Saturday, November 27, 2021

KISAH AR-RIHAL BIN ‘UNFUWWAH, SANG TANGAN KANAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

 

Gambar oleh skyrider74 dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Kisah mengenai awal-mula kemunculan Musailamah al-Kadzdzab telah saya tuliskan pada artikel yang lalu. Dan pada artikel ini, Insya Allah saya akan melanjutkan kisah tersebut. Adapun yang akan saya sampaikan pada artikel kali ini dan artikel selanjutnya adalah mengenai perkembangan gerakan kesesatan Musailamah yang sangat pesat, juga surat menyuratnya orang ini dengan Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).

Dan sebagaimana artikel yang lalu, artikel kali ini saya ambil juga kisahnya dari kitab al-Badu wat-Tarikh, karangan seorang ulama bernama al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy (Rahimahullah).

Al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy (Rahimahullah) berkata: “…Maka setelah seseorang yang bernama ar-Rihal bin ‘Unfuwwah mendukung pernyataannya (yakni pernyataan Musailamah bahwa dirinya telah diangkat menjadi Nabi), orang-orang Bani Hanifah pun mulai terfitnah dengan ajaran sesat sekaligus penipuan yang dilancarkan oleh Musailamah…”. (dan berkat hal tersebut, dia pun semakin sombong dari hari ke hari).

Imam al-Muthahhir al-Maqdisiy (Rahimahullah) menyebutkan dalam perkataannya diatas nama seseorang, yakni ar-Rihal bin ‘Unfuwwah…, siapakah orang itu?, dan kenapa orang-orang mengikuti jejaknya ketika dia memilih untuk mendukung ajaran sesat Musailamah?.

BACA JUGA:

AWAL-MULA KEMUNCULAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB (BAG, 1).

AWAL-MULA KEMUNCULAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB (BAG, 2).

Disebutkan dalam kitab al-Mufashshal fi Tarikhil ‘Arab Qablal Islam, karangan seorang ulama bernama Jawwad ‘Ali yang wafat pada tahun 1408 hijriyyah, beliau berkata di dalam jilid kesebelas dalam kitabnya: “…Ketika para utusan Bani Hanifah tersebut telah kembali ke negeri mereka, Musailamah pun langsung mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus. Dan ternyata ada seseorang yang bersaksi bahwa pengakuannya tersebut adalah pengakuan yang benar, orang ini adalah ar-Rihal bin ‘Unfuwwah.

Ar-Rihal bin ‘Unfuwwah berkata kepada segenap masyarakat Yamamah bahwa Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) telah merestui Musailamah (sang penipu) untuk menjadi sekutunya (sekaligus Nabi pengganti disaat beliau wafat, yang padahal apa yang diklaim baik oleh Musailamah ataupun ar-Rihal ini adalah sebuah kesalahan yang sangat serius, karena Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) tidak pernah merestui seorang pun untuk menjadi Nabi pengganti bagi beliau disaat beliau meninggal, sebagaimana apa yang telah saya sampaikan pada artikel yang lalu). Maka karena persaksiannya tersebutlah, akhirnya masyarakat Yamamah pun mengikuti ajaran sesat Musailamah.

Dan konon ar-Rihal ini sempat mempelajari beberapa surat dari al-Qur’an (langsung dari mulut Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)), akan tetapi pada akhirnya (layaknya orang yang tidak tahu diuntung, juga layaknya orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu malu) dia menisbatkan surat-surat yang telah dipelajarinya tadi kepada Musailamah (sang penipu). Dan karenanya, dia pun menjadi pendukung terkuat gerakan kesesatan Musailamah, dan juga sebab utama dan penanggung jawab utama dari tersebarnya fitnah di tengah-tengah masyarakat Yamamah dan Bani Hanifah. Orang ini berhasil dibunuh oleh Zaid bin al-Khaththab (saudara Umar bin al-Khaththab (Radhiyallahu ‘Anhuma) di perang Yamamah”.

Disebutkan juga di dalam kitab ath-Thabaqat al-Kubra, karangan seorang ulama bernama Ibnu Sa’ad yang wafat pada tahun 230 hijriyyah, beliau berkata dalam kitabnya: “Telah mengkabarkan kepada kami Muhammad bin Umar al-Aslamiy, dia berkata: ‘Telah menceritakan kepadaku adh-Dhahhak bin Utsman, dari Yazid bin Ruman. Telah berkata Muhammad bin Sa’ad: ‘Dan telah mengkabarkan kepada kami pula Ali bin Muhammad al-Qurasyiy, dari beberapa orang gurunya, dimana mereka berkata: ‘Dahulu telah datang menghadap Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) beberapa orang utusan dari suku Bani Hanifah, diantara mereka adalah: Rihal bin ‘Unfuwwah, Salma bin Handzalah as-Suhaimiy, Thalq bin Ali bin Qais, Humran bin Jabir dari suku Bani Syamir, Ali bin Sinan, al-Aq’as bin Maslamah, Zaid bin Abdi Amr, dan Musailamah bin Habib. Kepala atau pemimpin rombongan mereka adalah Salma bin Handzalah.

Mereka semua disambut kedatangannya oleh para sahabat dan diberi tempat menginap di rumah milik Ramlah binti al-Harits (Radhiyallahu ‘Anha), dan semenjak kedatangan mereka, mereka senantiasa dijamu dan dimuliakan sebagai tamu.

Jamuan makan siang dan makan malam mereka bervariasi, terkadang terdiri dari roti dan daging, terkadang juga terdiri dari roti dan susu, dan terkadang juga roti dan minyak, dan terkadang juga buah kurma yang bisa mereka santap sepuasnya.

Disaat kedatangan mereka, mereka langsung masuk ke dalam Masjid Nabawi dan menemui Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sekaligus mengucapkan salam untuk beliau, dan kemudian mereka mengucapkan persaksian Islam atau kalimat syahadat.

Dan ketika mereka datang tersebut, Musailamah tidak ikut bersama mereka menemui Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). mereka berdiam di kota Madinah selama beberapa hari, dimana mereka menghabiskan waktu dengan bolak-balik menemui Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) (dalam rangka mempelajari agama Islam). Dan Rihal bin ‘Unfuwwah sendiri mempelajari al-Qur’an dari sahabat Ubay bin Ka’ab (Radhiyallahu ‘Anhu)…”. 

Disebutkan pula dalam kitab al-Wafi bil-Wafayat, karangan seorang ulama bernama ash-Shafadiy yang wafat pada tahun 764 hijriyyah, beliau berkata dalam jilid keempat belas dari kitabnya: “Ar-Rihal bin ‘Unfuwwah. Namanya adalah Nahar bin ‘Unfuwwah. Dahulu dia telah berhijrah (dan telah masuk Islam), dan telah membaca al-Qur’an juga. Akan tetapi disaat Musailamah muncul, dia pergi menuju orang tersebut untuk kemudian murtad (keluar dari agama Islam) dihadapannya.

Dia juga berkata kepada Musailamah bahwa dirinya telah mendengar Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) menjadikan Musailamah sebagai teman seperjuangan dan juga sebagai seorang Nabi (dan sungguh ini adalah sebuah kebohongan belaka dan hanyalah sebuah lelucon yang sangat tidak pantas untuk dipercayai oleh orang yang berakal).

Maka semenjak hari ketika dia bertemu dengan Musailamah tersebutlah, dia menjelma menjadi fitnah terbesar atas keimanan suku Bani Hanifah. Dia berhasil dibunuh oleh sahabat Zaid bin al-Khaththab (Radhiyallahu ‘Anhu) di perang Yamamah.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah (Radhiyallahu ‘Anhu), dimana beliau berkata: ‘Pada suatu hari, aku duduk-duduk bersama beberapa orang disisi Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), dan bersama kami ada ar-Rihal bin ‘Unfuwwah. Maka Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) pun bersabda kepada kami: {“Sesungguhnya ada seseorang diantara kalian yang gigi gerahamnya benar-benar berada di dalam neraka, yang dimana besarnya sebesar gunung Uhud”}.

Maka ketika teman-teman dudukku itu telah meninggal semuanya, dan yang tersisa hanyalah diriku dengan ar-Rihal. Maka aku pun menjadi ketakutan (setiap hari, karena jangan-jangan sabda Nabi diatas itu diperuntukkan untuk beliau (Abu Hurairah)). Hingga akhirnya datanglah sebuah hari dimana ar-Rihal pergi menemui Musailamah dan mengikuti ajaran sesatnya sekaligus bersaksi bahwa Musailamah adalah seorang Nabi, dan dia pun berhasil dibunuh di perang Yamamah”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.  

Insya Allah kisah mengenai Musailamah akan berlanjut di artikel selanjutnya.

Was-Salam.     

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment