana mereka berdua segera mengumpulkan harta zakat dan segera memberikan harta tersebut kepada Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) di saat beliau datang bersama pasukannya. Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) sendiri menerima kembalinya mereka ke jalan lurus tersebut. (kisah mengenai Waki’ dan Sama’ah diatas disebutkan oleh Ibnul Atsir dan Ibnu Jarir di dalam kitab mereka. Adapun Ibnu Katsir maka beliau hanya mencukupkan dengan menuliskan mengenai penyesalan Malik bin Nuwairah (Rahimahumullah)).

Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata dalam kitabnya: “…Malik bin Nuwairah memutuskan untuk tinggal di sebuah daerah bernama al-Buthah (di saat Sajah kembali ke negerinya)”.

Ibnu Jarir (Rahimahullah) berkata dalam kitabnya: “Pada saat Khalid menerima bayaran zakat dari Waki’ dan Sama’ah, beliau bertanya kepada mereka berdua: ‘Kenapa kalian berdua memutuskan untuk berdamai dan ikut bekerja sama dengan kaum tersebut (Sajah dan pengikutnya)?’.

Mereka berdua menjawab: ‘Yang membuat kami bergabung dengan mereka adalah bayaran darah yang kami tuntut dari suku Dhabbah. Karena dahulu adalah masa-masa ketika perselisihan menaungi kami (setiap harinya, dan karena hal tersebutlah kami menuntut bayaran darah dari suku Dhabbah)’.

Waki’ menyenandungkan bait syair berikut:

Janganlah kalian berdua mengira bahwa aku telah berpaling (dari agama Islam) dan bahwa aku…

Menolak (membayar zakat) yang dimana jari-jari (mungkin maksudnya kaumnya) itu telah tunduk kepadaku…

Akan tetapi aku hanyalah berkeinginan untuk menjaga kemuliaan Malik…

Dimana aku duduk memperhatikan hingga aku dibutakan oleh tipuan-tipuan…

Maka ketika Khalid mendatangi kami sembari membawa benderanya…

Akupun berjalan menemuinya di daerah al-Buthah sembari membawa barang-barang titipan (harta zakat)…’”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah kisah mengenai Khalid dengan Malik akan saya ceritakan pada artikel selanjutnya.

Was-Salam.

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment