Gambar oleh ianproc64 dari Pixabay. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Sebelum masuk ke pembahasan yang saya
janjikan pada artikel lalu, saya ingin meralat sebuah informasi mengenai
julukan yang diperuntukkan bagi ‘Amr bin Tubba’.
Pada artikel yang saya isi mengenai
penjelasan tentang sosok ‘Amr, saya mengatakan bahwa julukan yang disematkan
padanya adalah al-Mautsaban, dimana asal katanya adalah al-Watsabu
yang saya katakan bahwa arti dari kata ini adalah kasur, dan ini adalah sebuah
kesalahan. Arti sebenarnya dari al-Watsabu adalah meloncat, menyerang,
bangkit, mencapai, dll. Dan bukannya kasur. Ini jika dilihat dari arti bahasa arab.
Adapun jika kita hanya melihat kata Mautsaban
saja dan tidak melihat asal katanya, maka menurut al-Mu’jam al-Wasith
kata ini sebenarnya dipakai oleh orang-orang Himyar untuk mengatakan bahwa: “seseorang
itu sangat senang berada diatas kasur, dan dia sama sekali tidak punya tekad
untuk bepergian”. Wallahu A’lam.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH TUBBA' BIN HASSAN.
SEJARAH YAMAN: DZU NUWAS MEMBUNUH LAKHNI’AH.
Sekarang saya akan masuk ke pembahasan, sebenarnya
tidak hal-hal istimewa yang terjadi di zaman pemerintahan Tubba’ bin Hassan
selain apa-apa yang telah saya sebutkan pada artikel sebelum ini. Akan tetapi
bagi para sejarawan muslim yang berpendapat bahwa Tubba’ bin Hassan ini adalah
orang yang menyerang Madinah, membawa 2 rahib yahudi ke Yaman, melapisi Ka’bah
dengan Kiswah, dan juga yang membawa agama yahudi ke Yaman, maka mereka juga
menambahkan cerita mengenai hal-hal diatas pada lembaran-lembaran sejarah
pemerintahan Tubba’ bin Hassan.
Dan jikalau pendapat mereka mengenai Tubba’
bin Hassan ini benar, maka saya juga tidak perlu untuk membahas ulang cerita mengenai
penyerangannya atas kota Madinah hingga peristiwa penghakiman 2 rahib Yahudi di
depan api, karena ini semua telah saya bahas pada artikel-artikel yang membahas
sosok Tubban As’ad Abu Karib. Oleh karena itu saya pada artikel ini hanya akan
membahas tentang seberapa lama masa pemerintahan Tubba’ bin Hassan, dan setelah
itu saya akan langsung pindah membahas perihal raja-raja yang memerintah
setelahnya hingga sampai ke cerita Dzu Nuwas bersama Lakhni’ah.
Berhubung kebanyakan sejarawan muslim
ketika menulis mengenai periode antara ‘Amr bin Tubba’ hingga pemerintahan Dzu
Nuwas mereka mengambil ceritanya dari buku Ibnu Ishaq, dan Ibnu Ishaq sendiri
tidak menulis perihal siapa saja yang memerintah pada periode tersebut, maka
saya hanya akan mengambil informasi ini dari buku al-Ma’arif karya
seorang ulama bernama Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy, dimana beliau ini
menyebutkan secara ringkas nama-nama raja yang memerintah pada periode
tersebut, dan seberapa lama mereka memegang tampuk kekuasaan.
Berkata Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy: “Tubba’
bin Hassan ini memerintah selama 78 tahun.
Kemudian naik tahta setelahnya seseorang
yang bernama Murtsid bin Abdi Kilal, orang ini mempunyai hubungan darah dengan
Tubba’ melalui jalur ibunya. Dia adalah seseorang yang cerdas, kuat dan
memiliki tekad baja. Setelah kepemimpinannya, tercerai berailah kekuasaan
orang-orang Himyar, dimana mereka tidak lagi mampu untuk memerintah Yaman dan
seluruh masyarakatnya. Masa pemerintahan Murtsid ini berlangsung selama 41
tahun.
Kemudian naik tahta setelah Murtsid anaknya
sendiri yang bernama Wali’ah bin Murtsid, ia adalah seseorang yang cerdas
sebagaimana ayahnya, dan mempunyai kemampuan untuk mengatur urusan-urusan
negara dengan sangat baik. Dia memerintah selama 37 tahun.
Kemudian naik tahta setelahnya seseorang
yang bernama Abrahah bin ash-Shabah, dia adalah seorang yang berilmu dan sangat
dermawan. Dia memerintah selama 73 tahun.
Kemudian naik tahta setelahnya anak dari ‘Amr
bin Tubba’ yang bernama Hassan, dia ini adalah orang yang didatangi oleh Khalid
bin Ja’far bin Kilab dari suku Amir sembari membawa sekumpulan orang dari
kaumnya untuk dijadikan budak oleh Hassan, akan tetapi dengan kemurahan hatinya
Hassan-pun membebaskan mereka semua, hal inilah yang menyebabkan Khalid
memuja-mujanya. Hassan bin ‘Amr ini berkuasa selama 57 tahun.
Kemudian naik tahta setelahnya seseorang
yang sama sekali bukan termasuk dari keluarga kerajaan, dia dijuluki dengan Dzu
Syanatir (adapun Ibnu Ishaq mengatakan bahwa nama orang ini adalah: Lakhni’ah Yanuf
Dzu Syanatir). Dia adalah orang yang sangat kasar dan kejam, dan dia sangat
haus darah. Telah dikatakan bahwa orang ini tidak bisa mendengar bahwa di suatu
tempat ada seorang pemuda dari keturunan para raja dan telah mencapai umur
baligh, kecuali ia akan memanggilnya ke istana untuk mempraktekkan perbuatan homoseksual
dengan pemuda tersebut.
Dan dikabarkan pula bahwa suatu hari ia
memanggil ke istana seorang pemuda yang termasuk dari keturunan para raja,
pemuda ini dijuluki: Dzu Nuwas.
Pemuda ini dijuluki dengan Dzu Nuwas
dikarenakan ia mempunyai rambut yang menjuntai hingga pundak, setelah pemuda
ini sampai di istana ia segera dibawa menuju kamar (terkutuk) tempat Lakhni’ah
memangsa para pemuda tidak berdosa.
Akan tetapi ternyata Dzu Nuwas bukanlah
pemuda yang bodoh, dimana sebelum keberangkatannya ia telah menyiapkan pisau
kecil yang ia sembunyikan di balik bajunya, maka ketika Lakhni’ah mendekatinya
Dzu Nuwas segera mengeluarkan pisau tersebut dan langsung menikam perut Lakhni’ah
sekaligus merobeknya, tidak lupa ia juga menyempurnakan pembunuhan tersebut
dengan memenggal kepala Lakhni’ah (agar tidak ada lagi kemungkinan walau 1%
dimana Lakhni’ah bisa kembali hidup dan melanjutkan perbuatan laknatnya kepada
pemuda-pemuda tidak berdosa yang masih tersisa). Lakhni’ah sendiri memerintah
selama 27 tahun”.
Insya Allah pada artikel selanjutnya saya
akan memaparkan cerita mengenai Lakhni’ah ini menurut versi Ibnu Ishaq. Wallahu
A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.