Friday, February 26, 2021

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 8}. SEBUAH KISAH TENTANG PARA PENOLAK KEWAJIBAN ZAKAT.

 Bismillah…

Apa kabar teman-teman semua ?, semoga semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga akhir hayat.

Pada pekan ini Insya Allah saya akan membahas tentang fitnah yang sangat besar yang telah menyerang tubuh ummat Islam secara bertubi-tubi setelah wafatnya sang Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) tercinta. Fitnah itu adalah fitnah murtadnya orang-orang Arab, apa yang menyebabkan mereka semua murtad?, terbagi menjadi berapa macamkah mereka?, dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar dan seluruh sahabat untuk meredam bahaya ini?, untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas mari kita simak bersama-sama kisah berikut…

Gambar oleh 12019 dari Pixabay.


1). GAMBARAN FENOMENA KEMURTADAN.

Muhammad Ibnu Ishaq berkata: “Orang-orang Arab kembali murtad ketika Rasulullah wafat kecuali penduduk dua masjid, yakni: Makkah dan Madinah (dan juga penduduk Thaif). Adapun kabilah Asad dan Ghathafan telah murtad di bawah komando Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi (ia adalah seorang dukun), dan murtad pula suku Kindah dan sekutunya di bawah komando al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Kemudian (kemurtadan mereka) diikuti oleh suku Mudzhij dan sekutunya di bawah komando al-Aswad bin Ka’ab al-Ansi (orang ini adalah seorang dukun). Demikian pula dengan suku Rabi’ah di bawah komando al-Ma’rur bin an-Nukman bin al-Mundzir. Adapun Bani Hanifah mereka murtad pula (sebagaimana yang telah kita ketahui) di bawah komando Musailamah bin al-Habib al-Kadzdzab. Kemudian murtad pula Bani Sulaim di bawah komando seseorang yang di kenal sebagai al-Fuja’ah dan nama aslinya adalah: Iyas bin Abdullah bin Abdi Yaa lail. Adapun Bani Tamim mereka murtad di bawah komando Sajah seorang wanita penyihir”.

Mayoritas anggota suku-suku tersebut telah mengetahui bahwa orang yang mereka ikuti adalah pembohong besar dan bahwa seruan mereka adalah seruan kesesatan, akan tetapi kenapa mereka tetap mengikuti orang-orang dan dukun-dukun sesat tersebut?, alasan utamanya adalah: iri dengki mereka kepada suku Quraisy dimana seorang Nabi akhir zaman muncul dari kalangan quraisy, dan mereka ingin agar ada seorang Nabi pula yang muncul dari kalangan mereka sendiri, maka oleh karena itulah mereka semua mengikuti seruan-seruan kesesatan dari para pembual dan dukun tersebut. Dan di sinilah kita bisa melihat bahayanya fanatisme kesukuan, begitu juga dengan segala bentuk fanatisme-fanatisme yang lain, dan Islam sendiri datang untuk memerangi segala bentuk fanatisme dengan tujuan untuk menyatukan ummat manusia dalam satu kesatuan yang kuat, yang hanya tunduk kepada Rabb seluruh alam yakni Allah (Subhanahu wa Ta’ala).

Orang-orang murtad itu sendiri terbagi menjadi dua golongan:

·      Golongan pertama adalah: kelompok yang enggan untuk membayar zakat.

·      Golongan kedua adalah: kelompok yang benar-benar keluar dari agama Islam. 

Bagaimana sikap Abu Bakar terhadap orang-orang yang enggan untuk membayar zakat?, dan keputusan apa yang diambilnya untuk menghadapi mereka?...

2). SIKAP ABU BAKAR TERHADAP ORANG-ORANG YANG ENGGAN UNTUK MEMBAYAR ZAKAT.

Muhammad Ibnu Ishaq berkata: “Ketika Rasulullah wafat maka orang-orang Arab kembali murtad, Yahudi dan Nasrani menampakkan taringnya, sementara kemunafikan mulai tersebar, kaum muslimin ibarat domba yang kocar-kacir di guyur hujan lebat pada malam yang pekat dan dingin, hingga Abu Bakar berhasil menyatukan mereka kembali”.

Seiring dengan itu, utusan orang-orang Arab berdatangan ke Madinah. Mereka mengakui kewajiban shalat namun mengingkari kewajiban zakat, dan ada pula yang enggan membayarkannya kepada Abu Bakar (sang pengganti Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)), mereka berdalih dengan ayat: {Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka}, (At-Taubah: 103).

Mereka berkata: “Kami tidak akan membayarkan zakat kami kecuali kepada orang yang do’anya bisa menentramkan hati kami”, bahkan sampai ada yang menyenandungkan sya’ir:

Kami akan selalu patuh selama Rasulullah ada diantara kami

Alangkah aneh kenapa kami harus patuh kepada Abu Bakar.

Al-Qasim bin Muhammad berkata: “Bani Asad, Ghathafan dan Thayyi Bersatu di bawah komando Thulaihah al-Asadi, dan mereka mengirim utusan mereka ke Madinah, para utusan tersebut akhirnya sampailah di Madinah dan mereka berhenti di tengah kerumunan manusia. Mereka di terima banyak orang kecuali al-Abbas, kemudian mereka dibawa ke hadapan Abu Bakar dan menyatakan pendapat mereka untuk tetap melaksanakan shalat tetapi menolak untuk membayar zakat, namun Allah mengilhamkan kebenaran kepada Abu Bakar, beliau berkata: “Andai saja mereka menahan zakat mereka dariku pasti aku akan perangi mereka”.

BACA JUGA:

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 7}. PEMBERANGKATAN EKSPEDISI PASUKAN USAMAH.

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 9}. PENUMPASAN ORANG-ORANG MURTAD DI SEKITAR MADINAH.

Pendapat Abu Bakar sejak awal memang sudah sangat jelas, yakni: wajibnya memerangi orang-orang yang menolak untuk membayar zakat. Karena menurut beliau orang-orang yang menolak untuk membayar kewajiban zakatnya sudah setara dan dihukumi sebagai orang yang murtad keluar dari agama Islam, dan orang yang murtad wajib untuk di perangi.

Akan tetapi sebagian sahabat ada yang mengusulkan kepada beliau agar membiarkan orang yang tidak mau membayar zakat sambil berusaha melunakkan hati mereka hingga iman dalam dada mereka kembali menguat dan akhirnya kembali bersedia untuk membayar zakat. Namun beliau tidak menerima usulan tersebut dan tetap bersikeras menumpas mereka.

Para perawi hadits selain Imam Ibnu Majah meriwayatkan dalam kitab-kitab mereka dari Abu Hurairah (Radhiyallahu ‘Anhu) bahwa Umar bin al-Khaththab (Radhiyallahu ‘Anhu) berkata kepada Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu): “Mengapa engkau bersikeras untuk memerangi mereka?, sementara Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) telah bersabda: {“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, jika mereka mengucapkannya maka harta dan darah mereka terjaga dariku untuk ditumpahkan dan dirampas kecuali dengan hak dan balasannya di sisi Allah”}”, maka Abu Bakar menjawab: “Demi Allah andai saja mereka enggan untuk menyerahkan anak unta yang dahulu mereka serahkan kepada Rasulullah, pasti akan aku perangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah hak harta, dan demi Allah aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat!”. (yang menyibukkan pikiran beliau adalah kekhawatiran bahwa orang-orang yang sudah berani menyepelekan salah satu rukun Islam, maka kedepannya pasti mereka akan menyepelekan rukun-rukun yang lain hingga akhirnya mereka murtad dari agama Islam).

Maka Umar berkata: “Akhirnya aku menyadari bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku yakin bahwa itulah yang benar. Aku berkata, Allah berfirman: {“Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”}”, (At-Taubah: 5).

Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwasanya agama Islam dibangun diatas lima perkara: Syahadatain, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa di bulan Ramadhan. (inilah rukun Islam yang lima).

Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Shalih bin Kaisan berkata: “Ketika kemurtadan terjadi maka Abu Bakar berpidato di hadapan manusia, setelah memuji Allah beliau berkata: “Cukuplah segala puji milik Allah yang telah memberikan nikmatNya dan mencukupkannya. Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad dalam kondisi ilmu tercerai-berai, Islam dalam keadaan asing dan dimusuhi, tali agama tempat berpegang telah lapuk dan perjanjian dengan Allah telah dilupakan, akhirnya manusia-pun tersesat. Adapun Ahli kitab, maka Allah telah membenci mereka, Allah tidak melimpahkan untuk mereka kebaikan yang ada pada mereka, dan tidak pula memalingkan mereka dari kejelekan yang ada pada mereka. Disebabkan mereka telah merubah-rubah kitab suci yang Allah turunkan kepada mereka dan menyisipkan ke dalamnya perkara-perkara yang tidak termasuk kedalam isi al-Kitab.

Adapun bangsa Arab mereka tidak menyembah Allah dan tidak pernah pula berdo’a kepadaNya, merekalah bangsa yang paling sulit kehidupannya, paling sesat agamanya, senantiasa terombang-ambing tidak punya pendirian, hingga Allah menyatukan mereka dengan datangnya Muhammad (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), dan Allah merubah keadaan mereka dan menjadikan mereka sebagai ummat yang terbaik, Allah memenangkan mereka, dan mengangkat mereka diatas seluruh bangsa. Akhirnya Allah mewafatkan NabiNya (Shallallahu Alaihi Wa Sallam). Maka setelah itu setan menyiapkan kendaraannya untuk menggiring mereka kedalam jurang kebinasaan (dengan mengajak manusia untuk murtad dan menolak membayar zakat), Allah berfirman: {“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”}, (Ali Imran: 144).

Sesungguhnya orang-orang Arab di sekitar kalian menolak menyerahkan zakat kambing dan unta mereka, selama ini mereka tidak pernah sepelit hari ini, dan selama ini pula kalian tidak pernah memegang agama sekuat hari ini. Sebagaimana yang telah kalian rasakan dari keberkahan Nabi kalian, beliau telah menyerahkan urusan kalian kepada Maula (Allah) yang Maha Mencukupi, Yang mendapati diri beliau sebelumnya tersesat kemudian Dia memberi beliau petunjuk, mendapati beliau dalam keadaan miskin lalu Dia mencukupi beliau, Allah berfirman: {“Dan kamu telah berada di tepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya”}, (Ali Imran: 103).

Demi Allah akan kuperangi mereka sebagaimana Allah telah memerintahkannya hingga Dia memenuhi janjiNya dan menyempurnakan bagi kita perjanjianNya. Hingga ada diantara kita yang terbunuh dan akan dimasukkan ke dalam Surga, dan akan tersisa diantara kita orang-orang yang akan menjadi generasi penerus perjuangan sekaligus sebagai khalifah diatas muka bumi. Sesungguhnya ketentuan Allah adalah haq (benar adanya), dan janjiNya tidak akan Dia ingkari. Allah berfirman: {“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi”}”, (An-Nur: 55). Kemudian beliau turun dari mimbar.

Al-Hasan, Qatadah dan selainnya berkata dalam menafsirkan ayat: {“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka-pun mencintaiNya”}, (Al-Maidah: 54). Mereka berkata: “Maksud dari ayat ini yaitu Abu Bakar dan para sahabat ketika mereka berperang menumpas orang-orang yang murtad dan yang enggan membayar zakat”.

Al-Qasim bin Muhammad berkata setelah menceritakan kedatangan Bani Asad, Ghathafan dan Thayyi diatas, ia berkata: “Kemudian Abu Bakar menyuruh mereka untuk pulang ke kabilah masing-masing, mereka-pun pulang sambil membawa berita yang akan mereka sampaikan ke kabilah mereka masing-masing, berita tersebut adalah: bahwa penduduk kota Madinah jumlahnya sedikit (disebabkan keberangkatan pasukan Usamah) sambil berusaha meyakinkan mereka bahwa kota Madinah gampang direbut dan dikuasai.

Maka (dengan kehati-hatian, kewaspadaan yang tinggi, dan juga pandangan kedepan  terhadap gelagat mengkhawatirkan dari utusan ketiga suku tersebut) Abu Bakar segera mendirikan pos-pos keamanan di setiap perbatasan kota Madinah dan menerapkan situasi siaga satu dari ancaman serangan musuh yang datang dari luar Madinah, dan mewajibkan seluruh penduduk Madinah untuk menghadiri shalat jama’ah di masjid sembari berkata: “Sesungguhnya sekarang bumi ini dipenuhi orang kafir dan mereka melihat bahwa jumlah kalian sedikit, maka pastinya mereka akan menyerbu kalian di siang maupun malam hari, musuh yang paling dekat dengan kalian sekarang ini hanya sejauh satu barid (satu barid adalah 4 farsakh, dan satu farsakh adalah 3 mil. Maka bisa dikatakan bahwa satu barid adalah: 22,176 km). Mereka ingin agar kita membiarkan mereka dan menerima persyaratan mereka (untuk tidak membayar zakat). Namun secara tegas keinginan mereka kita tolak. Oleh karena itu bersiap-siaplah dan tetap bersiaga”.

Tak berapa lama kemudian (tepatnya setelah tiga hari) mereka datang menyerbu kota Madinah, sementara setengah dari pasukan mereka ditinggalkan di Dzi Husan bersiap-siap membantu mereka. Para penjaga keamanan yang ditugaskan oleh Abu Bakar melaporkan hal tersebut kepadanya. Maka beliau segera memerintahkan agar para penjaga tetap siaga di pos masing-masing, kemudian beliau keluar membawa seluruh jama’ah masjid untuk menyerbu musuh, maka seketika mereka lari kocar-kacir, sementara kaum muslimin berlari mengejar mereka dengan unta-unta yang mereka tunggangi, ketika mereka sampai di Dzi Husan pasukan yang disiapkan sebagai bala bantuan tadi balas menyerang, namun jumlah kaum muslimin terlampau banyak dan akhirnya mereka berhasil memenangkan pertempuran.

Inilah sedikit gambaran tentang perjuangan Abu Bakar bersama para sahabat dalam meredam salah satu cabang fitnah, dan bagaimanakah kisah mereka bersama orang-orang murtad?...

Insya Allah kisah tersebut akan saya bahas pada pekan depan, dan saya pikir cukup sekian dulu untuk pekan ini, dan semoga kisah diatas bisa bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin.

Was-Salam.   

 

  

0 comments:

Post a Comment