Saturday, June 19, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 7).

 

Pemandangan Pantai di Sore Hari, Gambar diambil dari Pixabay.com

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Setelah Tubba’ melakukan apa yang perlu ia lakukan di Makkah, ia-pun keluar darinya bersama 2 rahib menuju kampung halamannya Yaman. Ketika mereka sampai di sana, mereka di haling-halangi oleh orang-orang Himyar, sebabnya adalah di karenakan orang-orang tersebut tidak mau membiarkan Tubba’ beserta pasukannya untuk memasuki Yaman sementara mereka semua telah berganti agama dan meninggalkan agama nenek moyang.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 6).

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 8).

Ibnu Ishaq berkata perihal peristiwa tersebut: “Telah berkata kepadaku Abu Malik bin Tsa’labah bin Abi Malik al-Quradziy, ia berkata: ‘Aku mendengar Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidillah bercerita bahwasanya ketika Tubba’ bersama rombongannya semakin mendekati Yaman, muncullah orang-orang Himyar di hadapannya demi menghalangi ia dan rombongannya dari masuk ke Yaman.

Mereka berkata kepadanya: “Jangan sekali-kali engkau menginjakkan kakimu di atas tanah Yaman sementara kami mengetahuinya, karena (pada hakekatnya kamu telah mengkhianati kami) kamu telah keluar dari agama kami!”.

Mendengar hal tersebut Tubba’-pun mengajak mereka untuk masuk ke agama barunya seraya mengatakan: “Sungguh agama baruku ini lebih baik dari agama kalian!”.

Orang-orang Himyar menjawab ajakan dan seruan Tubba’ dengan sebuah tantangan, mereka berkata: “Baiklah, jikalau memang agamamu lebih baik dari agama kami, maka mari kita membuktikannya memakai api!”.

Tubba’ menjawab: “Baiklah, aku setuju”.

Berkata Ibrahim bin Muhammad perihal api tersebut: “Dahulu di negeri Yaman ada sebuah api yang dimana penduduk Yaman percaya bahwa api tersebut mampu untuk menghakimi atau menengahi secara bijaksana permasalahan-permasalahan yang terjadi diantara mereka, api tersebut melakukan pekerjaannya dengan cara melahap orang yang bersalah (bersama barang-barang yang ia bawa ke pengadilan) dan membiarkan orang yang tidak bersalah (tidak melahapnya bersama barang-barangnya)”.

Ibrahim bin Muhammad kembali melanjutkan kisahnya: “Maka orang-orang Himyar-pun mendatangi api tersebut sambil membawa patung-patung dan berhala mereka juga seluruh benda yang mereka pergunakan untuk beribadah kepada Syaithan, sementara kedua rahib mendatangi api tersebut sambil membawa kitab suci mereka berdua, mereka berdua menggantungkan kitab suci tersebut di leher.

Mereka semua duduk di tempat keluarnya api, dan ketika api tersebut keluar dan mendekat sedikit demi sedikit menuju rombongan Himyar dan kedua rahib, mereka semua-pun sontak berdiri dan menjauh dari tempat keluarnya api, ketika melihat apa yang mereka lakukan para penonton menyoraki mereka dan menyemangati mereka untuk bersabar barang sebentar hingga si api menyelesaikan urusannya.

Mendengar seruan tersebut, rombongan kembali menguatkan tekad dan keberanian dan kembali duduk di tempat semula, hingga akhirnya api tersebut menyelimuti mereka semua.

Ketika api menyelimuti semua anggota rombongan tersebut, ia melahap semua sesembahan yang dibawa oleh orang-orang Himyar beserta empu barang-barang tersebut. Dan apa yang terjadi setelahnya sangat membuat takjub orang-orang Himyar, karena kedua rahib Yahudi tadi keluar dari tempat penghakiman tersebut bersama kitab suci mereka berdua secara utuh tanpa ada yang kurang sedikitpun, yang terjadi pada mereka berdua hanyalah adanya keringat yang membasahi kening mereka berdua disebabkan panas api tadi.

Maka di mulai dari detik itulah orang-orang Himyar mengakui bahwa agama Yahudi memang-lah lebih baik dari agama nenek moyang mereka, dan juga mereka bersedia memeluk agama baru ini di bawah bimbingan kedua rahib. Dan dari detik ini pula di mulailah sejarah Yahudi di Yaman.

Ibnu Ishaq berkata: “Aku telah diceritakan pula oleh seseorang (di kesempatan yang lain), bahwa pada asalnya tugas kedua rahib Yahudi bersama orang-orang Himyar adalah menunggu si api keluar dan ketika ia keluar maka mereka harus menggiring api tersebut agar kembali ke tempatnya semula.

Orang-orang Himyar (yang menjadi penonton) berkata: “Siapa saja yang berhasil mendesak api tersebut hingga membuatnya kembali ke tempatnya semula, maka orang tersebutlah yang membawa kebenaran!”.

Maka orang-orang Himyar yang menjadi utusan-pun mendatangi api tersebut sembari mengacung-acungkan sesembahan mereka, mereka mendesak api yang sedang berkobar-kobar tersebut demi mengembalikannya ke tempatnya semula, akan tetapi ternyata si api malah menyerang balik orang-orang Himyar tersebut dan hendak melahap mereka, sontak mereka semua-pun lari menjauhi tempat penghakiman.

Maka dengan larinya orang-orang Himyar, kedua rahib maju sambil melantunkan ayat-ayat Taurat, sontak ketika kedua rahib sampai di tempat penghakiman si api seakan-akan berpaling dari keduanya, melihat hal ini kedua rahib semakin bersemangat membacakan ayat-ayat tersebut hingga mereka berdua berhasil mengembalikan si api ke tempat asalnya.

Maka setelah penghakiman selesai, orang-orang Himyar sepakat untuk memeluk agama kedua rahib tersebut (dan menerima kembali Tubba’ sebagai raja mereka). Allah lebih mengetahui kisah mana yang sebenarnya terjadi”.

Insya Allah di artikel selanjutnya saya akan membahas penyempurnaan masuknya agama Yahudi ke Yaman. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

 

0 comments:

Post a Comment