Friday, June 11, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH RABI'AH BERSAMA DUA DUKUN (BAG, 2).

 

Pemandangan Hutan di Malam Hari, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada suatu malam Rabi’ah melihat sebuah mimpi yang sangat menakutkan dalam tidurnya, bayang-bayang mimpi tersebut senantiasa menaunginya sepanjang malam hingga memaksanya untuk memanggil dan mengumpulkan semua dukun, penyihir, dan ahli nujum sebagaimana kebiasaan raja-raja musyrik terdahulu.

Lihatlah apa yang mampu di lakukan sebuah mimpi pada seorang raja yang memiliki kekuasaan yang sangat besar, bahkan mimpi ini mampu untuk membuat seorang raja sekalipun hengkang dari negerinya dan lebih memilih untuk hidup di bawah naungan raja Persia. Hal ini tentunya mengingatkan kita sebagai muslim kepada baris terakhir dari sebuah ayat di surat al-Muddatstsir, yakni ayat ke-31.

Pada saat para dukun, penyihir, dan ahli nujum telah berkumpul, Rabi’ah berkata kepada mereka: “Aku telah bermimpi melihat hal yang sangat menakutkan. Oleh karena itu jelaskan padaku arti dari mimpi tersebut!”. Merekapun menimpali permintaan sang raja dengan mengatakan: “Coba paduka ceritakan perihal mimpi tersebut kepada kami, niscaya akan kami jelaskan artinya kepada paduka”. Rabi’ah menimpali balik permintaan mereka dengan mengatakan: “Jika aku menceritakan mimpiku ini kepada kalian, niscaya aku tidak akan puas dengan ta’wilnya (tafsir dan penjelasannya). Aku menginginkan ta’wil dari seseorang yang mampu menceritakan mimpiku ini kepadaku padahal aku belum menceritakan perihal mimpiku kepadanya”. Seorang dari mereka berkata: “Jika itu yang anda inginkan, maka panggillah Sathih dan Syiqq kemari, karena tidak ada orang yang lebih ahli dalam masalah ini dari mereka berdua, dan keduanya pasti mampu untuk memberikan apa yang anda inginkan”.

BACA JUGA: SEJARAH YAMAN: KISAH RABI'AH BERSAMA DUA DUKUN (BAG, 1).

BACA JUGA: SEJARAH YAMAN: KISAH RABI'AH BERSAMA DUA DUKUN (BAG, 3).

Mendengar saran tersebut Rabi’ah pun mengutus seseorang untuk menemui Sathih dan Syiqq di kediaman mereka berdua dan sekaligus mengundang mereka ke istana. Tidak lama kemudian akhirnya Sathih datang lebih cepat dari Syiqq, ketika melihatnya Rabi’ah langsung mengatakan kepadanya: “Sungguh aku telah melihat mimpi yang sangat menakutkan malam ini, maka tebaklah mimpiku tersebut, sebab jika tebakanmu tepat maka tepat pula penjelasanmu nantinya”. Sathih berkata: “Baiklah, engkau telah bermimpi melihat benda hitam yang keluar dari tempat yang gelap, benda tersebut jatuh di sebuah dataran dan semua makhluk hidup memakannya”.

Rabi’ah berkata: “Tebakanmu tepat wahai Sathih, sekarang jelaskan arti dari mimpi tersebut kepadaku!”.

(perlu di ingat bahwa kisah ini terjadi sebelum Nabi kita tecinta Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) di utus, oleh karena itu sumpah-sumpah Sathih dan Syiqq yang memakai nama-nama selain nama Allah sah-sah saja bagi mereka, adapun kita yang hidup di zaman ketika da’wah Islam telah menyebar ke seluruh penjuru dunia maka haram bagi kita untuk bersumpah dengan selain nama Allah. Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) bersabda pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim, beliau bersabda: {“Barang siapa yang ingin bersumpah, maka hendaknya dia bersumpah dengan nama Allah atau hendaknya dia diam”}. Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan oleh imam Muslim, Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) bersabda: {“Janganlah kalian bersumpah dengan Thagut (sesembahan selain Allah, seperti Patung, Berhala, Matahari, Waktu, Bulan, dll), dan nama-nama nenek moyang kalian”}).

Lanjut ke kisah, Sathih berkata: “Aku bersumpah dengan malam dan siang, bahwa orang-orang Habasyi (Etiopia) pasti akan datang ke negeri kalian ini dan mereka pasti akan menguasai daerah antara Abyan hingga Juras”.

Rabi’ah berkata: “Demi ayahmu wahai Sathih, sungguh kabar ini sangat menyakitkan bagi kita semua. Kapan hal itu akan terjadi?, apakah di zamanku atau zaman setelahku?”.

Sathih berkata: “Hal itu akan terjadi di zaman setelahmu. Tepatnya 60-70 tahun yang akan datang”.

Rabi’ah berkata: “Apakah daerah-daerah tersebut terus menerus dalam genggaman mereka?”.

Sathih menjawab: “Tidak, daerah-daerah tersebut berada dalam genggaman mereka hanya dalam kurun waktu 70 tahun lebih. Karena setelah itu mereka akan di usir dan di perangi hingga mereka keluar dari daerah-daerah tersebut dengan lari terbirit-birit”.

Rabi’ah berkata: “Siapa gerangan orang yang akan mengusir mereka?”.

Sathih menjawab: “Orang tersebut bernama Iram bin Dzi Yazan. Ia berangkat dari arah Aden dan tidak akan menyisakan seorangpun dari mereka di Yaman”.

Rabi’ah berkata: “Apakah daerah tersebut akan berada dalam kekuasaannya selama-lamanya atau tidak?”.

Sathih menjawab: “Tidak selama-lamanya”.

Rabi’ah berkata: “Siapa yang akan menghentikannya?”.

Sathih menjawab: “Seorang Nabi suci yang mendapat wahyu dari Dzat Yang Mahatinggi”.

Rabi’ah berkata: “Dari mana asal Nabi tersebut?”.

Sathih menjawab: “Ia berasal dari keturunan Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr. Kekuasaan akan berada dalam genggaman pengikutnya hingga akhir zaman”.

Rabi’ah berkata: “Apakah zaman mempunyai akhir?”.

Sathih menjawab: “Ya, pada hari manusia generasi pertama hingga generasi terakhir dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat. Pada hari itu, orang-orang yang berbuat baik mendapatkan kebahagiaan, dan orang-orang yang berbuat kejahatan akan mendapatkan penderitaan”.

Rabi’ah berkata: “Apakah yang engkau katakan ini benar?”.

Sathih menjawab: “Ya. Demi sinar merah saat Matahari terbenam, demi malam yang gelap gulita, dan demi shubuh jika telah menyingsing, sungguh apa yang aku katakan kepadamu adalah benar”.

Tidak lama setelah itu Syiqq pun datang…

Cerita akan berlanjut Insya Allah di artikel yang akan datang. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment