Pemandangan Pantai di Sore Hari, Gambar diambil dari Pixabay.com |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Setelah Tubba’ melakukan apa yang perlu ia
lakukan di Makkah, ia-pun keluar darinya bersama 2 rahib menuju kampung
halamannya Yaman. Ketika mereka sampai di sana, mereka di haling-halangi oleh
orang-orang Himyar, sebabnya adalah di karenakan orang-orang tersebut tidak mau
membiarkan Tubba’ beserta pasukannya untuk memasuki Yaman sementara mereka
semua telah berganti agama dan meninggalkan agama nenek moyang.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 6).
SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 8).
Ibnu Ishaq berkata perihal peristiwa
tersebut: “Telah berkata kepadaku Abu Malik bin Tsa’labah bin Abi Malik
al-Quradziy, ia berkata: ‘Aku mendengar Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin
Ubaidillah bercerita bahwasanya ketika Tubba’ bersama rombongannya semakin
mendekati Yaman, muncullah orang-orang Himyar di hadapannya demi menghalangi ia
dan rombongannya dari masuk ke Yaman.
Mereka berkata kepadanya: “Jangan
sekali-kali engkau menginjakkan kakimu di atas tanah Yaman sementara kami
mengetahuinya, karena (pada hakekatnya kamu telah mengkhianati kami) kamu telah
keluar dari agama kami!”.
Mendengar hal tersebut Tubba’-pun mengajak
mereka untuk masuk ke agama barunya seraya mengatakan: “Sungguh agama baruku
ini lebih baik dari agama kalian!”.
Orang-orang Himyar menjawab ajakan dan
seruan Tubba’ dengan sebuah tantangan, mereka berkata: “Baiklah, jikalau memang
agamamu lebih baik dari agama kami, maka mari kita membuktikannya memakai api!”.
Tubba’ menjawab: “Baiklah, aku setuju”.
Berkata Ibrahim bin Muhammad perihal api
tersebut: “Dahulu di negeri Yaman ada sebuah api yang dimana penduduk Yaman
percaya bahwa api tersebut mampu untuk menghakimi atau menengahi secara
bijaksana permasalahan-permasalahan yang terjadi diantara mereka, api tersebut
melakukan pekerjaannya dengan cara melahap orang yang bersalah (bersama
barang-barang yang ia bawa ke pengadilan) dan membiarkan orang yang tidak
bersalah (tidak melahapnya bersama barang-barangnya)”.
Ibrahim bin Muhammad kembali melanjutkan
kisahnya: “Maka orang-orang Himyar-pun mendatangi api tersebut sambil membawa
patung-patung dan berhala mereka juga seluruh benda yang mereka pergunakan
untuk beribadah kepada Syaithan, sementara kedua rahib mendatangi api tersebut
sambil membawa kitab suci mereka berdua, mereka berdua menggantungkan kitab
suci tersebut di leher.
Mereka semua duduk di tempat keluarnya api,
dan ketika api tersebut keluar dan mendekat sedikit demi sedikit menuju
rombongan Himyar dan kedua rahib, mereka semua-pun sontak berdiri dan menjauh
dari tempat keluarnya api, ketika melihat apa yang mereka lakukan para penonton
menyoraki mereka dan menyemangati mereka untuk bersabar barang sebentar hingga
si api menyelesaikan urusannya.
Mendengar seruan tersebut, rombongan
kembali menguatkan tekad dan keberanian dan kembali duduk di tempat semula,
hingga akhirnya api tersebut menyelimuti mereka semua.
Ketika api menyelimuti semua anggota rombongan
tersebut, ia melahap semua sesembahan yang dibawa oleh orang-orang Himyar
beserta empu barang-barang tersebut. Dan apa yang terjadi setelahnya sangat
membuat takjub orang-orang Himyar, karena kedua rahib Yahudi tadi keluar dari
tempat penghakiman tersebut bersama kitab suci mereka berdua secara utuh tanpa
ada yang kurang sedikitpun, yang terjadi pada mereka berdua hanyalah adanya
keringat yang membasahi kening mereka berdua disebabkan panas api tadi.
Maka di mulai dari detik itulah orang-orang
Himyar mengakui bahwa agama Yahudi memang-lah lebih baik dari agama nenek
moyang mereka, dan juga mereka bersedia memeluk agama baru ini di bawah
bimbingan kedua rahib. Dan dari detik ini pula di mulailah sejarah Yahudi di
Yaman.
Ibnu Ishaq berkata: “Aku telah diceritakan
pula oleh seseorang (di kesempatan yang lain), bahwa pada asalnya tugas kedua
rahib Yahudi bersama orang-orang Himyar adalah menunggu si api keluar dan
ketika ia keluar maka mereka harus menggiring api tersebut agar kembali ke
tempatnya semula.
Orang-orang Himyar (yang menjadi penonton)
berkata: “Siapa saja yang berhasil mendesak api tersebut hingga membuatnya
kembali ke tempatnya semula, maka orang tersebutlah yang membawa kebenaran!”.
Maka orang-orang Himyar yang menjadi
utusan-pun mendatangi api tersebut sembari mengacung-acungkan sesembahan mereka,
mereka mendesak api yang sedang berkobar-kobar tersebut demi mengembalikannya
ke tempatnya semula, akan tetapi ternyata si api malah menyerang balik
orang-orang Himyar tersebut dan hendak melahap mereka, sontak mereka semua-pun
lari menjauhi tempat penghakiman.
Maka dengan larinya orang-orang Himyar,
kedua rahib maju sambil melantunkan ayat-ayat Taurat, sontak ketika kedua rahib
sampai di tempat penghakiman si api seakan-akan berpaling dari keduanya,
melihat hal ini kedua rahib semakin bersemangat membacakan ayat-ayat tersebut
hingga mereka berdua berhasil mengembalikan si api ke tempat asalnya.
Maka setelah penghakiman selesai,
orang-orang Himyar sepakat untuk memeluk agama kedua rahib tersebut (dan menerima
kembali Tubba’ sebagai raja mereka). Allah lebih mengetahui kisah mana yang
sebenarnya terjadi”.
Insya Allah di artikel selanjutnya saya
akan membahas penyempurnaan masuknya agama Yahudi ke Yaman. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment