Wednesday, June 16, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 4).

 

Pemandangan Pantai di Sore Hari, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Sebelum melanjutkan kisah mengenai apa saja yang dilakukan oleh Tubba’ di Makkah, perlu kita sebutkan apa yang terjadi antara Tubba’ dengan kedua rahib dalam riwayat yang berbeda dari yang telah di kemukakan kemarin.

Berkata as-Suhailiy dalam kitabnya ar-Raudhul Unuf: “Telah di sebutkan bahwa Tubba’ bertekad untuk membumi hanguskan kota Madinah dan membantai semua orang Yahudi yang bermukim di dalamnya, maka pada suatu hari ia di datangi oleh seseorang dari kalangan rahib Yahudi, orang tersebut berumur 250 tahun, rahib tersebut berkata: “Seorang raja itu seharusnya bersikap mulia dengan tidak membiarkan kemarahan menguasai dirinya, dan seharusnya urusan-urusannya lebih membuatnya sibuk dari hanya sekedar membuat kami susah dengan mimpi-mimpi dan tekad-tekadnya, hingga membuatnya tidak berbuat baik kepada kami. Sungguh negeri ini akan menjadi tempat berlindung dan tempat hijrah bagi seorang Nabi yang diutus dengan agama Ibrahim”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 3).

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 5).

As-Suhailiy melanjutkan: “Si Yahudi ini adalah salah satu dari kedua rahib yang telah disebutkan oleh Ibnu Ishaq, nama kedua rahib tersebut adalah: Suhait dan Munabbih, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Qasim bin Tsabit di dalam buku ad-Dalail”.

Adapun Imam ath-Thabariy menyebutkan dalam bukunya bahwa nama kedua rahib tersebut adalah: Ka’ab dan Asad dari suku Bani Quraidzah.

As-Suhailiy kembali melanjutkan: “Dan di dalam riwayat Yunus dari Ibnu Ishaq, ia berkata: ‘Dan nama rahib yang mengajak bicara sang raja adalah: Bilyamin. Dan disebutkan pula bahwa seorang wanita yang bernama: Fukaihah dari suku Bani Zuraiq, ia pergi ke sumur Rumah dan membawa air dari sumur tersebut untuk diberikan kepada Tubba’ setelah kedua rahib berdialog dengannya, dan setelah Tubba’ memutuskan untuk berhenti memerangi penduduk Madinah. Si wanita tadi masuk ke tenda Tubba’ dan memberikan air kepadanya, dan demi membalas kebaikan si wanita, Tubba’ memerintahkan agar si wanita diberi hadiah harta hingga ia menjadi wanita terkaya di Madinah. Maka benar saja saking banyaknya hadiah yang diberikan oleh Tubba’ kepada wanita tersebut, si wanita dan keluarganya-pun menjadi keluarga terkaya di kalangan penduduk Madinah hingga datangnya Islam.

Dan setelah Tubba’ beriman dan percaya dengan kenabian Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), dan setelah ia dikabari bahwa beliau akan diutus di akhir zaman, Tubba’ melantunkan bait sya’ir berikut:

Aku bersaksi bahwa Ahmad adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah…

Jikalau saja aku hidup di zamannya, aku akan menjadi pembantu dan penolongnya

Aku akan berjuang melawan musuh-musuhnya dan akan menghiburnya dari segala kesedihan…”.

As-Suhailiy kembali melanjutkan; “Dan Ibnu Abid Dunya telah menyebutkan di dalam kitab al-Kubur, begitu pula Abu Ishaq az-Zajjaj di dalam kitab al-Maghazi bahwa sebuah kubur telah tergali di daerah Shan’a, dan didapati mayat 2 wanita di dalamnya dan bersama mereka berdua ada sebuah papan yang terbuat dari perak dan di ukir dengan huruf-huruf yang terbuat dari emas, terukir diatasnya kata-kata: “Ini adalah kubur Lamis dan Hubba dua putri Tubba’, keduanya meninggal dalam keadaan bersaksi bahwa ‘Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, dan tidak ada sekutu baginya’, dan diatas kedua kesaksian tersebut pula orang-orang shalih sebelum mereka berdua meninggal”.

As-Suhailiy mengatakan pula: “Dan dikatakan pula bahwa Tubba’ yang pertama yakni ar-Raisy adalah juga seorang yang beriman dengan Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), ia telah melantunkan sebuah syair mengenai diutusnya Nabi Muhammad, ia berkata:

Dan akan datang setelah mereka seorang lelaki yang mulia…

Seorang Nabi yang tidak akan melantunkan siulan dan nyanyian di tanah haram”.

Akan tetapi berbeda dengan as-Suhailiy, Ibnu Katsir menyebutkan di dalam kitabnya bahwa syair diatas adalah milik Saba’, nenek moyang dari ar-Raisy maupun Tubban As’ad Abu Karib, beliau berkata ketika menceritakan kisah Saba’: “Dan di sebutkan bahwa ia (Saba’) adalah seorang muslim, ia mempunyai sebuah sya’ir yang mengkhabarkan akan diutusnya Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), syairnya sebagai berikut:

Akan menguasai kerajaan yang sangat besar setelah kami   seorang Nabi yang tidak akan melantunkan nyaniyan di tanah haram

Dan akan menguasai setelahnya raja-raja   yang akan memerintah manusia tanpa ada aib

Dan akan menguasai setelah mereka golongan kita   kekuasaan itu akan terpecah di tangan kita

Dan akan menguasai setelah Qahthan seorang Nabi   yang bertakwa ia adalah sebaik-baik manusia

Dia dinamai Ahmad jikalau saja aku   lahir setelah ia diutus dengan jarak satu tahun

Aku akan mendukungnya semampuku   dengan setiap pasukan dan setiap pemanah

Ketika ia muncul maka jadilah kalian penolongnya   dan siapa yang bertemu dengannya maka sampaikan salamku kepadanya”.

Ibnu Katsir menyebutkan pula penyebab dari banyaknya raja Yaman yang muslim, beliau berkata: “Berkata Muhammad bin Ishaq dari Wahb bin Munabbih bahwa Allah telah mengutus kepada mereka (penduduk Yaman) 13 orang Nabi”. Dan as-Siddiy percaya bahwa Allah telah mengutus sebanyak 12,000 Nabi kepada penduduk Yaman, Wallahu A’lam”.

Cerita mengenai kisah Tubba’ dengan penduduk Makkah Insya Allah akan saya ceritakan di artikel yang akan datang, Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment