Saturday, November 13, 2021

SAJAH BERUNDING DENGAN MUSAILAMAH.

 

Gambar oleh Comfreak dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menuliskan kisah mengenai penyerangan Sajah terhadap suku ar-Rabab juga peperangan yang terjadi antara dirinya dengan suku Bani ‘Amr, dan di akhir artikel saya menyebutkan perkataan Sajah yang berisikan tekadnya untuk bergerak menuju negeri Yamamah demi bertemu dengan Musailamah al-Kadzdzab.

Kisah mengenai pertemuannya dengan Musailamah telah dituliskan oleh masing-masing dari Ibnu Katsir, Ibnul Atsir, dan Ibnu Jarir (Rahimahumullah) dalam kitab mereka. Kisahnya sebagaimana berikut…

BACA JUGA:

KEGAGALAN SAJAH DALAM MELANCARKAN AKSINYA.

PERNIKAHAN ANTARA SAJAH DENGAN MUSAILAMAH.

Setelah Sajah memerintahkan pasukannya untuk bersiap-siap, maka berangkatlah mereka menuju negeri Yamamah. Dan tentu saja karena pergerakan ini adalah pergerakan sebuah pasukan yang cukup besar, maka tidak membutuhkan waktu lama hingga kabar mengenai hal ini sampai di telinga Musailamah.

Musailamah sendiri ketika dirinya mendengar bahwa Sajah dan pengikutnya tengah bergerak menuju negerinya, dia pun takut dan khawatir akan penyerangan Sajah terhadap dirinya. Karena jika Sajah menyerangnya, maka sama saja dia berada diambang kehancuran.

Karena sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kaum muslimin yang berada dibawah komando Ikrimah dan Syarhabil bin Hasanah (Radhiyallahu ‘Anhuma) telah bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Tsumamah bin Utsal dalam mengepung negeri Yamamah. Dan mereka semua ini tengah menunggu kedatangan pasukan Khalid bin Walid (Radhiyallahu ‘Anhu), maka bisa kita bayangkan sendiri bagaimana jadinya jika semua pasukan tadi mendapatkan bantuan tambahan dari Sajah dalam rangka menghancurkan Musailamah dan pengikutnya.

Maka oleh karena itu Musailamah pun mengirimkan surat dan hadiah kepada Sajah, dimana dalam surat tersebut Musailamah membujuk Sajah agar dia berkenan memberinya tenggat waktu, dimana dalam kurun waktu tersebut dia akan menemuinya dan berbicara dengannya secara langsung dalam rangka merundingkan nasib kedua pasukan kedepannya (karena keduanya memiliki musuh bersama, yakni kaum muslimin. Dan keduanya pun sama-sama Nabi palsu). Sajah sendiri seusainya dia membaca surat tersebut, dia mengabulkan permintaan Musailamah.

Setelah itu berangkatlah Musailamah bersama 40 orang dari kaumnya menuju perkemahan Sajah yang terletak di daerah al-Amwah (jarak antara Yamamah dan al-Amwah kurang lebih sekitar 39,4 km).

Sesampainya dia di daerah al-Amwah, dia meminta kepada Sajah agar dia membiarkan dirinya masuk ke kemahnya dan membicarakan urusan mereka berdua secara privasi di dalam kemah tersebut. Sajah menerima permintaannya.

Setelah keduanya berada dalam kemah, Musailamah berkata kepadanya: “Kami memiliki setengah dari tanah ini (mungkin yang dimaksudnya adalah jazirah arab), dan orang-orang Quraisy lah sang pemilik dari setengah yang lainnya jikalau saja mereka tetap berpikiran lurus. Dan sekarang rupanya Allah berkenan untuk memberikan setengah tanah tersebut kepada dirimu karena orang-orang Quraisy telah menolaknya”.

Sajah berkata: “Tidak ada orang yang menolak setengah dari tanah tersebut kecuali memang orang yang menolak tersebut adalah orang yang tersesat…”.

Musailamah menimpali perkataannya: “Allah akan senantiasa mendengarkan orang yang juga senantiasa mendengarkan (mentaati) perintahNya. Dan Allah juga akan senantiasa memberinya kebaikan selama orang tersebut masih haus akan kebaikan. Dan sungguh setiap amalan yang membuatNya ridha akan tetap abadi dan tidak akan rusak selamanya. Rabb kalian telah melihat (perbuatan) kalian, maka Dia pun memberikan kehidupan (keberkahan) kepada kalian. Dan Dia juga akan senantiasa menjaga kalian dari kemurkaanNya. Dan nanti di hari kemudian, Dia pasti akan menyelamatkan kalian. Hendaknya kita senantiasa menyenandungkan doa-doa wahai orang-orang yang terselamatkan, karena kita bukanlah orang-orang jahat lagi keji, kita adalah orang-orang yang senantiasa mendirikan malam-malam kita dan berpuasa di siang harinya, itu semua hanya kita peruntukkan bagi Rabb kita Yang Maha Besar, Rabbnya (Sang Pemilik dari) awan-awan mendung dan hujan”.

Musailamah menambahkan perkataannya dengan mengatakan: “Ketika aku melihat wajah-wajah mereka berubah menjadi lebih baik, badan-badan mereka menjadi tenang, dan tangan-tangan mereka tumbuh menjadi lebih baik. Aku berkata kepada mereka: ‘Kalian ini tidak pernah mendatangi (berzina dengan) wanita, juga tidak pernah meminum khamr (minuman keras). Karena kalian semua adalah orang-orang yang terselamatkan, kalian berpuasa pada satu hari, dan di hari lainnya (setelahnya) kalian berusaha dan bekerja. Maka maha suci Allah!, lihatlah bagaimana kalian menjalani hidup, dan lihatlah pula bagaimana usaha kalian dalam berjalan menuju (keridhaan) raja langit!. Jikalau saja amalan tersebut hanyalah sebesar biji sawi, maka sungguh pasti akan di datangi oleh Dzat Yang Maha Menyaksikan lagi Yang Maha Mengetahui apa yang ada di dalam dada, maka sungguh (dalam rangka menghindari hal tersebut) akan banyak manusia yang menghendaki kebinasaan’”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah pada artikel selanjutnya saya akan melanjutkan dengan pembahasan mengenai kesesatan ajaran Musailamah al-Kadzdzab.

Was-Salam.  

 

 

  

 

0 comments:

Post a Comment