Pemandangan Pantai di Sore Hari, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Sebelum melanjutkan kisah mengenai apa saja
yang dilakukan oleh Tubba’ di Makkah, perlu kita sebutkan apa yang terjadi
antara Tubba’ dengan kedua rahib dalam riwayat yang berbeda dari yang telah di
kemukakan kemarin.
Berkata as-Suhailiy dalam kitabnya
ar-Raudhul Unuf: “Telah di sebutkan bahwa Tubba’ bertekad untuk membumi
hanguskan kota Madinah dan membantai semua orang Yahudi yang bermukim di
dalamnya, maka pada suatu hari ia di datangi oleh seseorang dari kalangan rahib
Yahudi, orang tersebut berumur 250 tahun, rahib tersebut berkata: “Seorang raja
itu seharusnya bersikap mulia dengan tidak membiarkan kemarahan menguasai
dirinya, dan seharusnya urusan-urusannya lebih membuatnya sibuk dari hanya
sekedar membuat kami susah dengan mimpi-mimpi dan tekad-tekadnya, hingga
membuatnya tidak berbuat baik kepada kami. Sungguh negeri ini akan menjadi
tempat berlindung dan tempat hijrah bagi seorang Nabi yang diutus dengan agama
Ibrahim”.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 3).
SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 5).
As-Suhailiy melanjutkan: “Si Yahudi ini
adalah salah satu dari kedua rahib yang telah disebutkan oleh Ibnu Ishaq, nama
kedua rahib tersebut adalah: Suhait dan Munabbih, sebagaimana yang telah
disebutkan oleh Qasim bin Tsabit di dalam buku ad-Dalail”.
Adapun Imam ath-Thabariy menyebutkan dalam
bukunya bahwa nama kedua rahib tersebut adalah: Ka’ab dan Asad dari suku Bani
Quraidzah.
As-Suhailiy kembali melanjutkan: “Dan di
dalam riwayat Yunus dari Ibnu Ishaq, ia berkata: ‘Dan nama rahib yang mengajak
bicara sang raja adalah: Bilyamin. Dan disebutkan pula bahwa seorang wanita
yang bernama: Fukaihah dari suku Bani Zuraiq, ia pergi ke sumur Rumah dan
membawa air dari sumur tersebut untuk diberikan kepada Tubba’ setelah kedua
rahib berdialog dengannya, dan setelah Tubba’ memutuskan untuk berhenti
memerangi penduduk Madinah. Si wanita tadi masuk ke tenda Tubba’ dan memberikan
air kepadanya, dan demi membalas kebaikan si wanita, Tubba’ memerintahkan agar
si wanita diberi hadiah harta hingga ia menjadi wanita terkaya di Madinah. Maka
benar saja saking banyaknya hadiah yang diberikan oleh Tubba’ kepada wanita
tersebut, si wanita dan keluarganya-pun menjadi keluarga terkaya di kalangan
penduduk Madinah hingga datangnya Islam.
Dan setelah Tubba’ beriman dan percaya
dengan kenabian Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), dan
setelah ia dikabari bahwa beliau akan diutus di akhir zaman, Tubba’ melantunkan
bait sya’ir berikut:
“Aku bersaksi bahwa Ahmad adalah seorang
Nabi yang diutus oleh Allah…
Jikalau saja aku hidup di zamannya, aku
akan menjadi pembantu dan penolongnya
Aku akan berjuang melawan musuh-musuhnya
dan akan menghiburnya dari segala kesedihan…”.
As-Suhailiy kembali melanjutkan; “Dan Ibnu
Abid Dunya telah menyebutkan di dalam kitab al-Kubur, begitu pula Abu Ishaq
az-Zajjaj di dalam kitab al-Maghazi bahwa sebuah kubur telah tergali di daerah
Shan’a, dan didapati mayat 2 wanita di dalamnya dan bersama mereka berdua ada
sebuah papan yang terbuat dari perak dan di ukir dengan huruf-huruf yang
terbuat dari emas, terukir diatasnya kata-kata: “Ini adalah kubur Lamis dan Hubba
dua putri Tubba’, keduanya meninggal dalam keadaan bersaksi bahwa ‘Tidak ada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, dan tidak ada sekutu baginya’,
dan diatas kedua kesaksian tersebut pula orang-orang shalih sebelum mereka berdua
meninggal”.
As-Suhailiy mengatakan pula: “Dan dikatakan
pula bahwa Tubba’ yang pertama yakni ar-Raisy adalah juga seorang yang beriman dengan
Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), ia telah melantunkan sebuah syair mengenai
diutusnya Nabi Muhammad, ia berkata:
“Dan akan datang setelah mereka seorang
lelaki yang mulia…
Seorang Nabi yang tidak akan melantunkan
siulan dan nyanyian di tanah haram”.
Akan tetapi berbeda dengan as-Suhailiy,
Ibnu Katsir menyebutkan di dalam kitabnya bahwa syair diatas adalah milik Saba’,
nenek moyang dari ar-Raisy maupun Tubban As’ad Abu Karib, beliau berkata ketika
menceritakan kisah Saba’: “Dan di sebutkan bahwa ia (Saba’) adalah seorang
muslim, ia mempunyai sebuah sya’ir yang mengkhabarkan akan diutusnya Nabi (Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam), syairnya sebagai berikut:
“Akan menguasai kerajaan yang sangat
besar setelah kami seorang Nabi yang
tidak akan melantunkan nyaniyan di tanah haram
Dan akan menguasai setelahnya raja-raja yang akan memerintah manusia tanpa ada aib
Dan akan menguasai setelah mereka golongan
kita kekuasaan itu akan terpecah di
tangan kita
Dan akan menguasai setelah Qahthan seorang
Nabi yang bertakwa ia adalah
sebaik-baik manusia
Dia dinamai Ahmad jikalau saja aku lahir setelah ia diutus dengan jarak satu
tahun
Aku akan mendukungnya semampuku dengan setiap pasukan dan setiap pemanah
Ketika ia muncul maka jadilah kalian
penolongnya dan siapa yang bertemu
dengannya maka sampaikan salamku kepadanya”.
Ibnu Katsir menyebutkan pula penyebab dari
banyaknya raja Yaman yang muslim, beliau berkata: “Berkata Muhammad bin Ishaq
dari Wahb bin Munabbih bahwa Allah telah mengutus kepada mereka (penduduk Yaman)
13 orang Nabi”. Dan as-Siddiy percaya bahwa Allah telah mengutus sebanyak
12,000 Nabi kepada penduduk Yaman, Wallahu A’lam”.
Cerita mengenai kisah Tubba’ dengan
penduduk Makkah Insya Allah akan saya ceritakan di artikel yang akan datang, Wallahu
A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment