Thursday, June 24, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 4).

 

Pemandangan Bukit dan Pantai, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Kita kembali sebentar ke saat-saat ketika saudara lelaki ‘Ufairah menyerukan seruan perlawanan…

Berkata Ibnul Atsir: “Maka ketika saudara lelaki ‘Ufairah mendengar perkataannya, dan ia sendiri adalah seorang pemimpin yang dihormati, ia mengatakan di depan kaumnya: “Wahai sekalian orang-orang Judais!. Sungguh mereka semua itu (suku Thasim) tidak lebih mulia dari kalian di atas tanah ini, yang menjadikan mereka lebih mulia dari kita hanyalah kenyataan bahwa saudara merekalah yang menjadi raja bagi kita dan mereka. Jikalau saja kita tidak lemah, maka ia sungguh tidak akan bisa menjadi raja, dan jika kita melawan maka tahta tersebut akan menjadi milik kita!.

Maka taatilah diriku atas apa yang akan aku perintahkan, karena sungguh perintahku ini akan memberikan kepada kalian kemuliaan untuk selama-lamanya!”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 3).

SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 5).

Ibnul Atsir melanjutkan: “Sebenarnya orang-orang Judais-pun telah naik pitam ketika mendengar bait-bait sya’ir yang dilantunkan oleh ‘Ufairah, juga ketika akhirnya mereka menyadari akan apa yang dialami oleh saudari mereka itu di rumah raja.

Dan akhirnya ketika mereka mendengar seruan al-Aswad pemimpin yang mereka cintai, mereka berkata: “Kami akan mentaatimu dan mengikuti arahan-arahanmu!, akan tetapi apakah kamu tidak melihat?, orang-orang Thasim itu lebih banyak jumlahnya dari kita!”.

Al-Aswad menjawab: “Tenang, aku mempunyai sebuah siasat. Aku akan menyiapkan sebuah hidangan yang akan cukup untuk orang banyak, setelah itu aku akan mengundang raja beserta seluruh keluarganya (suku Thasim), maka ketika mereka datang dan bersiap untuk menyantap hidangan tersebut, dan setelah mereka menanggalkan seluruh atribut-atribut kerajaan, di saat itulah kita akan mengambil pedang dan membantai mereka semua!”.

Orang-orang Judais berkata: “Baiklah, mari kita mulai bekerja!”.

Mendengar persetujuan kaumnya al-Aswad segera menyiapkan hidangan besar-besaran, setelah semua hidangan tersebut matang dan telah siap, ia memerintahkan agar hidangan tersebut ditaruh di tengah alun-alun kota.

Kemudian ia bersama seluruh anggota sukunya mengambil pedang mereka masing-masing dan menguburnya di samping meja-meja tempat hidangan tersaji. Setelah semua siap, ia-pun mengundang sang raja beserta seluruh jajaran pemerintahan dan juga seluruh keluarganya.

Mendengar undangan tersebut, tentu saja sang raja senang mendengarnya dan ia bersedia untuk memenuhi undangan tersebut. Maka datanglah ia beserta seluruh kemegahannya dan juga sebagian besar kaumnya, ketika mereka semua telah menanggalkan atribut-atribut dan telah duduk di kursi-kursi yang disediakan bersiap untuk menyantap hidangan. Di saat itulah orang-orang Judais mengambil pedang mereka dan langsung menebas semua leher yang ada di depannya, dengan didahului tebasan ke leher sang raja, maka setelahnya adalah giliran para bawahan”.

Adapun Ibnu Jarir maka beliau berkata: “Maka seorang dari suku Judais angkat suara (mengenai pelecehan-pelecahan yang dilakukan sang raja kepada mereka), orang tersebut bernama al-Aswad bin ‘Affar. Ia berkata kepada para pembesar kaumnya: “Kalian telah melihat semua pelecehan yang kita terima selama ini, yang bahkan seekor anjing-pun jika ia diperlakukan seperti itu maka ia akan menyerang balik dan menggigit orang yang mengganggunya. Maka taatilah aku, karena aku mampu untuk memberikan kepada kalian kemuliaan yang akan bertahan selama-lamanya, sekaligus menghapus segala kehinaan yang selama ini kita berada di dalamnya!”.

Mereka berkata: “Apa maksudmu?, dan apa yang perlu kita lakukan?”.

Al-Aswad menjawab: “Pertama-tama aku akan menyiapkan sebuah hidangan yang kuperuntukkan bagi raja dan segenap kaumnya. Maka jika mereka datang kita akan segera menyerbu dan membantai mereka sekaligus, dan aku sendiri yang akan membunuh raja”.

Mereka-pun sepakat untuk menjalankan siasat tersebut, al-Aswad sendiri segera menyiapkan hidangan besar-besaran, dan tidak lupa ia memerintahkan kaumnya untuk membawa pedang mereka dan menguburnya di samping meja yang nanti akan dipakai untuk menghidangkan makanan bagi raja dan kaumnya.

Ia berkata kepada mereka: “Jika mereka datang, maka tunggulah saat ketika mereka telah menanggalkan seluruh atribut kerajaan, di saat itulah kalian harus mengambil seluruh pedang yang mereka bawa dan segera kepung mereka sebelum mereka duduk di kursi masing-masing, dan bunuhlah terlebih dahulu para pembesar dan tetua-tetua suku, karena jika kalian telah membunuh mereka maka para bawahan tidak akan bisa melakukan apa-apa!”.

Tidak lama kemudian datanglah rombongan raja (beserta seluruh kesombongan dan kemegahan mereka), dan ketika mereka semua telah menanggalkan seluruh atribut yang mereka pakai dan hendak duduk di kursi masing-masing, orang-orang Judais segera mengambil pedang-pedang mereka dan langsung membantai raja beserta tetua-tetua Thasim, setelah itu mereka mengepung seluruh anggota suku Thasim yang tersisa dan segera membantai mereka semua hingga habis”.

Setelah kejadian tersebut, tibalah giliran Hassan bin Tubba’ untuk menjalankan perannya dalam cerita ini.

Insya Allah cerita mengenai Hassan akan berlanjut di artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

0 comments:

Post a Comment