Wednesday, November 17, 2021

KETIKA KHALID CEKCOK DENGAN KAUM ANSHAR.

 

Gambar oleh nicos_fotowelt dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menjelaskan mengenai pertemuan yang terjadi antara Khalid bin Walid (Radhiyallahu ‘Anhu) dan Waki’ juga seseorang yang bernama Sama’ah. Dimana Khalid menanyai keduanya mengenai alasan apa yang telah mendorong mereka untuk mengikuti ajakan dan ajaran Sajah sang Nabi palsu.

Kemudian setelah itu berangkatlah Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) bersama pasukannya untuk memburu pemimpin Bani Tamim lainnya yang memutuskan untuk murtad, pemimpin tersebut adalah Malik bin Nuwairah. Kisah mengenai hal ini telah dituliskan oleh masing-masing dari Ibnu Katsir, Ibnul Atsir, Ibnu Jarir, Ibnul Jauziy di dalam kitabnya al-Muntadzam fi Tarikhil Muluki wal-Umam, dan al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy di dalam kitabnya al-Badu wat-Tarikh (Rahimahumullah). Kisahnya sebagaimana berikut…

BACA JUGA:

KHALID DAN PASUKAN TIBA DI NEGERI BANITAMIM.

KHALID MEMBURU MALIK BIN NUWAIRAH.

Berkata Ibnu Katsir (Rahimahullah): “Maka (setelah mendengar kabar bahwa Malik menetap di daerah al-Buthah) Khalid pun segera berangkat bersama pasukannya menuju daerah tersebut demi memburu Malik. Akan tetapi ternyata tidak semua pasukannya ikut bersamanya, dimana kaum Anshar lebih memilih untuk tidak mengikuti Khalid menuju daerah al-Buthah. Mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami telah menunaikan perintah Abu Bakar ash-Shiddiq (yaitu memburu Thulaihah al-Asadiy dan pengikutnya dan tidak perlu lagi bagi kami untuk ikut bersamamu)’…”.

Ibnul Atsir dan Ibnu Jarir (Rahimahumallah) menyebutkan dalam kitab mereka berdua bahwa perkataan kaum Anshar adalah sebagaimana berikut: “Pergerakan menuju daerah al-Buthah ini bukanlah termasuk ke dalam tugas yang dilimpahkan oleh khalifah kepada kami!. Dan yang menjadi perintah beliau hanyalah jika kami telah menyelesaikan urusan kami dengan kaum tersebut (yakni Thulaihah dan pengikutnya), maka kami harus diam menunggu kedatangan perintah beliau selanjutnya!”.

Maka ketika Khalid mendengar perkataan kaum Anshar ini, beliau pun berkata (Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata bahwa Khalid menjawab argumen kaum Anshar ini dengan berkata): “Sesungguhnya pergerakan kita (menuju daerah al-Buthah ini) adalah sesuatu yang harus dilakukan, dan juga sebuah kesempatan yang harus kita raih. Dan memang benar perkataan kalian bahwa saya sendiri belum menerima surat perintah dari Abu Bakar untuk melakukan pergerakan ini, sementara sayalah pemimpin di sini dan kabar-kabar terbaru pun harus melewati meja saya. Saya sendiri pun tidak memaksa kalian untuk ikut bersamaku menuju daerah al-Buthah, tempat yang akan saya tuju”.

Adapun Ibnul Atsir juga Ibnu Jarir (Rahimahumallah), keduanya menuliskan bahwa jawaban Khalid adalah sebagaimana berikut: “Jika memang yang diperintahkan oleh beliau kepada kalian adalah sebagaimana yang kalian katakan (duduk dan menunggu), maka perintah beliau kepada diriku adalah agar aku senantiasa bergerak. Dan sayalah komandan di sini dan kabar-kabar terbaru pun harus melewati saya terlebih dahulu. Maka jikalau saja memang belum datang dari khalifah satu pun kabar maupun perintah, dan tiba-tiba saja saya melihat sebuah momen dan kesempatan, untuk kemudian saya memberitahu beliau mengenai kesempatan tersebut, maka kesempatan tersebut akan datang juga hilang dengan cepat. Maka oleh karena itulah saya memutuskan untuk tidak memberitahunya terlebih dahulu hingga saya berhasil mendapatkan momen dan kesempatan tersebut. Begitu juga jika suatu ketika kita ditimpa suatu musibah atau hal buruk, maka saya tidak akan membiarkan kita semua hanya duduk dan memilah-milah yang manakah keputusan terbaik kemudian kita baru melaksanakannya. Dan sekarang ini Malik bin Nuwairah telah berada dalam jangkauan kita, maka saya memutuskan untuk segera bergerak menuju orang tersebut bersama kaum Muhajirin juga para Tabi’in. Dan saya sama sekali tidak ingin memaksa kalian untuk ikut bersamaku (keputusan berada di tangan kalian)”.

Kemudian setelah mengatakan perkataannya tersebut kepada kaum Anshar, Khalid segera berangkat bersama pasukannya yang tersisa menuju daerah al-Buthah.

Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata mengenai keberangkatan Khalid ini: “Maka setelah itu, Khalid pun segera berangkat bersama pasukannya. Dan ketika mereka telah berjalan selama 2 hari, tiba-tiba datanglah seorang utusan dari pihak kaum Anshar, dimana utusan ini membawakan pesan dari mereka untuk Khalid. Mereka meminta kepadanya agar beliau bersedia untuk menunggu mereka karena mereka akan segera menyusulnya. Khalid setuju untuk menunggu kedatangan kaum Anshar. Dan di saat mereka tiba, Khalid segera melanjutkan perjalanan hingga sampailah beliau bersama pasukan di daerah al-Buthah…”.

Ibnul Atsir juga Ibnu Jarir (Rahimahumallah) menyebutkan dalam kitab mereka berdua, bahwa di saat Khalid berangkat bersama pasukannya yang tersisa menuju al-Buthah, kaum Anshar berunding diantara sesamanya, dimana mereka berkata: “Jika mereka (Khalid dan pasukannya) mendapatkan kebaikan, maka sungguh kebaikan tersebut benar-benar telah diharamkan dan dijauhkan dari kalian. Dan jika mereka ditimpa musibah, maka sungguh kalian pun akan dijauhi oleh manusia karenanya (karena telah membiarkan Khalid dan pasukan berangkat tanpa dukungan dari kaum Anshar)”.

Ibnu Jarir (Rahimahullah) menambahkan: “Maka mereka (kaum Anshar) pun sepakat untuk kembali bergabung bersama Khalid, dan mereka juga segera mengirim utusan kepada beliau. Khalid sendiri ketika mendengar bahwa kaum Anshar telah kembali bersedia untuk ikut bersamanya, beliau pun memberhentikan laju pasukan demi menunggu kedatangan mereka, hingga akhirnya kaum Anshar tiba dan kembali bergabung bersama saudara-saudara mereka. Setelah itu mereka segera berangkat menuju daerah al-Buthah. Akan tetapi sesampainya mereka di sana, mereka tidak mendapati seorangpun di daerah tersebut…”. Wallahu A’lam Bish-Shawab. 

Ada apa dengan daerah al-Buthah?.

Insya Allah kisahnya akan berlanjut ke artikel selanjutnya.

Was-Salam.  

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment