Bismillah…
Apa kabar teman-teman semua ?, semoga
semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa
di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga
akhir hayat.
Allah berfirman: {“Muhammad itu
tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur”}, (Ali Imran: 144).
Al-Hasan, Qatadah dan selainnya berkata
dalam menafsirkan ayat: {“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa
diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka-pun mencintaiNya”},
(Al-Maidah: 54). Mereka berkata: “Maksud dari ayat ini yaitu Abu Bakar dan para
sahabat ketika mereka berperang menumpas orang-orang yang murtad dan yang
enggan membayar zakat”.
Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu)
berkata dalam khutbahnya: “Sesungguhnya ketentuan Allah adalah haq (benar
adanya), dan janjiNya tidak akan Dia ingkari. Allah berfirman: {“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi”}, (An-Nur: 55).
Jika pekan lalu kita telah menyimak
bersama-sama suatu kisah perihal para penolak kewajiban zakat sepeninggal
Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), maka perkenankanlah saya pada
pekan ini untuk membawakan kisah perihal Abu Bakar dan para sahabat (Radhiyallahu
‘Anhum) di satu pihak melawan orang-orang murtad yang berada di pihak lain,
teman-teman inilah kisah mereka…
Gambar oleh islandworks dari Pixabay. |
1). SITUASI YANG SEMAKIN MEMANAS DI SELURUH
PENJURU JAZIRAH ARAB.
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Abu Ubaidah
berkata kepadanya: “Ketika Rasulullah wafat mayoritas penduduk Makkah ingin
kembali murtad, (karena banyaknya jumlah
mereka) hingga ‘Itab bin Usaid mengkhawatirkan keberadaan mereka dan
bersembunyi. (maka ketika situasi bertambah buruk) Berdirilah Suhail bin Amru,
dan memulai pidatonya sembari memuji Allah, dan menyebutkan perihal wafatnya
Rasulullah, kemudian ia berkata: “Wafatnya Rasulullah tidak menambah Islam
kecuali semakin kuat, maka barangsiapa kami curigai keluar dari agama ini akan
aku penggal lehernya!”.
Akhirnya orang-orang kembali kepada jalan
yang lurus dan berhenti dari keinginan untuk murtad, dan akhirnya ‘Itab bin
Usaid kembali muncul dari persembunyiannya. Barangkali inilah yang dimaksud
oleh Rasulullah tatkala Umar hendak menanggalkan gigi Suhail bin Amru sewaktu
menjadi tawanan perang Badar, Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)
bersabda kepada Umar sembari mencegahnya agar tidak menanggalkan gigi Suhail:
{“Semoga suatu saat ia akan dapat mengambil sikap yang benar (dalam
kondisi genting) yang tidak akan kalian cela”}. (larangan Rasulullah (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) kepada Umar (Radhiyallahu
‘Anhu) agar ia tidak menanggalkan gigi Suhail menunjukkan bahwa Islam
sangat melarang para pengikutnya dari menyiksa para tawanan yang sudah tidak
berdaya dan sudah menyerah).
Adapun mayoritas Bani Hanifah dan sebagian
besar penduduk Yamamah bergabung bersama Musailamah al-Kadzdzab, begitu juga
dengan Bani Asad dan Bani Thayyi mereka semua bergabung Bersama dengan
Thulaihah al-Asadiyyah yang mengaku (sebagaimana pengakuan Musailamah) sebagai
Nabi baru. Pada saat suasana semakin tidak karuan Abu Bakar tetap
memberangkatkan ekspedisi pasukan Usamah (silahkan dibaca kisahnya pada linkini) yang secara otomatis membuat kekuatan kaum muslimin berkurang, lebih-lebih
lagi dengan keputusan tersebut maka Abu Bakar telah secara resmi berperang di
dua front. Akhirnya keadaan ini membuat banyak dari suku-suku Arab (terkhusus
yang berada di sekitar Madinah) bersiap-siap untuk menghabisi dan merebut kota
Madinah, namun Abu Bakar cepat tanggap dengan segera mendirikan pos-pos
keamanan di sekitar kota dan menunjuk para komando dari pos-pos tersebut,
mereka adalah: Ali bin Abi Thalib, az-Zubair bin al-Awwam, Thalhah bin
Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, dan Abdullah bin Mas’ud
(Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in). (silahkan di baca kisah seputar pembuatanpos-pos keamanan tersebut pada link ini).
Apa saja yang terjadi setelah pembuatan
pos-pos keamanan tersebut?, apakah orang-orang murtad tersebut benar-benar
menyerang kota Madinah?, jika benar mereka menyerang kota Madinah, maka apa
yang dilakukan oleh Abu Bakar dan para sahabat untuk menghadapi dan menghalau
pergerakan mereka?...
2). ABU BAKAR DAN PARA SAHABAT MENGGEMPUR
KAUM MURTAD YANG BERADA DI SEKITAR MADINAH.
Tepat pada bulan Jumadil Akhir tahun 11
Hijriyyah, Abu Bakar mengerahkan seluruh penduduk Madinah dan para komando
pos-pos keamanan untuk menyerbu suku-suku Arab yang murtad di sekitar Madinah
sekaligus orang-orang yang turut membantu musuh (para penolak kewajiban zakat)
yang sebelumnya menyerang Madinah.
Tatkala Abu Bakar bersama pasukannya
bertemu dengan musuh yang berasal dari suku Bani Abs, Bani Murrah, Dzubyan dan
yang turut bersama mereka dari Bani Kinanah, datang bala bantuan dari Thulaihah
yang dikomandoi oleh keponakannya sendiri yang bernama: Hibal. Ketika kedua
pasukan telah bertemu dan saling berhadap-hadapan, musuh berhasil membuat tipu
daya dengan meniupkan suara seperti seruling dari atas gunung yang membuat
unta-unta kaum muslimin lari kocar-kacir ketika mendegarnya, maka karena siasat
tersebut kaum muslimin belum mampu menumpas mereka hingga malam hari, dan akhirnya
Abu Bakar memutuskan untuk kembali ke Madinah demi menyusun strategi dan siasat
baru untuk menghadapi siasat suara seruling tersebut. Melihat kembalinya kaum
muslimin ke Madinah dan ketidak mampuan mereka untuk menyerang balik dengan
siasat yang lebih jitu, maka musuh beranggapan bahwa kaum muslimin telah
melemah. Akhirnya mereka mengirim utusan ke suku masing-masing agar segera
mengirimkan bala bantuan tambahan demi memperkuat gempuran mereka terhadap
Madinah, dan tidak lama kemudian bala bantuan tersebut-pun tiba di
tengah-tengah mereka.
Malam itu Abu Bakar dan para sahabat begitu
pula dengan segenap penduduk Madinah bermalam dalam keadaan siaga penuh, akan
tetapi Abu Bakar berhasil menenangkan kekhawatiran mereka dengan senantiasa memberikan
motivasi dan arahan-arahan yang diperlukan. Di akhir malam beliau memutuskan
bahwa inilah waktu yang tepat untuk membalas sekaligus menghabisi musuh dan
mengusir mereka dari sekitar Madinah, akhirnya beliaupun keluar bersama seluruh
kaum muslimin dari Madinah menuju perkemahan musuh.
BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 8}. SEBUAH KISAH TENTANG PARA PENOLAK KEWAJIBAN ZAKAT.
BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 10}. SEBELAS KOMANDAN PASUKAN DAN SURAT ULTIMATUM.
Susunan pasukan kaum muslimin sebagai
berikut: Sayap kanan di pimpin oleh sahabat an-Nu’man bin Muqarrin, sayap kiri
di pimpin oleh saudara an-Nu’man yaitu Abdullah bin Muqarrin, dan garis tengah
di pimpin oleh Suaid bin Muqarrin. Ketika fajar terbit kaum muslimin telah
sampai di perkemahan musuh dan sejatinya kedua pasukan telah saling
berhadap-hadapan untuk kedua kalinya, akan tetapi pasukan musuh tidak menyadari
kedatangan kaum muslimin sedikitpun disebabkan mereka masih terlelap di kemah
mereka masing-masing, hingga pedang-pedang kaum muslimin berhasil menghabisi
mereka. Dan ketika matahari telah terbit mereka lari tunggang langgang dihujani
anak panah kaum muslimin dari belakang, dalam peperangan ini Hibal sang pemimpin
terbunuh dan Abu Bakar mengejar mereka hingga sampai di sebuah daerah bernama
Dzul Qashshah (ini adalah sebuah daerah yang berjarak satu mil dari kota
Madinah menuju kearah Najed), ketika beliau sampai di sana beliau mengibarkan
panji-panji sambil menginstruksikan kepada pasukan agar memerangi orang-orang
murtad. Dan inilah permulaan dari rentetan kemenangan kaum muslimin melawan
orang-orang murtad, pada peperangan ini kaum murtad dihinakan sementara kaum
muslimin menjadi mulia dan disegani.
Sebelumnya Bani Dzubyaan dan Abs telah
menyerang dan menumpas kaum muslimin, pasukan bala bantuan merekapun turut
melakukan hal tersebut. Maka Abu Bakar berjanji akan membunuh di setiap suku
sebanyak mereka membunuh dan membantai jiwa kaum muslimin. Peperangan ini
sendiri dianggap sangat berpengaruh untuk kemajuan dan kemenangan Islam. Dengan
peperangan ini kaum muslimin ditakuti disetiap kabilah Arab, dan orang-orang
kafir disetiap kabilah menjadi hina dina. Akhirnya Abu Bakar bersama kaum
muslimin kembali ke Madinah sembari membawa kemenangan dan harta rampasan
perang.
Pada malam harinya mulai berdatangan ke
Madinah zakat yang diserahkan oleh Adi bin Abi Hatim, Shafwan, dan az-Zibriqan.
Utusan pertama datang di awal malam, utusan kedua di tengah malam, dan yang ketiga
di akhir malam. Berita gembira ini dibawa oleh pemimpin pos-pos keamanan yang
berada di perbatasan. Orang yang membawakan berita kedatangan Adi bin Abi Hatim
adalah Abdullah bin Mas’ud ada yang mengatakan Abu Qatadah al-Anshari, dan yang
membawakan berita kedatangan Shafwan adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, dan yang
memberitakan kedatangan az-Zibriqan adalah Abdurrahman bin Auf. Peristiwa ini
terjadi tepatnya enam puluh malam setelah Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa
Sallam) wafat.
Tak berapa lama kemudian (kurang lebih 10
hari), pasukan Usamah bin Zaid kembali ke Madinah. Ketika sampai Usamah
langsung di tunjuk oleh Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai amir di kota
Madinah (atau khalifah sementara menggantikan Abu Bakar yang sedang pergi
berperang), sambil menginstruksikan kepadanya agar ia mengistirahatkan
pasukannya sejenak dan agar tetap dalam keadaan siap siaga dengan kuda dan
persenjataan mereka (menunggu instruksi lebih lanjut darinya).
Setelah itu Abu Bakar keluar membawa
pasukan yang sebelumnya turut bertempur bersamanya menuju Dzul Qashshah, waktu
itu ada diantara sahabat yang memberi usul agar beliau tetap berada di Madinah
saja (mengingat statusnya sebagai khalifah (pemimpin umum sekaligus pengganti
Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) dalam mengurusi urusan kaum muslimin)), dan
sebagai gantinya beliau menunjuk seseorang untuk menggantikan posisinya sebagai
komandan pasukan. Namun Abu Bakar berkata: “Tidak, demi Allah aku tidak akan
kembali, aku tidak akan biarkan kalian berperang sementara aku menyelamatkan
diriku sendiri!”.
Setelah itu beliau segera keluar membawa
pasukannya ke Dzu Husan dan Dzul Qashshah, sementara an-Nu’man, Abdullah, dan
Suwaid tetap dalam posisi dan formasi semula hingga mereka sampai di kediaman
penduduk Rabadzah (nama sebuah perkampungan) di sebuah daerah bernama al-Abraq
(daerah kekuasaan Bani Dzubyaan), di tempat itu mereka bertemu dengan
sekelompok orang dari Bani Abs dan Dzubyaan serta Bani Kinanah. Pertempuran-pun
kembali tak terelakkan dan akhirnya Allah memberikan kekalahan kepada al-Haris
dan Auf, sementara al-Hathi’ah tertawan (mereka adalah para pemimpin pasukan
ketiga suku di atas). Akhirnya Bani Abs dan Dzubyaan lari tunggang langgang dan
Abu Bakar berhasil menguasai daerah al-Abraq dan berdiam (istirahat) di sana
selama beberapa hari.
Abu Bakar berkata: “Haram bagi Bani
Dzubyaan untuk berdiam menetap di tempat mereka, setelah Allah menjadikan
negeri mereka harta rampasan perang untuk kami!”.
Kemudian Abu Bakar menjadikan daerah
al-Abraq sebagai tempat untuk makanan unta kaum muslimin, dan menjadikan
seluruh tanah Rabadzah sebagai tempat untuk mengembala hewan-hewan ternak.
Ketika Bani Abs dan Dzubyaan lari, mereka
mendatangi Thulaihah yang sedang berdiam di Buzakhah (suatu tempat berkumpulnya
air milik Bani Asad di negeri Najed) untuk bergabung dengannya.
Seseorang bernama Ziyad bin Hanzhalah (salah seorang dari kaum muslimin) membacakan syairnya menceritakan peperangan di al-Abraq:
Kami telah menyaksikan peperangan di Abariq
Bagaimana Dzubyan sedang bergejolak terbakar amarah
Kami menyerang mereka dengan tiba-tiba
Dengan pasukan ash-Shiddiq ketika ia meninggalkan celaan bagi mereka
Inilah sedikit kisah permulaan dari
berbagai ekspedisi-ekspedisi yang nantinya di kirim oleh Abu Bakar untuk
memerangi kaum murtad di seluruh penjuru jazirah Arab.
Saya pikir cukup sekian dulu untuk pekan
ini dan semoga kisah diatas bisa bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin, dan
sampai jumpa di pekan depan dengan kisah pelantikan 11 kepala batalion dan
surat ultimatum Abu Bakar untuk orang-orang murtad Insya Allah.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment