Sunday, June 27, 2021

SEJARAH YAMAN: HUKUMAN BAGI AMR YANG TELAH MEMBUNUH SAUDARANYA HASSAN.

Gambar oleh Lukas31 dari Pixabay.

 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Berkata Ibnu Ishaq: “Ketika ‘Amr sampai di Yaman bersama pasukannya, seketika ia tertimpa penyakit insomnia, dimana ia sama sekali tidak bisa tidur walau sekejap. Khawatir akan hal ini, ia-pun memanggil seluruh tabib, dukun-dukun terhandal, sekaligus para paranormal demi mencari solusi akan permasalahan pelik yang dihadapinya kali ini.

Ketika mereka ditanyai akan penyebab sekaligus solusi terbaik dari penyakit tersebut, salah seorang dari kumpulan tabib dan dukun tersebut angkat suara, ia berkata: “Sungguh demi Allah, tidak ada seorang-pun diatas muka bumi ini yang membunuh saudara atau keluarga dekatnya secara khianat sebagaimana yang telah engkau lakukan kepada saudaramu, melainkan ia akan tertimpa dengan suatu penyakit yang membuatnya susah tidur dan tidak akan bisa tidur walau sekejap!”.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH HASSAN BIN TUBBAN AS’AD (BAG, 6).

SEJARAH YAMAN: RAJA-RAJA YAMAN SETELAH AMR BIN TUBBA'.

Ibnu Qutaibah ad-Dainuriy mengatakan: “Dan setelah ‘Amr bin Tubba’ naik tahta, ia segera tertimpa suatu penyakit yang membuatnya tidak bisa tidur walau sekejap. Maka pada pagi harinya ia menceritakan perihal penyakit tersebut kepada orang-orang yang ada disekelilingnya (para pejabat kerajaan), mendengar keluhan raja tersebut seseorang dari mereka angkat suara dan mengatakan: “Sungguh solusi paling mujarab dari penyakit tersebut adalah: engkau harus membunuh semua orang yang terlibat ataupun ikut andil dalam pembunuhan saudaramu!”.

Ibnu Ishaq melanjutkan: “Setelah mendengar perkataan orang tersebut, ‘Amr segera mencari dan membunuhi semua orang yang dahulu di tanah Bahrain menyuruhnya dan mengomporinya agar ia membunuh saudaranya Hassan walaupun orang tersebut adalah orang yang terhormat di kalangan rakyat Yaman. Hingga sampailah ia ke hadapan Dzu Ru’ain, seketika Dzu Ru’ain berkata kepadanya: “Sungguh waktu itu di Bahrain aku telah berlepas diri dari pembunuhan saudaramu Hassan!”. ‘Amr bertanya: “Mana buktinya?”, Dzu Ru’ain menjawab: “Selembar kertas yang waktu itu kuberikan padamu”. ‘Amr-pun segera ingat bahwa memang Dzu Ru’ain pada waktu itu memberikan kepadanya selembar kertas, dan ketika ia memerintahkan agar kertas tersebut dibawa kepadanya (agar ia bisa melihat apa gerangan tulisan yang ada didalamnya sehingga bisa membuat Dzu Ru’ain terbebas dari pembantaian), ia mendapati pada kertas tersebut 2 bait sya’ir yang menandakan berlepas dirinya Dzu Ru’ain dari pembunuhan Hassan (2 bait sya’ir tersebut telah saya sebutkan pada artikel yang lalu), setelah membaca kedua bait sya’ir tadi ia memerintahkan agar Dzu Ru’ain dibiarkan pergi karena ia dahulu di Bahrain telah menasehatinya agar tidak membunuh Hassan akan tetapi dia sendiri yang tidak mendengarkan nasehat tersebut. Tidak lama kemudian ‘Amr-pun wafat yang kemudian dengan wafatnya dia orang-orang Himyar menjadi terpecah belah”.

Adapun Ibnu Qutaibah berkata perihal pembantaian yang dilakukan oleh ‘Amr: “Mendengar saran dari salah seorang pejabatnya, ‘Amr segera mengumumkan bahwa diharuskan bagi semua rakyat untuk berkumpul di istana besok karena raja ingin mengatakan sesuatu kepada mereka. Keesokan harinya orang-orang pun segera berkumpul di pelataran istana, dan ‘Amr memerintahkan para pengawalnya untuk berjaga-jaga di sekeliling istana agar tidak ada yang kabur selama acara.

Melihat orang-orang telah berkumpul ‘Amr segera duduk di singgasana dan memerintahkan agar masing-masing dibawa masuk secara berkelompok yang maksimal jumlahnya 5 – 10 orang perkelompok. Ketika mereka masuk, ia-pun mengadili mereka dan setelahnya membantai mereka semua, hingga para dedengkot yang dahulu menyuruhnya untuk membunuh saudaranya Hassan telah habis dan tiba giliran masyarakat umum, ia mendapati diantara mereka ada Dzu Ru’ain, dan ketika mereka berdua telah berhadap-hadapan Dzu Ru’ain langsung mengingatkannya akan nasehat dan wanti-wanti yang ia diberikan kepada ‘Amr, agar ia berhati-hati dan jangan membunuh Hassan. Tidak cukup sampai di situ ia Dzu Ru’ain juga menambahkan 2 bait sya’ir sebagai isyarat bahwa ia telah berlepas diri sejak lama dari pembunuhan Hassan (2 bait tersebut senada dengan 2 bait yang telah saya sebutkan di artikel yang lalu).

Mendengar alibi-alibi yang diberikan oleh Dzu Ru’ain, ‘Amr memerintahkan agar ia dibebaskan dan dibiarkan pulang secara aman ke rumahnya, bahkan ‘Amr juga sampai memuliakan Dzu Ru’ain sekaligus menjadikannya orang yang spesial di sisinya.

Setelah pembantaian yang ia lakukan, tentu saja kekuatan rakyat Yaman berkurang secara drastis karena banyaknya para pejuang yang dibantai, dan dampaknya yang lain adalah keadaan di Yaman semakin kacau dari hari ke hari, hingga memaksa ‘Amr untuk tidak menjalankan ekspedisi-ekspedisi yang dahulu gemar dilakukan oleh saudara, ayah dan moyangnya. Karena kurangnya penaklukan di zamannya ia-pun dijuluki sebagai: Mautsaban, dimana asal kata dari kalimat tersebut adalah: al-Watsabu yang artinya adalah: Kasur, jadi seakan-akan mereka ingin menjuluki ‘Amr sebagai raja pemalas yang lebih senang tidur-tiduran diatas kasur daripada menjalankan ekspedisi menaklukkan negeri dan bangsa-bangsa asing”.

Beliau melanjutkan dengan menyebutkan perihal peristiwa apa saja yang terjadi di zaman pemerintahan ‘Amr, diantaranya adalah pernikahan antara seorang lelaki bernama ‘Amr bin Hujr al-Kindiy dengan keponakan perempuan ‘Amr yakni anak perempuannya Hassan bin Tubba’. Insya Allah cerita mengenai pernikahan ini akan saya sampaikan di artikel selanjutnya.

Juga beliau menyebutkan bahwa kepindahan ‘Amr bin Amir dan hengkangnya ia dari negeri Yaman juga terjadi di zaman ‘Amr bin Tubba’ tokoh kita ini, perlu di ketahui bahwa penyebab dari hengkangnya ‘Amr bin Amir dari negeri Yaman adalah jebolnya bendungan Ma’rib.

Beliau menyebutkan pula bahwa sosok ‘Amr bin Amir inilah yang nantinya akan melahirkan kedua suku Madinah Aus dan Khazraj, yakni orang inilah yang menjadi moyang mereka juga moyang suku Khuza’ah, dan dengan menyebutkan fakta ini maka otomatis orang yang memerangi Madinah, membawa 2 rahib yahudi ke Yaman, melapisi Ka’bah dengan kain Kiswah juga yang membawa masuk agama Yahudi ke Yaman bukanlah sosok Tubba’ yang di sebutkan oleh Ibnu Ishaq sebagai: Tubban As’ad Abu Karib.

Lalu siapa sosok Tubba’ yang sebenarnya melakukan semua hal diatas jika bukan Tubban As’ad?.

Dan kenapa banyak sekali perbedaan pendapat di dalam sejarah bangsa arab?.

Insya Allah pertanyaan-pertanyaan tersebut akan saya jawab di artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was -Salam.   

 

 

 

0 comments:

Post a Comment