Bismillah…
Apa kabar teman-teman semua ?, semoga
semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa
di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga
akhir hayat.
Pada pekan ini Insya Allah saya akan
membahas tentang fitnah yang sangat besar yang telah menyerang tubuh ummat
Islam secara bertubi-tubi setelah wafatnya sang Nabi (Shallallahu Alaihi Wa
Sallam) tercinta. Fitnah itu adalah fitnah murtadnya orang-orang Arab, apa
yang menyebabkan mereka semua murtad?, terbagi menjadi berapa macamkah mereka?,
dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar dan seluruh sahabat untuk meredam bahaya
ini?, untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas mari kita
simak bersama-sama kisah berikut…
Gambar oleh 12019 dari Pixabay. |
1). GAMBARAN FENOMENA KEMURTADAN.
Muhammad Ibnu Ishaq berkata: “Orang-orang
Arab kembali murtad ketika Rasulullah wafat kecuali penduduk dua masjid, yakni:
Makkah dan Madinah (dan juga penduduk Thaif). Adapun kabilah Asad dan Ghathafan
telah murtad di bawah komando Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi (ia adalah
seorang dukun), dan murtad pula suku Kindah dan sekutunya di bawah komando
al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Kemudian (kemurtadan mereka) diikuti oleh suku
Mudzhij dan sekutunya di bawah komando al-Aswad bin Ka’ab al-Ansi (orang ini
adalah seorang dukun). Demikian pula dengan suku Rabi’ah di bawah komando
al-Ma’rur bin an-Nukman bin al-Mundzir. Adapun Bani Hanifah mereka murtad pula
(sebagaimana yang telah kita ketahui) di bawah komando Musailamah bin al-Habib
al-Kadzdzab. Kemudian murtad pula Bani Sulaim di bawah komando seseorang yang
di kenal sebagai al-Fuja’ah dan nama aslinya adalah: Iyas bin Abdullah bin Abdi
Yaa lail. Adapun Bani Tamim mereka murtad di bawah komando Sajah seorang wanita
penyihir”.
Mayoritas anggota suku-suku tersebut telah
mengetahui bahwa orang yang mereka ikuti adalah pembohong besar dan bahwa
seruan mereka adalah seruan kesesatan, akan tetapi kenapa mereka tetap
mengikuti orang-orang dan dukun-dukun sesat tersebut?, alasan utamanya adalah:
iri dengki mereka kepada suku Quraisy dimana seorang Nabi akhir zaman muncul
dari kalangan quraisy, dan mereka ingin agar ada seorang Nabi pula yang muncul
dari kalangan mereka sendiri, maka oleh karena itulah mereka semua mengikuti
seruan-seruan kesesatan dari para pembual dan dukun tersebut. Dan di sinilah
kita bisa melihat bahayanya fanatisme kesukuan, begitu juga dengan segala
bentuk fanatisme-fanatisme yang lain, dan Islam sendiri datang untuk memerangi
segala bentuk fanatisme dengan tujuan untuk menyatukan ummat manusia dalam satu
kesatuan yang kuat, yang hanya tunduk kepada Rabb seluruh alam yakni Allah (Subhanahu
wa Ta’ala).
Orang-orang murtad itu sendiri terbagi
menjadi dua golongan:
· Golongan pertama adalah: kelompok yang
enggan untuk membayar zakat.
· Golongan kedua adalah: kelompok yang
benar-benar keluar dari agama Islam.
Bagaimana sikap Abu Bakar terhadap
orang-orang yang enggan untuk membayar zakat?, dan keputusan apa yang
diambilnya untuk menghadapi mereka?...
2). SIKAP ABU BAKAR TERHADAP ORANG-ORANG
YANG ENGGAN UNTUK MEMBAYAR ZAKAT.
Muhammad Ibnu Ishaq berkata: “Ketika
Rasulullah wafat maka orang-orang Arab kembali murtad, Yahudi dan Nasrani
menampakkan taringnya, sementara kemunafikan mulai tersebar, kaum muslimin
ibarat domba yang kocar-kacir di guyur hujan lebat pada malam yang pekat dan
dingin, hingga Abu Bakar berhasil menyatukan mereka kembali”.
Seiring dengan itu, utusan orang-orang Arab
berdatangan ke Madinah. Mereka mengakui kewajiban shalat namun mengingkari
kewajiban zakat, dan ada pula yang enggan membayarkannya kepada Abu Bakar (sang
pengganti Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)), mereka berdalih
dengan ayat: {Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka},
(At-Taubah: 103).
Mereka berkata: “Kami tidak akan
membayarkan zakat kami kecuali kepada orang yang do’anya bisa menentramkan hati
kami”, bahkan sampai ada yang menyenandungkan sya’ir:
Kami akan selalu patuh selama Rasulullah
ada diantara kami
Alangkah aneh kenapa kami harus patuh
kepada Abu Bakar.
Al-Qasim bin Muhammad berkata: “Bani Asad,
Ghathafan dan Thayyi Bersatu di bawah komando Thulaihah al-Asadi, dan mereka
mengirim utusan mereka ke Madinah, para utusan tersebut akhirnya sampailah di
Madinah dan mereka berhenti di tengah kerumunan manusia. Mereka di terima
banyak orang kecuali al-Abbas, kemudian mereka dibawa ke hadapan Abu Bakar dan
menyatakan pendapat mereka untuk tetap melaksanakan shalat tetapi menolak untuk
membayar zakat, namun Allah mengilhamkan kebenaran kepada Abu Bakar, beliau
berkata: “Andai saja mereka menahan zakat mereka dariku pasti aku akan perangi
mereka”.
BACA JUGA:
KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 7}. PEMBERANGKATAN EKSPEDISI PASUKAN USAMAH.
KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 9}. PENUMPASAN ORANG-ORANG MURTAD DI SEKITAR MADINAH.
Pendapat Abu Bakar sejak awal memang sudah
sangat jelas, yakni: wajibnya memerangi orang-orang yang menolak untuk membayar
zakat. Karena menurut beliau orang-orang yang menolak untuk membayar kewajiban
zakatnya sudah setara dan dihukumi sebagai orang yang murtad keluar dari agama
Islam, dan orang yang murtad wajib untuk di perangi.
Akan tetapi sebagian sahabat ada yang
mengusulkan kepada beliau agar membiarkan orang yang tidak mau membayar zakat
sambil berusaha melunakkan hati mereka hingga iman dalam dada mereka kembali
menguat dan akhirnya kembali bersedia untuk membayar zakat. Namun beliau tidak
menerima usulan tersebut dan tetap bersikeras menumpas mereka.
Para perawi hadits selain Imam Ibnu Majah
meriwayatkan dalam kitab-kitab mereka dari Abu Hurairah (Radhiyallahu ‘Anhu)
bahwa Umar bin al-Khaththab (Radhiyallahu ‘Anhu) berkata kepada Abu
Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu): “Mengapa engkau bersikeras untuk memerangi
mereka?, sementara Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) telah
bersabda: {“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengucapkan “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan
Rasulullah”, jika mereka mengucapkannya maka harta dan darah mereka terjaga
dariku untuk ditumpahkan dan dirampas kecuali dengan hak dan balasannya di sisi
Allah”}”, maka Abu Bakar menjawab: “Demi Allah andai saja mereka enggan
untuk menyerahkan anak unta yang dahulu mereka serahkan kepada Rasulullah,
pasti akan aku perangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah
hak harta, dan demi Allah aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara
shalat dan zakat!”. (yang menyibukkan pikiran beliau adalah kekhawatiran bahwa
orang-orang yang sudah berani menyepelekan salah satu rukun Islam, maka
kedepannya pasti mereka akan menyepelekan rukun-rukun yang lain hingga akhirnya
mereka murtad dari agama Islam).
Maka Umar berkata: “Akhirnya aku menyadari
bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku
yakin bahwa itulah yang benar. Aku berkata, Allah berfirman: {“Jika
mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”}”, (At-Taubah: 5).
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwasanya
agama Islam dibangun diatas lima perkara: Syahadatain, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa di bulan Ramadhan.
(inilah rukun Islam yang lima).
Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa
Shalih bin Kaisan berkata: “Ketika kemurtadan terjadi maka Abu Bakar berpidato
di hadapan manusia, setelah memuji Allah beliau berkata: “Cukuplah segala puji
milik Allah yang telah memberikan nikmatNya dan mencukupkannya. Sesungguhnya
Allah telah mengutus Muhammad dalam kondisi ilmu tercerai-berai, Islam dalam
keadaan asing dan dimusuhi, tali agama tempat berpegang telah lapuk dan
perjanjian dengan Allah telah dilupakan, akhirnya manusia-pun tersesat. Adapun
Ahli kitab, maka Allah telah membenci mereka, Allah tidak melimpahkan untuk
mereka kebaikan yang ada pada mereka, dan tidak pula memalingkan mereka dari
kejelekan yang ada pada mereka. Disebabkan mereka telah merubah-rubah kitab
suci yang Allah turunkan kepada mereka dan menyisipkan ke dalamnya
perkara-perkara yang tidak termasuk kedalam isi al-Kitab.
Adapun bangsa Arab mereka tidak menyembah
Allah dan tidak pernah pula berdo’a kepadaNya, merekalah bangsa yang paling
sulit kehidupannya, paling sesat agamanya, senantiasa terombang-ambing tidak
punya pendirian, hingga Allah menyatukan mereka dengan datangnya Muhammad (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam), dan Allah merubah keadaan mereka dan menjadikan mereka
sebagai ummat yang terbaik, Allah memenangkan mereka, dan mengangkat mereka
diatas seluruh bangsa. Akhirnya Allah mewafatkan NabiNya (Shallallahu Alaihi
Wa Sallam). Maka setelah itu setan menyiapkan kendaraannya untuk menggiring
mereka kedalam jurang kebinasaan (dengan mengajak manusia untuk murtad dan
menolak membayar zakat), Allah berfirman: {“Muhammad itu tidak lain
hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad).
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur”}, (Ali Imran: 144).
Sesungguhnya orang-orang Arab di sekitar
kalian menolak menyerahkan zakat kambing dan unta mereka, selama ini mereka
tidak pernah sepelit hari ini, dan selama ini pula kalian tidak pernah memegang
agama sekuat hari ini. Sebagaimana yang telah kalian rasakan dari keberkahan
Nabi kalian, beliau telah menyerahkan urusan kalian kepada Maula (Allah) yang
Maha Mencukupi, Yang mendapati diri beliau sebelumnya tersesat kemudian Dia
memberi beliau petunjuk, mendapati beliau dalam keadaan miskin lalu Dia
mencukupi beliau, Allah berfirman: {“Dan kamu telah berada di tepi
jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya”}, (Ali
Imran: 103).
Demi Allah akan kuperangi mereka
sebagaimana Allah telah memerintahkannya hingga Dia memenuhi janjiNya dan
menyempurnakan bagi kita perjanjianNya. Hingga ada diantara kita yang terbunuh
dan akan dimasukkan ke dalam Surga, dan akan tersisa diantara kita orang-orang
yang akan menjadi generasi penerus perjuangan sekaligus sebagai khalifah diatas
muka bumi. Sesungguhnya ketentuan Allah adalah haq (benar adanya), dan janjiNya
tidak akan Dia ingkari. Allah berfirman: {“Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi”}”,
(An-Nur: 55). Kemudian beliau turun dari mimbar.
Al-Hasan, Qatadah dan selainnya berkata
dalam menafsirkan ayat: {“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa
diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka-pun mencintaiNya”},
(Al-Maidah: 54). Mereka berkata: “Maksud dari ayat ini yaitu Abu Bakar dan para
sahabat ketika mereka berperang menumpas orang-orang yang murtad dan yang
enggan membayar zakat”.
Al-Qasim bin Muhammad berkata setelah
menceritakan kedatangan Bani Asad, Ghathafan dan Thayyi diatas, ia berkata:
“Kemudian Abu Bakar menyuruh mereka untuk pulang ke kabilah masing-masing,
mereka-pun pulang sambil membawa berita yang akan mereka sampaikan ke kabilah
mereka masing-masing, berita tersebut adalah: bahwa penduduk kota Madinah jumlahnya
sedikit (disebabkan keberangkatan pasukan Usamah) sambil berusaha meyakinkan
mereka bahwa kota Madinah gampang direbut dan dikuasai.
Maka (dengan kehati-hatian, kewaspadaan
yang tinggi, dan juga pandangan kedepan
terhadap gelagat mengkhawatirkan dari utusan ketiga suku tersebut) Abu
Bakar segera mendirikan pos-pos keamanan di setiap perbatasan kota Madinah dan
menerapkan situasi siaga satu dari ancaman serangan musuh yang datang dari luar
Madinah, dan mewajibkan seluruh penduduk Madinah untuk menghadiri shalat
jama’ah di masjid sembari berkata: “Sesungguhnya sekarang bumi ini dipenuhi
orang kafir dan mereka melihat bahwa jumlah kalian sedikit, maka pastinya
mereka akan menyerbu kalian di siang maupun malam hari, musuh yang paling dekat
dengan kalian sekarang ini hanya sejauh satu barid (satu barid adalah 4
farsakh, dan satu farsakh adalah 3 mil. Maka bisa dikatakan bahwa satu barid
adalah: 22,176 km). Mereka ingin agar kita membiarkan mereka dan menerima
persyaratan mereka (untuk tidak membayar zakat). Namun secara tegas keinginan
mereka kita tolak. Oleh karena itu bersiap-siaplah dan tetap bersiaga”.
Tak berapa lama kemudian (tepatnya setelah
tiga hari) mereka datang menyerbu kota Madinah, sementara setengah dari pasukan
mereka ditinggalkan di Dzi Husan bersiap-siap membantu mereka. Para penjaga
keamanan yang ditugaskan oleh Abu Bakar melaporkan hal tersebut kepadanya. Maka
beliau segera memerintahkan agar para penjaga tetap siaga di pos masing-masing,
kemudian beliau keluar membawa seluruh jama’ah masjid untuk menyerbu musuh,
maka seketika mereka lari kocar-kacir, sementara kaum muslimin berlari
mengejar mereka dengan unta-unta yang mereka tunggangi, ketika mereka sampai di
Dzi Husan pasukan yang disiapkan sebagai bala bantuan tadi balas menyerang,
namun jumlah kaum muslimin terlampau banyak dan akhirnya mereka berhasil
memenangkan pertempuran.
Inilah sedikit gambaran tentang perjuangan
Abu Bakar bersama para sahabat dalam meredam salah satu cabang fitnah, dan
bagaimanakah kisah mereka bersama orang-orang murtad?...
Insya Allah kisah tersebut akan saya bahas
pada pekan depan, dan saya pikir cukup sekian dulu untuk pekan ini, dan semoga
kisah diatas bisa bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin.
Was-Salam.