Friday, November 26, 2021

AWAL-MULA KEMUNCULAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB (BAG, 1).

 

Gambar oleh yamabon dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Alhamdulillah pada artikel yang lalu saya telah menyelesaikan pembahasan mengenai suku Bani Tamim. Pembahasan mengenai penumpasan gerakan kemurtadan di tengah suku tersebut. Dan sesuai dengan apa yang saya janjikan pada artikel yang lalu, maka Insya Allah saya akan menuliskan pada artikel kali ini dan artikel-artikel selanjutnya kisah mengenai Musailamah al-Kadzdzab dan gerakan kemurtadannya di negeri Yamamah.

Saya telah memberikan beberapa gambaran mengenai kesesatan Musailamah di artikel saya yang membahas mengenai Sajah binti al-Harits. Dan tentu saja kesesatannya yang terbesar adalah pengakuannya bahwa dirinya telah diangkat menjadi seorang Nabi setelah Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Pengakuan ini tentu saja adalah sebuah kesalahan, karena Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sendiri pernah menjelaskan sekaligus menegaskan bahwa dirinya adalah penutup para Nabi, dan setelah beliau meninggal maka tidak akan ada lagi seorang Nabi yang diutus, dan jika ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya telah diangkat menjadi seorang Nabi setelah beliau meninggal siapapun orang itu, maka orang tersebut adalah orang sesat dan seorang Nabi palsu yang harus segera bertaubat kepada Allah (‘Azza Wa Jalla). Jadi jelaslah dari sini, bahwa kesesatan terbesar Musailamah adalah pengakuan palsunya bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus.

BACA JUGA:

“APAKAH KAMU TIDAK RELA UNTUK MENGANGGAP BELIAU SEBAGAI SAHABATMU JUGA?”.

KISAH AR-RIHAL BIN ‘UNFUWWAH, SANG TANGAN KANAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

Musailamah sendiri memulai karir penipuannya di saat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) masih hidup di tengah-tengah para sahabat (Radhiyallahu ‘Anhum). Kisah mengenai hal ini telah dituliskan oleh Imam al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy (Rahimahullah) di dalam kitabnya al-Badu wat-Tarikh. Kisahnya sebagaimana berikut…

Al-Muthahhir al-Maqdisiy (Rahimahullah) berkata: “Kisah Musailamah bin Habib al-Kadzdzab (sang pendusta dan penipu). Dia dikenal dengan panggilan Abu Tsumamah. Dan dia juga terkenal sebagai seorang pesulap dan ahli sihir sekaligus sebagai seorang penipu ulung. Dia mampu untuk menyambungkan lagi sayap burung yang telah terputus dari badannya dan membuatnya tersambung kembali dengan badannya tersebut. Dan dia juga mampu memasukkan sebutir telur ke dalam mulut sebuah botol.

Orang ini mengaku bahwa dirinya telah diangkat menjadi seorang Nabi semenjak Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) masih berada di kota Makkah dan belum berhijrah. Dia diberi julukan oleh pengikutnya dengan sebutan ‘Rahman al-Yamamah’ (Sang Pengasih dari negeri Yamamah).

Dia juga sering mengutus pengikut-pengikutnya menuju kota Makkah dengan tujuan mendengarkan lantunan bacaan al-Qur’an yang mulia, untuk kemudian nantinya para utusan ini akan kembali pulang menuju negeri Yamamah demi memperdengarkan wahyu yang mulia tersebut kepada dirinya dan segenap penduduk Yamamah.

Dan di saat Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) telah berhijrah ke kota Madinah (lebih tepatnya ketika beliau dan para sahabat telah memasuki tahun ke-9 hijriyyah, tahun dimana banyak utusan dari suku-suku arab yang berdatangan ke kota Madinah demi mengumumkan ketundukan mereka kepada kaum muslimin), datanglah ke kota Madinah utusan dari suku Bani Hanifah (sukunya Musailamah, dan menurut syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuriy (Rahimahullah), Musailamah ikut ke dalam rombongan utusan tersebut menuju kota Madinah), dan ketika para utusan tersebut telah bertatap muka dengan Nabi, ada diantara mereka yang menyampaikan kepada beliau perkataan Musailamah (menurut syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuriy (Rahimahullah) Musailamah tidak ikut bersama kaumnya ketika mereka menghadap Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)), perkataannya tersebut adalah: ‘Jikalau saja dia Muhammad memberikan perkara (kenabian) tersebut kepada diriku sesudah dia meninggal, maka niscaya aku akan mengikutinya’.

Ketika Nabi mendengar perkataannya tersebut, beliau pun segera mendatangi tempat (persembunyian) Musailamah sembari membawa sebatang kayu yang beliau ambil dari pohon kurma, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh al-Waqidiy. Adapun Ibnu Ishaq, maka beliau mengatakan bahwa yang dibawa oleh Nabi adalah sebuah batang kurma yang disalah satu ujungnya terdapat dedaunan kecil.

Sesampainya beliau dihadapan Musailamah, beliau berkata kepadanya: {“Jika engkau menerima ajakan Islam ini, maka niscaya Allah akan Mengampunimu. Dan jika engkau menolaknya, maka niscaya Allah akan benar-benar Menghancurkan tipu dayamu. Dan aku tidak melihatmu kecuali engkau hanyalah sebagaimana yang telah diperlihatkan kepadaku (di dalam mimpi, dimana sebelum kedatangan utusan Bani Hanifah ini, beliau bermimpi melihat di kedua tangannya terdapat 2 gelang yang terbuat dari emas, dimana ketika beliau meniup keduanya, keduanya langsung terlepas dari tangan beliau, dan beliau menafsirkan kedua gelang tersebut sebagai 2 orang penipu yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi, 2 orang penipu tersebut adalah al-Aswad al-Ansi dan Musailamah al-Kadzdzab). Dan jikalau engkau meminta batang kurma inipun, aku tidak akan memberikannya kepadamu!”}.

Dan ketika para utusan Bani Hanifah tadi telah bersiap-siap untuk kembali ke negeri mereka, Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) menemui mereka untuk terakhir kalinya sembari bertanya: {“Apakah ada diantara kalian yang tidak hadir sekarang?”}. (yakni tidak sedang bersama mereka pada saat itu?).

Mereka menjawab: ‘Iya, ada seorang lelaki yang memutuskan untuk memeluk agama Nashrani dan kemudian dia meninggalkan kami’.

Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) bersabda: {“Sungguh orang itu bukanlah orang terburuk diantara kalian”}. Beliau pun memberi wasiat agar mereka menyampaikan kepada orang tersebut apa yang telah beliau sampaikan kepada mereka sebelumnnya (yakni ajaran-ajaran Islam).

Maka ketika mereka telah meninggalkan kota Madinah, ternyata orang yang berpisah dari rombongan utusan Bani Hanifah tersebut (yang ternyata adalah Musailamah) mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi. Dimana dia berkata bahwa alasan yang mendorongnya untuk mengakui hal tersebut adalah perkataan Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) yang berbunyi: {“Sungguh orang itu bukanlah orang terburuk diantara kalian”}…(yakni yang dipahami oleh Musailamah dari perkataan Nabi ini adalah: orang yang berpisah dari kalian tersebut yang ternyata adalah Musailamah, bukanlah orang terburuk diantara Bani Hanifah lainnya)...”. 

Wallahu A’lam Bish-Shawab.    

Insya Allah kisah mengenai Musailamah akan berlanjut ke artikel selanjutnya.

Was-Salam.      

 

 

 

0 comments:

Post a Comment