Bismillah…
Apa kabar teman-teman semua ?, semoga
semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa
di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga
akhir hayat.
Pada pekan yang lalu saya telah membahas
tentang pembai’atan Abu Bakar (Radhiyallahu Anhu) yang dilaksanakan
secara khusus di balai pertemuan kaum Anshar yang bernama: Tsaqifah Bani
Sa’idah, dan Insya Allah saya akan membahas pada pekan ini tentang peristiwa
apa saja yang terjadi setelah bai’at khusus tersebut. Apa saja
peristiwa-peristiwa tersebut?, apakah Abu Bakar benar-benar di bai’at pada
keesokan harinya oleh seluruh sahabat?, dan apa reaksi Sa’ad bin Ubadah ketika
mendengar khutbah Abu Bakar yang menjelaskan tentang keutamaan suku Quraisy?.
Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas maka mari kita
simak bersama-sama penjelasan berikut….
madinah zaman dulu, by: bincangsyariah.com. |
1). REAKSI SA’AD BIN UBADAH KETIKA MENDENGAR PIDATO ABU BAKAR DI TSAQIFAH BANI SA’IDAH.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa sahabat
Humaid bin Abdurrahman (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Ketika Rasulullah
wafat Abu Bakar masih di ujung kota
Madinah (di suatu tempat bernama Sanuh). Setelah mendengar berita wafatnya
Rasulullah ia segera kembali dan langsung menuju rumah ‘Aisyah, ketika masuk ia
menghampiri jasad Rasulullah dan kemudian membuka kain penutup wajah beliau
lalu menciumnya, sembari berkata: “Aku menebusmu dengan ayah dan ibuku,
alangkah harumnya wangimu sewaktu hidup dan sesudah mati, sesungguhnya Muhammad
(Shallallahu Alaihi Wa Sallam) benar-benar wafat, demi Rabb pemilik
Ka’bah”. Kemudian Humaid melanjutkan: “Maka berangkatlah Abu Bakar dan Umar
menuju balai pertemuan kaum Anshar. Kemudian Abu Bakar mulai berbicara mengenai
segala kebaikan kaum Anshar, tidaklah satu kebaikan-pun yang pernah di sebutkan
oleh Rasulullah mengenai (keutamaan) kaum Anshar kecuali ia sebutkan. Diantara
perkataannya: “Kalian mengetahui bahwa Rasulullah pernah bersabda: {“Andai
saja manusia menempuh suatu jalan di suatu lembah dan kaum Anshar menempuh
jalan yang lain maka pasti akan kutempuh jalan kaum Anshar”}, dan engkau
telah mengetahui wahai Sa’ad bahwa Rasulullah juga pernah bersabda: {“Sesungguhnya
kaum Quraisylah yang paling berhak menjadi pemimpin. Kebaikan manusia akan
mengikuti kebaikan yang ada pada mereka, dan kejelekan manusia akan mengikuti
pula kejelekan yang ada pada mereka”}. Maka Sa’ad berkata: “Engkau benar,
kami hanyalah Wazir (wakil dan menteri) dan kalianlah yang menjadi Amir
(pemimpin)”.
Ibnu Ishaq meriwayatkan (tentang peristiwa
apa yang terjadi setelah perkataan Abu Bakar dan komentar Sa’ad di atas) bahwa
Umar (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya
yang paling berhak menggantikan Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam)
adalah sahabatnya yang menyertainya dalam gua. Dialah Abu Bakar (Radhiyallahu
Anhu) yang selalu terdepan dan paling di utamakan. Kemudian segera kutarik
tangannya dan ternyata ada seorang Anshar yang lebih dahulu menariknya dan
membai’atnya sebelum aku sempat meraih tangannya. Setelah itu aku baru
membai’atnya dengan tanganku yang kemudian diikuti oleh orang ramai”.
Muhammad bin Sa’ad meriwayatkan bahwa
al-Qasim bin Muhammad menyebutkan nama orang Anshar tersebut, ia adalah: Basyir
bin Sa’ad, ayah dari an-Nukman bin Basyir (Radhiyallahu Anhuma).
BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 5}. PEMBAI'ATAN SECARA KHUSUS DI TSAQIFAH BANI SA'IDAH.
BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 7}. PEMBERANGKATAN EKSPEDISI PASUKAN USAMAH.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rafi ath-Tha’i berkata: “Abu Bakar berkata: “…Karena itulah (Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) memerintahkan kepadaku untuk menjadi imam) mereka membai’atku dan karena itu pula kuterima bai’at mereka atasku, sebab aku takut fitnah yang akan datang”. Fitnah yang beliau maksud adalah: murtadnya orang-orang Arab.
Setelah berbagai peristiwa yang mengiringi
bai’at khusus tersebut (yang terjadi di penghujung hari Senin), terbitlah
matahari baru dan juga hari yang sangat berbeda dari hari-hari yang telah di
lalui oleh para sahabat selama ini, itu semua di karenakan hari tersebut adalah
hari pertama ketika mereka semua tidak lagi didampingi oleh sang Nabi tercinta
dalam kehidupan mereka, hari itu adalah hari Selasa. Awal dari berbagai
peristiwa dan momen besar yang terjadi atas ummat Islam, dan momen pembuka dari
era tersebut adalah…
2). PELANTIKAN ABU BAKAR DI MASJID DAN
PIDATO PELANTIKANNYA.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Anas bin
Malik berkata: “Aku mendengar pidato terakhir Umar ketika duduk di mimbar satu
hari setelah Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) wafat (hari
Selasa), sementara Abu Bakar duduk dan diam. Umar berkata: “Aku berharap agar
Rasulullah di beri umur yang panjang hingga beliau-lah orang yang paling
terakhir diantara kita (wafat; maksudnya beliau ingin agar Rasulullah-lah yang
paling terakhir wafat setelah semua sahabat wafat) akan tetapi kini beliau
telah wafat, namun Allah telah memberikan kepada kita cahaya petunjuk
sebagaimana yang telah Ia berikan kepada Muhammad. Oleh karena itu maka Abu
Bakar adalah (yang paling mulia diantara kita karena dia adalah) sahabat
Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) ketika mereka berdua berada di
dalam gua, beliaulah yang paling pantas menjadi pemimpin atas segala urusan
kita, maka berdirilah dan bai’atlah dia”.
Az-Zuhri berkata: “Diriwayatkan dari Anas
bin Malik, bahwa beliau berkata: “Aku mendengar Umar berkata pada hari itu
kepada Abu Bakar: “Naiklah ke atas mimbar”, ia terus menuntutnya untuk naik ke
atas mimbar hingga Abu Bakar akhirnya bersedia naik ke atas mimbar dan dibai’at
oleh seluruh kaum muslimin”.
Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Anas bin Malik berkata: “Ketika Abu Bakar dibai’at di Tsaqifah, keesokan harinya ia duduk di atas mimbar sementara Umar berdiri di sampingnya memulai pembicaraan sebelum Abu Bakar berbicara. Umar mulai mengucapkan pujian kepada Allah sebagai Pemilik segala pujian dan sanjungan. Kemudian dia berkata: “Wahai saudara-saudara sekalian, aku telah mengatakan kepada kalian kemarin sebuah perkataan yang tidak kudapati dalam Kitabullah, dan tidak pula pernah di berikan oleh Rasulullah padaku. Aku berpikir bahwa pasti Rasulullah akan tetap hidup dan terus mengatur urusan kita (dan beliau tidak akan wafat kecuali setelah kita semua wafat), dan sungguh Allah telah meninggalkan untuk kita kitabNya yang telah membimbing Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), maka jika kita berpegang teguh dengannya maka Allah pasti akan membimbing kita sebagaimana Allah telah membimbing nabiNya. Dan sungguh Allah telah mengumpulkan seluruh urusan kita di bawah pimpinan orang terbaik diantara kita, ia adalah sahabat Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) dan ia juga yang telah menemani beliau ketika berada di dalam gua. Maka berdirilah kalian dan berikanlah bai’at kalian kepadanya”. Maka orang-orang segera membai’at Abu Bakar secara umum setelah sebelumnya di bai’at di Tsaqifah”.
Setelah di bai’at beliau mulai berpidato
setelah memuji Allah Sang Pemilik segala pujian: “Amma ba’du, wahai
sekalian manusia, sungguh aku hari ini telah dibai’at sebagai pemimpin kalian
dan pada asalnya aku bukanlah yang terbaik diantara kalian, maka oleh karena
itu jika aku berbuat kebaikan maka bantulah aku, dan jika aku berbuat kejelekan
maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, dan dusta adalah pengkhianatan.
Orang yang lemah diantara kalian adalah kuat di sisiku hingga aku berhasil
mengembalikan haknya kepadanya Insya Allah, dan orang yang kuat diantara kalian
adalah lemah di sisiku hingga aku berhasil mengambil darinya hak orang lain
yang telah di rampasnya Insya Allah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad
kecuali Allah pasti akan menimpakan kepada mereka kehinaan, dan tidaklah
perbuatan keji tersebar di tengah-tengah suatu kaum kecuali Allah pasti akan
mengadzab mereka semuanya. Taatilah aku selama aku masih menaati Allah dan
RasulNya, dan jika aku berma’siat dan tidak mematuhi Allah dan RasulNya maka
tidak ada kewajiban bagi kalian untuk taat kepadaku”.
Inilah pidato pelantikan Abu Bakar
ash-Shiddiq (Radhiyallahu Anhu), siapa saja yang memperhatikan khutbah
tersebut maka dia akan mendapati undang-undang yang paling sempurna dan paling
lengkap yang bisa di pakai untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara di
manapun dan di zaman apapun.
3). BAI’AT ALI DAN AZ-ZUBAIR (RADHIYALLAHU
ANHUMA) TERHADAP ABU BAKAR (RADHIYALLAHU ANHU).
Al-Hafidz al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Abu
Sa’id al-Khudri (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Ketika Rasulullah (Shallallahu
Alaihi Wa Sallam) wafat, orang-orang berkumpul di rumah Sa’ad bin Ubadah (Radhiyallahu
Anhu). Sementara diantara mereka hadir Umar dan Abu Bakar (Radhiyallahu
Anhuma). Maka berdirilah seseorang dari kalangan Anshar, ia berkata:
“Tahukah kalian bahwa Rasulullah dari golongan Muhajirin, dan penggantinya juga
harus dari kaum Muhajirin, sedangkan kami adalah penolong beliau sekaligus
penolong orang yang menggantikan posisinya”, maka berdirilah Umar dan berkata:
“Sesungguhnya pembicara kalian benar!, dan jika kalian katakan selain itu, maka
kami tidak akan membai’at kalian”. Lalu Umar meraih tangan Abu Bakar sembari
berkata: “Inilah pemimpin kalian, bai’atlah dia!”, maka Umar-pun membai’atnya
lalu diikuti oleh seluruh kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
(Akan tetapi pada saat pembai’atan tersebut
Ali dan az-Zubair tidak ikut di karenakan alasan yang telah di sampaikan oleh
Umar di dalam khutbahnya pada saat ia menjadi khalifah (khutbah tersebut telah
saya sebutkan di artikel pekan lalu)).
Setelah itu Abu Bakar naik ke atas mimbar, kemudian ia mencari az-Zubair diantara kaum muslimin namun tidak menemukannya. Maka ia perintahkan seseorang untuk memanggilnya, selang beberapa waktu kemudian datanglah az-Zubair, dan Abu Bakar langsung menanyainya, ia berkata: “Wahai pengawal dan sepupu Rasulullah, apakah kamu ingin memecah belah persatuan kaum muslimin?”, az-Zubair menjawab: “Janganlah engkau menghukumku wahai khalifah Rasulullah”. Az-Zubair pun segera berdiri dan membai’atnya. Kemudian Abu Bakar kembali memeriksa dan ia tidak menemukan Ali di tengah-tengah khalayak ramai, maka ia perintahkan seseorang untuk memanggilnya, selang beberapa waktu kemudian datanglah Ali, dan Abu Bakar-pun segera menanyainya: “Wahai sepupu Rasulullah dan menantunya, apakah engkau ingin memecah belah persatuan kaum muslimin?”. Ali menjawab: “Tidak, janganlah engkau menghukumku wahai khalifah Rasulullah”, maka Ali-pun segera membai’atnya”.
Dalam riwayat lain, Ali dan az-Zubair berkata: “Kami tidak merasa marah kecuali karena kami tidak diikutkan dalam musyawarah pemilihan kalian, tetapi kami tetap berpandangan bahwa Abu Bakar-lah yang paling pantas menjadi pemimpin, dialah orang yang menemani Rasulullah di dalam gua, kita telah mengetahui kemuliaan dan kebaikannya, dialah juga yang di perintahkan Rasulullah untuk menjadi imam shalat ketika Rasulullah hidup”.
Maka dengan ini kita bisa mengetahui bahwa
pembai’atan Abu Bakar bisa terlaksana dikarenakan kesepakatan bulat para
sahabat dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk memilih beliau menjadi
khalifah pertama kaum muslimin.
Inilah gambaran ringkas tentang pembai’atan
Abu Bakar yang dilaksanakan di masjid secara umum, semoga bisa bermanfaat untuk
kaum muslimin.
Saya pikir cukup sekian dulu untuk pekan
ini, dan sampai jumpa di pekan selanjutnya dengan tema: jasa-jasa Abu Bakar
kepada Islam dan kaum muslimin sepeninggal Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa
Sallam).
Was-salam.
0 comments:
Post a Comment