Pemandangan Bukit dan Pantai, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu
Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Kita kembali
sebentar ke saat-saat ketika saudara lelaki ‘Ufairah menyerukan seruan
perlawanan…
Berkata Ibnul
Atsir: “Maka ketika
saudara lelaki ‘Ufairah mendengar perkataannya, dan ia sendiri adalah seorang
pemimpin yang dihormati, ia mengatakan di depan kaumnya: “Wahai sekalian
orang-orang Judais!. Sungguh mereka semua itu (suku Thasim) tidak lebih mulia
dari kalian di atas tanah ini, yang menjadikan mereka lebih mulia dari kita
hanyalah kenyataan bahwa saudara merekalah yang menjadi raja bagi kita dan
mereka. Jikalau saja kita tidak lemah, maka ia sungguh tidak akan bisa menjadi
raja, dan jika kita melawan maka tahta tersebut akan menjadi milik kita!.
Maka taatilah diriku atas apa yang akan aku
perintahkan, karena sungguh perintahku ini akan memberikan kepada kalian
kemuliaan untuk selama-lamanya!”.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 3).
SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 5).
Ibnul Atsir melanjutkan: “Sebenarnya
orang-orang Judais-pun telah naik pitam ketika mendengar bait-bait sya’ir yang
dilantunkan oleh ‘Ufairah, juga ketika akhirnya mereka menyadari akan apa yang
dialami oleh saudari mereka itu di rumah raja.
Dan akhirnya ketika mereka mendengar seruan
al-Aswad pemimpin yang mereka cintai, mereka berkata: “Kami akan mentaatimu dan
mengikuti arahan-arahanmu!, akan tetapi apakah kamu tidak melihat?, orang-orang
Thasim itu lebih banyak jumlahnya dari kita!”.
Al-Aswad menjawab: “Tenang, aku mempunyai
sebuah siasat. Aku akan menyiapkan sebuah hidangan yang akan cukup untuk orang
banyak, setelah itu aku akan mengundang raja beserta seluruh keluarganya (suku
Thasim), maka ketika mereka datang dan bersiap untuk menyantap hidangan tersebut,
dan setelah mereka menanggalkan seluruh atribut-atribut kerajaan, di saat
itulah kita akan mengambil pedang dan membantai mereka semua!”.
Orang-orang Judais berkata: “Baiklah, mari
kita mulai bekerja!”.
Mendengar persetujuan kaumnya al-Aswad
segera menyiapkan hidangan besar-besaran, setelah semua hidangan tersebut
matang dan telah siap, ia memerintahkan agar hidangan tersebut ditaruh di
tengah alun-alun kota.
Kemudian ia bersama seluruh anggota sukunya
mengambil pedang mereka masing-masing dan menguburnya di samping meja-meja
tempat hidangan tersaji. Setelah semua siap, ia-pun mengundang sang raja
beserta seluruh jajaran pemerintahan dan juga seluruh keluarganya.
Mendengar undangan tersebut, tentu saja sang
raja senang mendengarnya dan ia bersedia untuk memenuhi undangan tersebut. Maka
datanglah ia beserta seluruh kemegahannya dan juga sebagian besar kaumnya,
ketika mereka semua telah menanggalkan atribut-atribut dan telah duduk di
kursi-kursi yang disediakan bersiap untuk menyantap hidangan. Di saat itulah
orang-orang Judais mengambil pedang mereka dan langsung menebas semua leher
yang ada di depannya, dengan didahului tebasan ke leher sang raja, maka
setelahnya adalah giliran para bawahan”.
Adapun Ibnu Jarir maka beliau berkata: “Maka
seorang dari suku Judais angkat suara (mengenai pelecehan-pelecahan yang
dilakukan sang raja kepada mereka), orang tersebut bernama al-Aswad bin ‘Affar.
Ia berkata kepada para pembesar kaumnya: “Kalian telah melihat semua pelecehan
yang kita terima selama ini, yang bahkan seekor anjing-pun jika ia diperlakukan
seperti itu maka ia akan menyerang balik dan menggigit orang yang mengganggunya.
Maka taatilah aku, karena aku mampu untuk memberikan kepada kalian kemuliaan
yang akan bertahan selama-lamanya, sekaligus menghapus segala kehinaan yang
selama ini kita berada di dalamnya!”.
Mereka berkata: “Apa maksudmu?, dan apa
yang perlu kita lakukan?”.
Al-Aswad menjawab: “Pertama-tama aku akan
menyiapkan sebuah hidangan yang kuperuntukkan bagi raja dan segenap kaumnya. Maka
jika mereka datang kita akan segera menyerbu dan membantai mereka sekaligus,
dan aku sendiri yang akan membunuh raja”.
Mereka-pun sepakat untuk menjalankan siasat
tersebut, al-Aswad sendiri segera menyiapkan hidangan besar-besaran, dan tidak
lupa ia memerintahkan kaumnya untuk membawa pedang mereka dan menguburnya di
samping meja yang nanti akan dipakai untuk menghidangkan makanan bagi raja dan
kaumnya.
Ia berkata kepada mereka: “Jika mereka
datang, maka tunggulah saat ketika mereka telah menanggalkan seluruh atribut
kerajaan, di saat itulah kalian harus mengambil seluruh pedang yang mereka bawa
dan segera kepung mereka sebelum mereka duduk di kursi masing-masing, dan
bunuhlah terlebih dahulu para pembesar dan tetua-tetua suku, karena jika kalian
telah membunuh mereka maka para bawahan tidak akan bisa melakukan apa-apa!”.
Tidak lama kemudian datanglah rombongan
raja (beserta seluruh kesombongan dan kemegahan mereka), dan ketika mereka
semua telah menanggalkan seluruh atribut yang mereka pakai dan hendak duduk di
kursi masing-masing, orang-orang Judais segera mengambil pedang-pedang mereka
dan langsung membantai raja beserta tetua-tetua Thasim, setelah itu mereka
mengepung seluruh anggota suku Thasim yang tersisa dan segera membantai mereka
semua hingga habis”.
Setelah kejadian tersebut, tibalah giliran
Hassan bin Tubba’ untuk menjalankan perannya dalam cerita ini.
Insya Allah cerita mengenai Hassan akan
berlanjut di artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment