Friday, February 19, 2021

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 7}. PEMBERANGKATAN EKSPEDISI PASUKAN USAMAH.

Bismillah…

Apa kabar teman-teman semua ?, semoga semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga akhir hayat.

Sesuai janji pada pekan yang lalu, maka saya akan membahas pada pekan ini tentang jasa-jasa Abu Bakar yang beliau persembahkan untuk Islam dan kaum muslimin. Pembahasan kita kali ini akan berporos seputar fitnah yang dikhawatirkan oleh ash-Shiddiq akan terjadi, seberapa besar fitnah tersebut?, sebesar apakah ancamannya terhadap eksistensi Islam dan kaum muslimin?, dan bagaimana Abu Bakar menghadapi segala badai tersebut yang datang bertubi-tubi menggempur tubuh ummat Islam setelah ditinggal oleh sang Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) tercinta?. Akan tetapi sebelum itu maka mari kita bersama-sama menyimak perihal keputusan pertama yang diambil oleh Abu Bakar setelah dibai’at menjadi khalifah, kisahnya sebagai berikut…

foto jerash, yoordania. diambil dari: pixabay.

(-). MELANJUTKAN EKSPEDISI PASUKAN USAMAH BIN ZAID BIN HARITSAH (RADHIYALLAHU ANHUMA).

Sebelum Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) wafat beliau telah mempersiapkan sebuah pasukan yang rencananya pasukan ini akan berjalan menuju ke sebuah daerah di Syam yang bernama: al-Balqa, dimana di tempat itulah dahulu perang Mu’tah berkecamuk, dan juga sekaligus tempat terbunuhnya 3 orang sahabat yang mulia, mereka adalah: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah (Radhiyallahu ‘Anhum). Beliau menunjuk Usamah bin Zaid untuk menjadi pemimpin pasukan ini (saat itu umur Usamah kurang lebih adalah: 18 tahun) yang didalamnya ada pembesar-pembesar sahabat seperti: Abu Bakar dan Umar, dan misi yang beliau bebankan ke pundak Usamah adalah: menaklukkan daerah al-Balqa. Maka berangkatlah pasukan Usamah dan akhirnya mereka sampai di sebuah daerah yang bernama: Jurf (suatu tempat yang berjarak 3 mil dari Madinah ke arah Syam), dan mereka memutuskan untuk istirahat barang sejenak di daerah tersebut dan mendirikan perkemahan di sana.

Akan tetapi Qodarullah tidak lama kemudian Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) wafat, dan pasukan Usamah masih berada di Jurf. Pada saat Abu Bakar telah di bai’at menjadi khalifah, Usamah berniat untuk mengundurkan diri dan menyerahkan posisinya kepada orang yang nantinya direstui oleh Abu Bakar untuk menduduki posisi tersebut. Akan tetapi Abu Bakar tetap mempertahankan apa yang dahulu telah menjadi keputusan Rasulullah yakni: beliau tetap menjadikan Usamah sebagai pemimpin dan tetap melanjutkan ekspedisi pasukan Usamah.

Saif bin Umar at-Tamimi berkata bahwa Ashim bin Adi bercerita: “Salah seorang pesuruh Abu Bakar berseru di tengah-tengah khalayak ramai setelah meninggalnya Rasulullah (dan setelah beliau dikebumikan): “Hendaklah pasukan Usamah segera berangkat, ingatlah tidak seorangpun dari pasukan Usamah yang boleh tinggal di Madinah, melainkan harus pergi ke Jurf, pangkalan militer pasukan Usamah”.

Setelah itu Abu Bakar berpidato (setelah pidato pelantikannya) setelah memuji Allah beliau berkata: “Wahai saudara-saudara sekalian, sesungguhnya aku adalah seperti kalian juga, dan aku tidak tahu apakah aku sanggup memikul beban yang kalian letakkan di pundakku sebagaimana Rasulullah mampu memikulnya. Sesungguhnya Allah telah memilih Muhammad atas sekalian alam, dan Allah menjaganya dari segala keburukan, sementara aku hanyalah seseorang yang berusaha mengikuti jejak beliau dan aku bukanlah seorang pembuat bid’ah. Maka jika aku istiqomah diatas kebenaran tolong ikuti aku, tetapi jika aku keliru maka luruskanlah diriku. Sesungguhnya Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) telah wafat dan tidak seorangpun dari ummat ini menuntut atas kedzaliman yang telah beliau lakukan terhadapnya baik berupa pukulan dengan cambuk ataupun yang lebih ringan dari itu (artinya adalah: bahwa Nabi selama hidupnya tidak pernah mendzalimi seorangpun). Ingatlah, sesungguhnya aku senantiasa disertai setan yang selalu berusaha menggodaku, maka jika setan mendatangiku tolong aku agar aku bisa menjauh darinya. Aku berusaha untuk tidak menyakiti kalian sedikitpun walau seujung kuku, dan sesungguhnya kalian setiap pagi dan sore senantiasa dibayang-bayangi ajal yang siap menjemput sementara kalian tidak menyadarinya, maka jika sanggup janganlah kalian melewati waktu-waktu kecuali kalian mengisinya dengan amal shalih, yakinlah kalian tidak akan mampu melakukan amal-amal tersebut kecuali dengan izin Allah. Berlombalah dalam kebaikan sebelum ajal menghalangi kalian beramal, sebab banyak orang yang lupa pada ajalnya, dan selalu menunda-nunda amalan mereka. Maka jangan kalian tiru mereka, bersungguh-sungguhlah kalian dan berusahalah menyelamatkan diri (dari adzab Allah). Sesungguhnya di hadapan kalian telah menunggu ajal yang selalu mengejar kalian dan akan datang dengan cepat. Oleh karena itu waspadalah terhadap kematian dan banyak-banyaklah mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa bapak-bapak kalian serta saudara-saudara kalian (yang telah meninggal). Janganlah kalian merasa cemburu terhadap orang yang hidup kecuali sebagaimana kalian cemburu kepada orang-orang yang telah mati”. Setelah itu beliaupun memerintahkan agar pasukan Usamah segera berangkat melaksanakan misinya.

BACA JUGA:

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 6}. PEMBAI'ATAN SECARA UMUM DI MASJID NABAWI.

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 8}. SEBUAH KISAH TENTANG PARA PENOLAK KEWAJIBAN ZAKAT.

Akan tetapi bersamaan dengan perintah tersebut keadaan di Madinah dan seluruh wilayah teritori kaum muslimin menjadi kacau balau disebabkan meninggalnya Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), kemunafikan mulai menunjukkan taringnya di Madinah. Bahkan banyak dari suku-suku Arab Badui sekitar Madinah yang murtad keluar dari Islam, ditambah lagi sebagian dari mereka enggan membayar zakat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq. Dan ketika itu sholat Jum’at tidak lagi didirikan kecuali di Makkah dan Madinah. Tersebutlah sebuah kota di Bahrain yang bernama: Juwatsan, kota ini termasuk kota yang pertama kali mendirikan sholat Jum’at setelah situasi menjadi agak tenang dan orang-orang kembali kepada kebenaran.

Diantara negeri yang tetap istiqomah berada diatas jalan yang lurus (Islam) juga adalah: Thaif negerinya Bani Tsaqif, mereka tidak berbalik kebelakang dan tidak pula murtad sepeninggal Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam). Ketika berbagai masalah ini terjadi, banyak dari para sahabat yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar menunda keberangkatan ekspedisi pasukan Usamah, karena ummat saat itu sangat butuh kepada bantuan mereka untuk mengatasi masalah yang lebih penting, dan juga dengan alasan bahwa Nabi sebelumnya mempersiapkan pasukan tersebut dan berniat memberangkatkannya pada saat kota Madinah dalam keadaan damai dan aman sentausa.

Saif bin Umar berkata: “Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dia berkata: “Tatkala Abu Bakar dibai’at, beliau mengumpulkan kaum Anshar dalam rangka menyikapi permasalahan yang mereka perselisihkan. Abu Bakar berkata: “Pasukan Usamah akan tetap diberangkatkan, sebab orang-orang Arab kembali murtad baik secara umum maupun secara khusus dalam tiap-tiap kabilah, kemunafikan sekarang telah menampakkan dirinya dan Yahudi maupun Nasrani sedang mengintai dan bersiap-siap untuk menerkam kaum muslimin ibarat serigala yang mengintai sekumpulan domba yang sedang tercerai berai kehujanan di tengah malam gelap gulita setelah mereka kehilangan Nabi dan jumlah mereka yang minoritas di tengah-tengah musuh yang mayoritas”.

Ada yang memberikan pendapat dan berkata: “Sesungguhnya pasukan Usamah adalah jumlah mayoritas kaum muslimin, sementara orang-orang Arab sebagaimana yang anda lihat telah bersiap-siap untuk menyerang. Sungguh tidak bijak jika engkau memecah jumlah kaum muslimin (dan berperang di dua front)”, Abu Bakar menjawab: “Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, andaikata binatang buas seluruhnya mencabik-cabikku, aku akan tetap menjalankan misi pasukan Usamah sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Rasulullah, aku akan tetap menjalankan pasukan tersebut walaupun tidak ada lagi seorangpun di dalam kota ini selain diriku”.

Termasuk diantara orang-orang yang mengajukan usul tersebut adalah Umar (Radhiyallahu ‘Anhu), ia mengusulkan agar keberangkatan pasukan Usamah ditunda terlebih dahulu hingga situasi kembali aman dan terkendali. Namun Abu Bakar ash-Shiddiq dengan tegas menolak saran tersebut. Beliau berpendapat harus tetap menyegerakan keberangkatan pasukan Usamah, sampai-sampai beliau bersumpah: “Demi Allah aku tidak akan melepas tali yang telah diikat oleh Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), walaupun burung menyambar kita dan seluruh binatang buas di sekitar Madinah menyerang kita, bahkan sekalipun anjing-anjing mengejar kaki-kaki Ummahatul Mukminin -istri-istri Rasulullah- aku akan tetap menjalankan misi pasukan Usamah, dan aku akan memerintahkan agar orang-orang tetap siaga dan berjaga-jaga di sekitar Madinah”.

Saif bin Umar meriwayatkan bahwa al-Hasan al-Bashri berkata: “Ketika Abu Bakar bersiap-siap memberangkatkan pasukan Usamah, sebagian kaum Anshar berkata kepada Umar: “Katakan padanya agar mengganti dan tidak menunjuk Usamah sebagai pemimpin”, maka Umar segera memberitahukan hal tersebut kepada Abu Bakar. Maka seketika Abu Bakar menarik janggut Umar seraya berkata: “Payah-payah ibumu mengandungmu wahai Umar bin al-Khaththab, bagaimana mungkin aku mengganti pemimpin yang telah ditunjuk oleh Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)”. Kemudian Abu Bakar segera bangkit dan berjalan sendiri menuju Jurf untuk memeriksa pasukan Usamah dan memerintahkan mereka untuk mulai berjalan, sementara beliau sendiri ikut berjalan bersama mereka (dalam keadaan beliau berjalan kaki sementara Usamah mengendarai kuda, ini merupakan bentuk penghormatan beliau kepada Usamah yang telah di percaya oleh Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) untuk memimpin sebuah pasukan walaupun ia masih sangat muda).

Sebelum mereka berangkat Abu Bakar mewasiatkan kepada mereka (dan wasiat ini sebenarnya adalah wasiat yang senantiasa Rasulullah wasiatkan kepada para sahabat sebelum mereka berangkat menuju medan perang, dengan kata lain: wasiat ini adalah wasiat Islam kepada para pengikutnya jika mereka ingin memerangi suatu kaum), wasiat itu adalah: “Janganlah kalian mengkhianati (baik teman maupun musuh yang sudah menyerah atau menawarkan perdamaian), janganlah kalian berlebih-lebihan, dan janganlah kalian kabur (dari medan perang), dan janganlah pula kalian memutilasi (musuh-musuh kalian), janganlah kalian membunuh anak kecil (bayi, balita, dan anak-anak yang belum mampu mengangkat senjata untuk ikut berperang), dan janganlah pula membunuh seseorang yang sudah tua (yang sudah memasuki usia senja), dan jangan pula membunuh para wanita (baik itu yang masih kecil maupun yang sudah dewasa), dan janganlah kalian memotong pohon kurma (dan segala jenis pepohonan dan tumbuh-tumbuhan) jangan membakarnya, dan jangan pula menebang pohon (ataupun kebun) yang sedang berbuah…”. Wasiat ini adalah wasiat yang sangat agung dan inilah ajaran Islam dan ajaran Nabi Muhammad (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) yang sesungguhnya, dalam wasiat ini kita bisa melihat ajaran Islam yang sesungguhnya dan bahwasanya Islam tidaklah sama dengan apa yang selama ini di dengung-dengungkan oleh media, Islam adalah agama yang adil dan senantiasa mengajak pengikutnya untuk berhias dengan akhlak yang mulia, senantiasa mengasihi orang-orang lemah (baik itu pria maupun wanita), dan senantiasa mengajak para pengikutnya agar tidak menyebarkan kerusakan di atas muka bumi.

Setelah menyampaikan wasiat tersebut, maka berangkatlah pasukan Usamah dan Abu Bakar ikut berjalan (kaki) juga mengiringi keberangkatan mereka. Waktu itu Usamah mengendarai kuda, dan beliau mengatakan kepada Abu Bakar: “Wahai khalifah Rasulullah, naiklah ke atas kendaraan ini atau aku yang turun (ikut berjalan bersamamu)”, Abu Bakar menjawab: “Demi Allah aku tidak akan naik dan engkau tidak boleh turun”. Setelah itu Abu Bakar memohon kepada Usamah agar Umar (pada saat itu Umar termasuk anggota pasukan Usamah) dibebastugaskan untuk menemaninya di Madinah, maka Usamah mengabulkan permintaannya.

Setelah peristiwa ini tidak pernah Umar bertemu Usamah melainkan ia mengucapkan salam kepadanya seraya menambahkan kata-kata: “Ya Amir (wahai pemimpin)”.

Al-Qashim bin Amrah meriwayatkan bahwa ‘Aisyah berkata: “Ketika Rasulullah wafat, orang-orang Arab sepakat untuk murtad dan kemunafikan tersebar di mana-mana. Demi Allah sungguh ayahku mendapat beban yang sangat berat, jika di pikul oleh gunung yang kokoh sekalipun niscaya akan hancur luluh. Dan sahabat Muhammad (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) ibarat sekumpulan domba yang kocar-kacir di terpa hujan di malam yang gelap gulita dan dingin, di tengah-tengah padang yang dipenuhi binatang buas. Demi Allah semua perselisihan mereka berhasil diselesaikan oleh ayahku dengan keistiqomahannya dalam Islam”.

Kemudian beliau menyebutkan perihal Umar, beliau berkata: “Barangsiapa yang melihat Umar niscaya ia tahu bahwa Umar diciptakan untuk kemaslahatan Islam. Demi Allah ia ibarat penenun ulung yang telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi apa yang akan terjadi”.

Ternyata berangkatnya pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar, disebabkan setiap kali mereka melewati perkampungan Arab, maka mereka pasti akan menimbulkan rasa gentar ke hati orang-orang dan membuat mereka enggan untuk murtad mengikuti suku-suku lain yang telah murtad. Pasukan Usamah berada di daerah al-Balqa selama kurang lebih 70 hari.

Inilah gambaran singkat tentang keputusan pertama Abu Bakar setelah dibai’at menjadi khalifah dan juga situasi Madinah dan situasi Jazirah Arab secara umum. Semoga bisa bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin.

Dan Insya Allah pekan depan saya akan membahas tentang fitnah yang telah mengguncang tubuh kaum muslimin secara bertubi-tubi setelah meninggalnya Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), dan hampir saja merobohkan tubuh kaum muslimin.

Saya pikir cukup sekian dulu untuk pekan ini, dan sampai jumpa di pekan depan dengan tema diatas Insya Allah.

Was-salam. 

0 comments:

Post a Comment