Gambar oleh yamabon dari Pixabay. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Alhamdulillah pada artikel yang lalu saya
telah menyelesaikan pembahasan mengenai suku Bani Tamim. Pembahasan mengenai penumpasan
gerakan kemurtadan di tengah suku tersebut. Dan sesuai dengan apa yang saya
janjikan pada artikel yang lalu, maka Insya Allah saya akan menuliskan pada
artikel kali ini dan artikel-artikel selanjutnya kisah mengenai Musailamah
al-Kadzdzab dan gerakan kemurtadannya di negeri Yamamah.
Saya telah memberikan beberapa gambaran
mengenai kesesatan Musailamah di artikel saya yang membahas mengenai Sajah binti
al-Harits. Dan tentu saja kesesatannya yang terbesar adalah pengakuannya bahwa
dirinya telah diangkat menjadi seorang Nabi setelah Nabi Muhammad (Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam). Pengakuan ini tentu saja adalah sebuah kesalahan,
karena Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sendiri pernah menjelaskan
sekaligus menegaskan bahwa dirinya adalah penutup para Nabi, dan setelah beliau
meninggal maka tidak akan ada lagi seorang Nabi yang diutus, dan jika ada
seseorang yang mengaku bahwa dirinya telah diangkat menjadi seorang Nabi
setelah beliau meninggal siapapun orang itu, maka orang tersebut adalah orang
sesat dan seorang Nabi palsu yang harus segera bertaubat kepada Allah (‘Azza
Wa Jalla). Jadi jelaslah dari sini, bahwa kesesatan terbesar Musailamah
adalah pengakuan palsunya bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus.
BACA JUGA:
“APAKAH KAMU TIDAK RELA UNTUK MENGANGGAP BELIAU SEBAGAI SAHABATMU JUGA?”.
KISAH AR-RIHAL BIN ‘UNFUWWAH, SANG TANGAN KANAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.
Musailamah sendiri memulai karir penipuannya di saat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) masih hidup di tengah-tengah para sahabat (Radhiyallahu ‘Anhum). Kisah mengenai hal ini telah dituliskan oleh Imam al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy (Rahimahullah) di dalam kitabnya al-Badu wat-Tarikh. Kisahnya sebagaimana berikut…
Al-Muthahhir al-Maqdisiy (Rahimahullah)
berkata: “Kisah Musailamah bin Habib al-Kadzdzab (sang pendusta dan penipu). Dia
dikenal dengan panggilan Abu Tsumamah. Dan dia juga terkenal sebagai seorang pesulap
dan ahli sihir sekaligus sebagai seorang penipu ulung. Dia mampu untuk
menyambungkan lagi sayap burung yang telah terputus dari badannya dan
membuatnya tersambung kembali dengan badannya tersebut. Dan dia juga mampu
memasukkan sebutir telur ke dalam mulut sebuah botol.
Orang ini mengaku bahwa dirinya telah
diangkat menjadi seorang Nabi semenjak Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam) masih berada di kota Makkah dan belum berhijrah. Dia diberi julukan
oleh pengikutnya dengan sebutan ‘Rahman al-Yamamah’ (Sang Pengasih dari negeri
Yamamah).
Dia juga sering mengutus pengikut-pengikutnya
menuju kota Makkah dengan tujuan mendengarkan lantunan bacaan al-Qur’an yang
mulia, untuk kemudian nantinya para utusan ini akan kembali pulang menuju
negeri Yamamah demi memperdengarkan wahyu yang mulia tersebut kepada dirinya
dan segenap penduduk Yamamah.
Dan di saat Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam) telah berhijrah ke kota Madinah (lebih tepatnya ketika beliau dan
para sahabat telah memasuki tahun ke-9 hijriyyah, tahun dimana banyak
utusan dari suku-suku arab yang berdatangan ke kota Madinah demi mengumumkan
ketundukan mereka kepada kaum muslimin), datanglah ke kota Madinah utusan dari
suku Bani Hanifah (sukunya Musailamah, dan menurut syaikh Shafiyyur Rahman
al-Mubarakfuriy (Rahimahullah), Musailamah ikut ke dalam rombongan
utusan tersebut menuju kota Madinah), dan ketika para utusan tersebut telah
bertatap muka dengan Nabi, ada diantara mereka yang menyampaikan kepada beliau
perkataan Musailamah (menurut syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuriy (Rahimahullah)
Musailamah tidak ikut bersama kaumnya ketika mereka menghadap Nabi (Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam)), perkataannya tersebut adalah: ‘Jikalau saja dia
Muhammad memberikan perkara (kenabian) tersebut kepada diriku sesudah dia
meninggal, maka niscaya aku akan mengikutinya’.
Ketika Nabi mendengar perkataannya
tersebut, beliau pun segera mendatangi tempat (persembunyian) Musailamah sembari
membawa sebatang kayu yang beliau ambil dari pohon kurma, hal ini sebagaimana
yang dikatakan oleh al-Waqidiy. Adapun Ibnu Ishaq, maka beliau mengatakan bahwa
yang dibawa oleh Nabi adalah sebuah batang kurma yang disalah satu ujungnya
terdapat dedaunan kecil.
Sesampainya beliau dihadapan Musailamah,
beliau berkata kepadanya: {“Jika engkau menerima ajakan Islam ini, maka niscaya
Allah akan Mengampunimu. Dan jika engkau menolaknya, maka niscaya Allah akan
benar-benar Menghancurkan tipu dayamu. Dan aku tidak melihatmu kecuali engkau
hanyalah sebagaimana yang telah diperlihatkan kepadaku (di dalam mimpi,
dimana sebelum kedatangan utusan Bani Hanifah ini, beliau bermimpi melihat di
kedua tangannya terdapat 2 gelang yang terbuat dari emas, dimana ketika beliau
meniup keduanya, keduanya langsung terlepas dari tangan beliau, dan beliau
menafsirkan kedua gelang tersebut sebagai 2 orang penipu yang mengaku bahwa
dirinya adalah seorang Nabi, 2 orang penipu tersebut adalah al-Aswad al-Ansi
dan Musailamah al-Kadzdzab). Dan jikalau engkau meminta batang kurma inipun,
aku tidak akan memberikannya kepadamu!”}.
Dan ketika para utusan Bani Hanifah tadi
telah bersiap-siap untuk kembali ke negeri mereka, Nabi (Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam) menemui mereka untuk terakhir kalinya sembari bertanya: {“Apakah
ada diantara kalian yang tidak hadir sekarang?”}. (yakni tidak sedang
bersama mereka pada saat itu?).
Mereka menjawab: ‘Iya, ada seorang lelaki
yang memutuskan untuk memeluk agama Nashrani dan kemudian dia meninggalkan kami’.
Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
bersabda: {“Sungguh orang itu bukanlah orang terburuk diantara kalian”}.
Beliau pun memberi wasiat agar mereka menyampaikan kepada orang tersebut apa
yang telah beliau sampaikan kepada mereka sebelumnnya (yakni ajaran-ajaran
Islam).
Maka ketika mereka telah meninggalkan kota Madinah, ternyata orang yang berpisah dari rombongan utusan Bani Hanifah tersebut (yang ternyata adalah Musailamah) mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi. Dimana dia berkata bahwa alasan yang mendorongnya untuk mengakui hal tersebut adalah perkataan Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) yang berbunyi: {“Sungguh orang itu bukanlah orang terburuk diantara kalian”}…(yakni yang dipahami oleh Musailamah dari perkataan Nabi ini adalah: orang yang berpisah dari kalian tersebut yang ternyata adalah Musailamah, bukanlah orang terburuk diantara Bani Hanifah lainnya)...”.
Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Insya Allah kisah mengenai Musailamah akan
berlanjut ke artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment