Friday, March 5, 2021

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 9}. PENUMPASAN ORANG-ORANG MURTAD DI SEKITAR MADINAH.

 Bismillah…

Apa kabar teman-teman semua ?, semoga semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga akhir hayat.

Allah berfirman: {“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”}, (Ali Imran: 144).

Al-Hasan, Qatadah dan selainnya berkata dalam menafsirkan ayat: {“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka-pun mencintaiNya”}, (Al-Maidah: 54). Mereka berkata: “Maksud dari ayat ini yaitu Abu Bakar dan para sahabat ketika mereka berperang menumpas orang-orang yang murtad dan yang enggan membayar zakat”.

Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) berkata dalam khutbahnya: “Sesungguhnya ketentuan Allah adalah haq (benar adanya), dan janjiNya tidak akan Dia ingkari. Allah berfirman: {“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi”}, (An-Nur: 55).

Jika pekan lalu kita telah menyimak bersama-sama suatu kisah perihal para penolak kewajiban zakat sepeninggal Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), maka perkenankanlah saya pada pekan ini untuk membawakan kisah perihal Abu Bakar dan para sahabat (Radhiyallahu ‘Anhum) di satu pihak melawan orang-orang murtad yang berada di pihak lain, teman-teman inilah kisah mereka…

Gambar oleh islandworks dari Pixabay.


1). SITUASI YANG SEMAKIN MEMANAS DI SELURUH PENJURU JAZIRAH ARAB.

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Abu Ubaidah berkata kepadanya: “Ketika Rasulullah wafat mayoritas penduduk Makkah ingin kembali murtad, (karena  banyaknya jumlah mereka) hingga ‘Itab bin Usaid mengkhawatirkan keberadaan mereka dan bersembunyi. (maka ketika situasi bertambah buruk) Berdirilah Suhail bin Amru, dan memulai pidatonya sembari memuji Allah, dan menyebutkan perihal wafatnya Rasulullah, kemudian ia berkata: “Wafatnya Rasulullah tidak menambah Islam kecuali semakin kuat, maka barangsiapa kami curigai keluar dari agama ini akan aku penggal lehernya!”.

Akhirnya orang-orang kembali kepada jalan yang lurus dan berhenti dari keinginan untuk murtad, dan akhirnya ‘Itab bin Usaid kembali muncul dari persembunyiannya. Barangkali inilah yang dimaksud oleh Rasulullah tatkala Umar hendak menanggalkan gigi Suhail bin Amru sewaktu menjadi tawanan perang Badar, Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) bersabda kepada Umar sembari mencegahnya agar tidak menanggalkan gigi Suhail: {“Semoga suatu saat ia akan dapat mengambil sikap yang benar (dalam kondisi genting) yang tidak akan kalian cela”}. (larangan Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)  kepada Umar (Radhiyallahu ‘Anhu) agar ia tidak menanggalkan gigi Suhail menunjukkan bahwa Islam sangat melarang para pengikutnya dari menyiksa para tawanan yang sudah tidak berdaya dan sudah menyerah).

Adapun mayoritas Bani Hanifah dan sebagian besar penduduk Yamamah bergabung bersama Musailamah al-Kadzdzab, begitu juga dengan Bani Asad dan Bani Thayyi mereka semua bergabung Bersama dengan Thulaihah al-Asadiyyah yang mengaku (sebagaimana pengakuan Musailamah) sebagai Nabi baru. Pada saat suasana semakin tidak karuan Abu Bakar tetap memberangkatkan ekspedisi pasukan Usamah (silahkan dibaca kisahnya pada linkini) yang secara otomatis membuat kekuatan kaum muslimin berkurang, lebih-lebih lagi dengan keputusan tersebut maka Abu Bakar telah secara resmi berperang di dua front. Akhirnya keadaan ini membuat banyak dari suku-suku Arab (terkhusus yang berada di sekitar Madinah) bersiap-siap untuk menghabisi dan merebut kota Madinah, namun Abu Bakar cepat tanggap dengan segera mendirikan pos-pos keamanan di sekitar kota dan menunjuk para komando dari pos-pos tersebut, mereka adalah: Ali bin Abi Thalib, az-Zubair bin al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, dan Abdullah bin Mas’ud (Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in). (silahkan di baca kisah seputar pembuatanpos-pos keamanan tersebut pada link ini).

Apa saja yang terjadi setelah pembuatan pos-pos keamanan tersebut?, apakah orang-orang murtad tersebut benar-benar menyerang kota Madinah?, jika benar mereka menyerang kota Madinah, maka apa yang dilakukan oleh Abu Bakar dan para sahabat untuk menghadapi dan menghalau pergerakan mereka?...

2). ABU BAKAR DAN PARA SAHABAT MENGGEMPUR KAUM MURTAD YANG BERADA DI SEKITAR MADINAH.

Tepat pada bulan Jumadil Akhir tahun 11 Hijriyyah, Abu Bakar mengerahkan seluruh penduduk Madinah dan para komando pos-pos keamanan untuk menyerbu suku-suku Arab yang murtad di sekitar Madinah sekaligus orang-orang yang turut membantu musuh (para penolak kewajiban zakat) yang sebelumnya menyerang Madinah.

Tatkala Abu Bakar bersama pasukannya bertemu dengan musuh yang berasal dari suku Bani Abs, Bani Murrah, Dzubyan dan yang turut bersama mereka dari Bani Kinanah, datang bala bantuan dari Thulaihah yang dikomandoi oleh keponakannya sendiri yang bernama: Hibal. Ketika kedua pasukan telah bertemu dan saling berhadap-hadapan, musuh berhasil membuat tipu daya dengan meniupkan suara seperti seruling dari atas gunung yang membuat unta-unta kaum muslimin lari kocar-kacir ketika mendegarnya, maka karena siasat tersebut kaum muslimin belum mampu menumpas mereka hingga malam hari, dan akhirnya Abu Bakar memutuskan untuk kembali ke Madinah demi menyusun strategi dan siasat baru untuk menghadapi siasat suara seruling tersebut. Melihat kembalinya kaum muslimin ke Madinah dan ketidak mampuan mereka untuk menyerang balik dengan siasat yang lebih jitu, maka musuh beranggapan bahwa kaum muslimin telah melemah. Akhirnya mereka mengirim utusan ke suku masing-masing agar segera mengirimkan bala bantuan tambahan demi memperkuat gempuran mereka terhadap Madinah, dan tidak lama kemudian bala bantuan tersebut-pun tiba di tengah-tengah mereka.

Malam itu Abu Bakar dan para sahabat begitu pula dengan segenap penduduk Madinah bermalam dalam keadaan siaga penuh, akan tetapi Abu Bakar berhasil menenangkan kekhawatiran mereka dengan senantiasa memberikan motivasi dan arahan-arahan yang diperlukan. Di akhir malam beliau memutuskan bahwa inilah waktu yang tepat untuk membalas sekaligus menghabisi musuh dan mengusir mereka dari sekitar Madinah, akhirnya beliaupun keluar bersama seluruh kaum muslimin dari Madinah menuju perkemahan musuh.

BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 8}. SEBUAH KISAH TENTANG PARA PENOLAK KEWAJIBAN ZAKAT.

BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 10}. SEBELAS KOMANDAN PASUKAN DAN SURAT ULTIMATUM.

Susunan pasukan kaum muslimin sebagai berikut: Sayap kanan di pimpin oleh sahabat an-Nu’man bin Muqarrin, sayap kiri di pimpin oleh saudara an-Nu’man yaitu Abdullah bin Muqarrin, dan garis tengah di pimpin oleh Suaid bin Muqarrin. Ketika fajar terbit kaum muslimin telah sampai di perkemahan musuh dan sejatinya kedua pasukan telah saling berhadap-hadapan untuk kedua kalinya, akan tetapi pasukan musuh tidak menyadari kedatangan kaum muslimin sedikitpun disebabkan mereka masih terlelap di kemah mereka masing-masing, hingga pedang-pedang kaum muslimin berhasil menghabisi mereka. Dan ketika matahari telah terbit mereka lari tunggang langgang dihujani anak panah kaum muslimin dari belakang, dalam peperangan ini Hibal sang pemimpin terbunuh dan Abu Bakar mengejar mereka hingga sampai di sebuah daerah bernama Dzul Qashshah (ini adalah sebuah daerah yang berjarak satu mil dari kota Madinah menuju kearah Najed), ketika beliau sampai di sana beliau mengibarkan panji-panji sambil menginstruksikan kepada pasukan agar memerangi orang-orang murtad. Dan inilah permulaan dari rentetan kemenangan kaum muslimin melawan orang-orang murtad, pada peperangan ini kaum murtad dihinakan sementara kaum muslimin menjadi mulia dan disegani.

Sebelumnya Bani Dzubyaan dan Abs telah menyerang dan menumpas kaum muslimin, pasukan bala bantuan merekapun turut melakukan hal tersebut. Maka Abu Bakar berjanji akan membunuh di setiap suku sebanyak mereka membunuh dan membantai jiwa kaum muslimin. Peperangan ini sendiri dianggap sangat berpengaruh untuk kemajuan dan kemenangan Islam. Dengan peperangan ini kaum muslimin ditakuti disetiap kabilah Arab, dan orang-orang kafir disetiap kabilah menjadi hina dina. Akhirnya Abu Bakar bersama kaum muslimin kembali ke Madinah sembari membawa kemenangan dan harta rampasan perang.

Pada malam harinya mulai berdatangan ke Madinah zakat yang diserahkan oleh Adi bin Abi Hatim, Shafwan, dan az-Zibriqan. Utusan pertama datang di awal malam, utusan kedua di tengah malam, dan yang ketiga di akhir malam. Berita gembira ini dibawa oleh pemimpin pos-pos keamanan yang berada di perbatasan. Orang yang membawakan berita kedatangan Adi bin Abi Hatim adalah Abdullah bin Mas’ud ada yang mengatakan Abu Qatadah al-Anshari, dan yang membawakan berita kedatangan Shafwan adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, dan yang memberitakan kedatangan az-Zibriqan adalah Abdurrahman bin Auf. Peristiwa ini terjadi tepatnya enam puluh malam setelah Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) wafat.

Tak berapa lama kemudian (kurang lebih 10 hari), pasukan Usamah bin Zaid kembali ke Madinah. Ketika sampai Usamah langsung di tunjuk oleh Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai amir di kota Madinah (atau khalifah sementara menggantikan Abu Bakar yang sedang pergi berperang), sambil menginstruksikan kepadanya agar ia mengistirahatkan pasukannya sejenak dan agar tetap dalam keadaan siap siaga dengan kuda dan persenjataan mereka (menunggu instruksi lebih lanjut darinya).

Setelah itu Abu Bakar keluar membawa pasukan yang sebelumnya turut bertempur bersamanya menuju Dzul Qashshah, waktu itu ada diantara sahabat yang memberi usul agar beliau tetap berada di Madinah saja (mengingat statusnya sebagai khalifah (pemimpin umum sekaligus pengganti Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)  dalam mengurusi urusan kaum muslimin)), dan sebagai gantinya beliau menunjuk seseorang untuk menggantikan posisinya sebagai komandan pasukan. Namun Abu Bakar berkata: “Tidak, demi Allah aku tidak akan kembali, aku tidak akan biarkan kalian berperang sementara aku menyelamatkan diriku sendiri!”.

Setelah itu beliau segera keluar membawa pasukannya ke Dzu Husan dan Dzul Qashshah, sementara an-Nu’man, Abdullah, dan Suwaid tetap dalam posisi dan formasi semula hingga mereka sampai di kediaman penduduk Rabadzah (nama sebuah perkampungan) di sebuah daerah bernama al-Abraq (daerah kekuasaan Bani Dzubyaan), di tempat itu mereka bertemu dengan sekelompok orang dari Bani Abs dan Dzubyaan serta Bani Kinanah. Pertempuran-pun kembali tak terelakkan dan akhirnya Allah memberikan kekalahan kepada al-Haris dan Auf, sementara al-Hathi’ah tertawan (mereka adalah para pemimpin pasukan ketiga suku di atas). Akhirnya Bani Abs dan Dzubyaan lari tunggang langgang dan Abu Bakar berhasil menguasai daerah al-Abraq dan berdiam (istirahat) di sana selama beberapa hari.

Abu Bakar berkata: “Haram bagi Bani Dzubyaan untuk berdiam menetap di tempat mereka, setelah Allah menjadikan negeri mereka harta rampasan perang untuk kami!”.

Kemudian Abu Bakar menjadikan daerah al-Abraq sebagai tempat untuk makanan unta kaum muslimin, dan menjadikan seluruh tanah Rabadzah sebagai tempat untuk mengembala hewan-hewan ternak.

Ketika Bani Abs dan Dzubyaan lari, mereka mendatangi Thulaihah yang sedang berdiam di Buzakhah (suatu tempat berkumpulnya air milik Bani Asad di negeri Najed) untuk bergabung dengannya.

Seseorang bernama Ziyad bin Hanzhalah (salah seorang dari kaum muslimin) membacakan syairnya menceritakan peperangan di al-Abraq:

Kami telah menyaksikan peperangan di Abariq

Bagaimana Dzubyan sedang bergejolak terbakar amarah

Kami menyerang mereka dengan tiba-tiba

Dengan pasukan ash-Shiddiq ketika ia meninggalkan celaan bagi mereka

Inilah sedikit kisah permulaan dari berbagai ekspedisi-ekspedisi yang nantinya di kirim oleh Abu Bakar untuk memerangi kaum murtad di seluruh penjuru jazirah Arab.

Saya pikir cukup sekian dulu untuk pekan ini dan semoga kisah diatas bisa bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin, dan sampai jumpa di pekan depan dengan kisah pelantikan 11 kepala batalion dan surat ultimatum Abu Bakar untuk orang-orang murtad Insya Allah.

Was-Salam.           

 

0 comments:

Post a Comment