Gambar oleh skyrider74 dari Pixabay. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Kisah mengenai awal-mula kemunculan
Musailamah al-Kadzdzab telah saya tuliskan pada artikel yang lalu. Dan pada
artikel ini, Insya Allah saya akan melanjutkan kisah tersebut. Adapun yang akan
saya sampaikan pada artikel kali ini dan artikel selanjutnya adalah mengenai perkembangan gerakan
kesesatan Musailamah yang sangat pesat, juga surat menyuratnya orang ini dengan
Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).
Dan sebagaimana artikel yang lalu, artikel
kali ini saya ambil juga kisahnya dari kitab al-Badu wat-Tarikh,
karangan seorang ulama bernama al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy (Rahimahullah).
Al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy (Rahimahullah)
berkata: “…Maka setelah seseorang yang bernama ar-Rihal bin ‘Unfuwwah mendukung
pernyataannya (yakni pernyataan Musailamah bahwa dirinya telah diangkat menjadi
Nabi), orang-orang Bani Hanifah pun mulai terfitnah dengan ajaran sesat
sekaligus penipuan yang dilancarkan oleh Musailamah…”. (dan berkat hal
tersebut, dia pun semakin sombong dari hari ke hari).
Imam al-Muthahhir al-Maqdisiy (Rahimahullah)
menyebutkan dalam perkataannya diatas nama seseorang, yakni ar-Rihal bin
‘Unfuwwah…, siapakah orang itu?, dan kenapa orang-orang mengikuti jejaknya
ketika dia memilih untuk mendukung ajaran sesat Musailamah?.
BACA JUGA:
AWAL-MULA KEMUNCULAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB (BAG, 1).
AWAL-MULA KEMUNCULAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB (BAG, 2).
Disebutkan dalam kitab al-Mufashshal fi Tarikhil ‘Arab Qablal Islam, karangan seorang ulama bernama Jawwad ‘Ali yang wafat pada tahun 1408 hijriyyah, beliau berkata di dalam jilid kesebelas dalam kitabnya: “…Ketika para utusan Bani Hanifah tersebut telah kembali ke negeri mereka, Musailamah pun langsung mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus. Dan ternyata ada seseorang yang bersaksi bahwa pengakuannya tersebut adalah pengakuan yang benar, orang ini adalah ar-Rihal bin ‘Unfuwwah.
Ar-Rihal bin ‘Unfuwwah berkata kepada
segenap masyarakat Yamamah bahwa Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
telah merestui Musailamah (sang penipu) untuk menjadi sekutunya (sekaligus Nabi
pengganti disaat beliau wafat, yang padahal apa yang diklaim baik oleh
Musailamah ataupun ar-Rihal ini adalah sebuah kesalahan yang sangat serius,
karena Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) tidak pernah merestui
seorang pun untuk menjadi Nabi pengganti bagi beliau disaat beliau meninggal,
sebagaimana apa yang telah saya sampaikan pada artikel yang lalu). Maka karena
persaksiannya tersebutlah, akhirnya masyarakat Yamamah pun mengikuti ajaran
sesat Musailamah.
Dan konon ar-Rihal ini sempat mempelajari
beberapa surat dari al-Qur’an (langsung dari mulut Nabi (Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam)), akan tetapi pada akhirnya (layaknya orang yang tidak tahu
diuntung, juga layaknya orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu malu) dia
menisbatkan surat-surat yang telah dipelajarinya tadi kepada Musailamah (sang
penipu). Dan karenanya, dia pun menjadi pendukung terkuat gerakan kesesatan
Musailamah, dan juga sebab utama dan penanggung jawab utama dari tersebarnya
fitnah di tengah-tengah masyarakat Yamamah dan Bani Hanifah. Orang ini berhasil
dibunuh oleh Zaid bin al-Khaththab (saudara Umar bin al-Khaththab (Radhiyallahu
‘Anhuma) di perang Yamamah”.
Disebutkan juga di dalam kitab ath-Thabaqat
al-Kubra, karangan seorang ulama bernama Ibnu Sa’ad yang wafat pada tahun
230 hijriyyah, beliau berkata dalam kitabnya: “Telah mengkabarkan kepada kami
Muhammad bin Umar al-Aslamiy, dia berkata: ‘Telah menceritakan kepadaku
adh-Dhahhak bin Utsman, dari Yazid bin Ruman. Telah berkata Muhammad bin Sa’ad:
‘Dan telah mengkabarkan kepada kami pula Ali bin Muhammad al-Qurasyiy, dari
beberapa orang gurunya, dimana mereka berkata: ‘Dahulu telah datang menghadap
Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) beberapa orang utusan dari
suku Bani Hanifah, diantara mereka adalah: Rihal bin ‘Unfuwwah, Salma bin
Handzalah as-Suhaimiy, Thalq bin Ali bin Qais, Humran bin Jabir dari suku Bani
Syamir, Ali bin Sinan, al-Aq’as bin Maslamah, Zaid bin Abdi Amr, dan Musailamah
bin Habib. Kepala atau pemimpin rombongan mereka adalah Salma bin Handzalah.
Mereka semua disambut kedatangannya oleh
para sahabat dan diberi tempat menginap di rumah milik Ramlah binti al-Harits (Radhiyallahu
‘Anha), dan semenjak kedatangan mereka, mereka senantiasa dijamu dan
dimuliakan sebagai tamu.
Jamuan makan siang dan makan malam mereka
bervariasi, terkadang terdiri dari roti dan daging, terkadang juga terdiri dari
roti dan susu, dan terkadang juga roti dan minyak, dan terkadang juga buah
kurma yang bisa mereka santap sepuasnya.
Disaat kedatangan mereka, mereka langsung
masuk ke dalam Masjid Nabawi dan menemui Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
sekaligus mengucapkan salam untuk beliau, dan kemudian mereka mengucapkan
persaksian Islam atau kalimat syahadat.
Dan ketika mereka datang tersebut,
Musailamah tidak ikut bersama mereka menemui Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam). mereka berdiam di kota Madinah selama beberapa hari, dimana mereka
menghabiskan waktu dengan bolak-balik menemui Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam) (dalam rangka mempelajari agama Islam). Dan Rihal bin ‘Unfuwwah
sendiri mempelajari al-Qur’an dari sahabat Ubay bin Ka’ab (Radhiyallahu
‘Anhu)…”.
Disebutkan pula dalam kitab al-Wafi
bil-Wafayat, karangan seorang ulama bernama ash-Shafadiy yang wafat pada
tahun 764 hijriyyah, beliau berkata dalam jilid keempat belas dari kitabnya:
“Ar-Rihal bin ‘Unfuwwah. Namanya adalah Nahar bin ‘Unfuwwah. Dahulu dia telah
berhijrah (dan telah masuk Islam), dan telah membaca al-Qur’an juga. Akan
tetapi disaat Musailamah muncul, dia pergi menuju orang tersebut untuk kemudian
murtad (keluar dari agama Islam) dihadapannya.
Dia juga berkata kepada Musailamah bahwa
dirinya telah mendengar Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
menjadikan Musailamah sebagai teman seperjuangan dan juga sebagai seorang Nabi
(dan sungguh ini adalah sebuah kebohongan belaka dan hanyalah sebuah lelucon
yang sangat tidak pantas untuk dipercayai oleh orang yang berakal).
Maka semenjak hari ketika dia bertemu
dengan Musailamah tersebutlah, dia menjelma menjadi fitnah terbesar atas
keimanan suku Bani Hanifah. Dia berhasil dibunuh oleh sahabat Zaid bin
al-Khaththab (Radhiyallahu ‘Anhu) di perang Yamamah.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah (Radhiyallahu
‘Anhu), dimana beliau berkata: ‘Pada suatu hari, aku duduk-duduk bersama
beberapa orang disisi Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), dan
bersama kami ada ar-Rihal bin ‘Unfuwwah. Maka Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam) pun bersabda kepada kami: {“Sesungguhnya ada seseorang diantara
kalian yang gigi gerahamnya benar-benar berada di dalam neraka, yang dimana
besarnya sebesar gunung Uhud”}.
Maka ketika teman-teman dudukku itu telah
meninggal semuanya, dan yang tersisa hanyalah diriku dengan ar-Rihal. Maka aku
pun menjadi ketakutan (setiap hari, karena jangan-jangan sabda Nabi diatas itu
diperuntukkan untuk beliau (Abu Hurairah)). Hingga akhirnya datanglah sebuah
hari dimana ar-Rihal pergi menemui Musailamah dan mengikuti ajaran sesatnya
sekaligus bersaksi bahwa Musailamah adalah seorang Nabi, dan dia pun berhasil
dibunuh di perang Yamamah”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Insya Allah kisah mengenai Musailamah akan
berlanjut di artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment