Friday, February 12, 2021

KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 6}. PEMBAI'ATAN SECARA UMUM DI MASJID NABAWI.

 Bismillah…

Apa kabar teman-teman semua ?, semoga semuanya selalu dalam perlindungan Allah (Azza Wa Jalla) dan senantiasa di beri keistiqomahan agar tetap berada di atas agama yang lurus (Islam) hingga akhir hayat.

Pada pekan yang lalu saya telah membahas tentang pembai’atan Abu Bakar (Radhiyallahu Anhu) yang dilaksanakan secara khusus di balai pertemuan kaum Anshar yang bernama: Tsaqifah Bani Sa’idah, dan Insya Allah saya akan membahas pada pekan ini tentang peristiwa apa saja yang terjadi setelah bai’at khusus tersebut. Apa saja peristiwa-peristiwa tersebut?, apakah Abu Bakar benar-benar di bai’at pada keesokan harinya oleh seluruh sahabat?, dan apa reaksi Sa’ad bin Ubadah ketika mendengar khutbah Abu Bakar yang menjelaskan tentang keutamaan suku Quraisy?. Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas maka mari kita simak bersama-sama penjelasan berikut…. 

madinah zaman dulu, by: bincangsyariah.com.

1). REAKSI SA’AD BIN UBADAH KETIKA MENDENGAR PIDATO ABU BAKAR DI TSAQIFAH BANI SA’IDAH.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa sahabat Humaid bin Abdurrahman (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Ketika Rasulullah wafat Abu Bakar masih di  ujung kota Madinah (di suatu tempat bernama Sanuh). Setelah mendengar berita wafatnya Rasulullah ia segera kembali dan langsung menuju rumah ‘Aisyah, ketika masuk ia menghampiri jasad Rasulullah dan kemudian membuka kain penutup wajah beliau lalu menciumnya, sembari berkata: “Aku menebusmu dengan ayah dan ibuku, alangkah harumnya wangimu sewaktu hidup dan sesudah mati, sesungguhnya Muhammad (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) benar-benar wafat, demi Rabb pemilik Ka’bah”. Kemudian Humaid melanjutkan: “Maka berangkatlah Abu Bakar dan Umar menuju balai pertemuan kaum Anshar. Kemudian Abu Bakar mulai berbicara mengenai segala kebaikan kaum Anshar, tidaklah satu kebaikan-pun yang pernah di sebutkan oleh Rasulullah mengenai (keutamaan) kaum Anshar kecuali ia sebutkan. Diantara perkataannya: “Kalian mengetahui bahwa Rasulullah pernah bersabda: {“Andai saja manusia menempuh suatu jalan di suatu lembah dan kaum Anshar menempuh jalan yang lain maka pasti akan kutempuh jalan kaum Anshar”}, dan engkau telah mengetahui wahai Sa’ad bahwa Rasulullah juga pernah bersabda: {“Sesungguhnya kaum Quraisylah yang paling berhak menjadi pemimpin. Kebaikan manusia akan mengikuti kebaikan yang ada pada mereka, dan kejelekan manusia akan mengikuti pula kejelekan yang ada pada mereka”}. Maka Sa’ad berkata: “Engkau benar, kami hanyalah Wazir (wakil dan menteri) dan kalianlah yang menjadi Amir (pemimpin)”.

Ibnu Ishaq meriwayatkan (tentang peristiwa apa yang terjadi setelah perkataan Abu Bakar dan komentar Sa’ad di atas) bahwa Umar (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya yang paling berhak menggantikan Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) adalah sahabatnya yang menyertainya dalam gua. Dialah Abu Bakar (Radhiyallahu Anhu) yang selalu terdepan dan paling di utamakan. Kemudian segera kutarik tangannya dan ternyata ada seorang Anshar yang lebih dahulu menariknya dan membai’atnya sebelum aku sempat meraih tangannya. Setelah itu aku baru membai’atnya dengan tanganku yang kemudian diikuti oleh orang ramai”.

Muhammad bin Sa’ad meriwayatkan bahwa al-Qasim bin Muhammad menyebutkan nama orang Anshar tersebut, ia adalah: Basyir bin Sa’ad, ayah dari an-Nukman bin Basyir (Radhiyallahu Anhuma).

BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 5}. PEMBAI'ATAN SECARA KHUSUS DI TSAQIFAH BANI SA'IDAH.

BACA JUGA: KISAH SANG (G.O.A.T) SEJATI, {BAG, 7}. PEMBERANGKATAN EKSPEDISI PASUKAN USAMAH.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rafi ath-Tha’i berkata: “Abu Bakar berkata: “…Karena itulah (Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) memerintahkan kepadaku untuk menjadi imam) mereka membai’atku dan karena itu pula kuterima bai’at mereka atasku, sebab aku takut fitnah yang akan datang”. Fitnah yang beliau maksud adalah: murtadnya orang-orang Arab.

Setelah berbagai peristiwa yang mengiringi bai’at khusus tersebut (yang terjadi di penghujung hari Senin), terbitlah matahari baru dan juga hari yang sangat berbeda dari hari-hari yang telah di lalui oleh para sahabat selama ini, itu semua di karenakan hari tersebut adalah hari pertama ketika mereka semua tidak lagi didampingi oleh sang Nabi tercinta dalam kehidupan mereka, hari itu adalah hari Selasa. Awal dari berbagai peristiwa dan momen besar yang terjadi atas ummat Islam, dan momen pembuka dari era tersebut adalah…

2). PELANTIKAN ABU BAKAR DI MASJID DAN PIDATO PELANTIKANNYA.

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Anas bin Malik berkata: “Aku mendengar pidato terakhir Umar ketika duduk di mimbar satu hari setelah Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) wafat (hari Selasa), sementara Abu Bakar duduk dan diam. Umar berkata: “Aku berharap agar Rasulullah di beri umur yang panjang hingga beliau-lah orang yang paling terakhir diantara kita (wafat; maksudnya beliau ingin agar Rasulullah-lah yang paling terakhir wafat setelah semua sahabat wafat) akan tetapi kini beliau telah wafat, namun Allah telah memberikan kepada kita cahaya petunjuk sebagaimana yang telah Ia berikan kepada Muhammad. Oleh karena itu maka Abu Bakar adalah (yang paling mulia diantara kita karena dia adalah) sahabat Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) ketika mereka berdua berada di dalam gua, beliaulah yang paling pantas menjadi pemimpin atas segala urusan kita, maka berdirilah dan bai’atlah dia”.

Az-Zuhri berkata: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa beliau berkata: “Aku mendengar Umar berkata pada hari itu kepada Abu Bakar: “Naiklah ke atas mimbar”, ia terus menuntutnya untuk naik ke atas mimbar hingga Abu Bakar akhirnya bersedia naik ke atas mimbar dan dibai’at oleh seluruh kaum muslimin”.

Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Anas bin Malik berkata: “Ketika Abu Bakar dibai’at di Tsaqifah, keesokan harinya ia duduk di atas mimbar sementara Umar berdiri di sampingnya memulai pembicaraan sebelum Abu Bakar berbicara. Umar mulai mengucapkan pujian kepada Allah sebagai Pemilik segala pujian dan sanjungan. Kemudian dia berkata: “Wahai saudara-saudara sekalian, aku telah mengatakan kepada kalian kemarin sebuah perkataan yang tidak kudapati dalam Kitabullah, dan tidak pula pernah di berikan oleh Rasulullah padaku. Aku berpikir bahwa pasti Rasulullah akan tetap hidup dan terus mengatur urusan kita (dan beliau tidak akan wafat kecuali setelah kita semua wafat), dan sungguh Allah telah meninggalkan untuk kita kitabNya yang telah membimbing Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam), maka jika kita berpegang teguh dengannya maka Allah pasti akan membimbing kita sebagaimana Allah telah membimbing nabiNya. Dan sungguh Allah telah mengumpulkan seluruh urusan kita di bawah pimpinan orang terbaik diantara kita, ia adalah sahabat Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) dan ia juga yang telah menemani beliau ketika berada di dalam gua. Maka berdirilah kalian dan berikanlah bai’at kalian kepadanya”. Maka orang-orang segera membai’at Abu Bakar secara umum setelah sebelumnya di bai’at di Tsaqifah”.

Setelah di bai’at beliau mulai berpidato setelah memuji Allah Sang Pemilik segala pujian: “Amma ba’du, wahai sekalian manusia, sungguh aku hari ini telah dibai’at sebagai pemimpin kalian dan pada asalnya aku bukanlah yang terbaik diantara kalian, maka oleh karena itu jika aku berbuat kebaikan maka bantulah aku, dan jika aku berbuat kejelekan maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, dan dusta adalah pengkhianatan. Orang yang lemah diantara kalian adalah kuat di sisiku hingga aku berhasil mengembalikan haknya kepadanya Insya Allah, dan orang yang kuat diantara kalian adalah lemah di sisiku hingga aku berhasil mengambil darinya hak orang lain yang telah di rampasnya Insya Allah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad kecuali Allah pasti akan menimpakan kepada mereka kehinaan, dan tidaklah perbuatan keji tersebar di tengah-tengah suatu kaum kecuali Allah pasti akan mengadzab mereka semuanya. Taatilah aku selama aku masih menaati Allah dan RasulNya, dan jika aku berma’siat dan tidak mematuhi Allah dan RasulNya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk taat kepadaku”.

Inilah pidato pelantikan Abu Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu Anhu), siapa saja yang memperhatikan khutbah tersebut maka dia akan mendapati undang-undang yang paling sempurna dan paling lengkap yang bisa di pakai untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara di manapun dan di zaman apapun.

3). BAI’AT ALI DAN AZ-ZUBAIR (RADHIYALLAHU ANHUMA) TERHADAP ABU BAKAR (RADHIYALLAHU ANHU).

Al-Hafidz al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Abu Sa’id al-Khudri (Radhiyallahu Anhu) berkata: “Ketika Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) wafat, orang-orang berkumpul di rumah Sa’ad bin Ubadah (Radhiyallahu Anhu). Sementara diantara mereka hadir Umar dan Abu Bakar (Radhiyallahu Anhuma). Maka berdirilah seseorang dari kalangan Anshar, ia berkata: “Tahukah kalian bahwa Rasulullah dari golongan Muhajirin, dan penggantinya juga harus dari kaum Muhajirin, sedangkan kami adalah penolong beliau sekaligus penolong orang yang menggantikan posisinya”, maka berdirilah Umar dan berkata: “Sesungguhnya pembicara kalian benar!, dan jika kalian katakan selain itu, maka kami tidak akan membai’at kalian”. Lalu Umar meraih tangan Abu Bakar sembari berkata: “Inilah pemimpin kalian, bai’atlah dia!”, maka Umar-pun membai’atnya lalu diikuti oleh seluruh kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

(Akan tetapi pada saat pembai’atan tersebut Ali dan az-Zubair tidak ikut di karenakan alasan yang telah di sampaikan oleh Umar di dalam khutbahnya pada saat ia menjadi khalifah (khutbah tersebut telah saya sebutkan di artikel pekan lalu)).

Setelah itu Abu Bakar naik ke atas mimbar, kemudian ia mencari az-Zubair diantara kaum muslimin namun tidak menemukannya. Maka ia perintahkan seseorang untuk memanggilnya, selang beberapa waktu kemudian datanglah az-Zubair, dan Abu Bakar langsung menanyainya, ia berkata: “Wahai pengawal dan sepupu Rasulullah, apakah kamu ingin memecah belah persatuan kaum muslimin?”, az-Zubair menjawab: “Janganlah engkau menghukumku wahai khalifah Rasulullah”. Az-Zubair pun segera berdiri dan membai’atnya. Kemudian Abu Bakar kembali memeriksa dan ia tidak menemukan Ali di tengah-tengah khalayak ramai, maka ia perintahkan seseorang untuk memanggilnya, selang beberapa waktu kemudian datanglah Ali, dan Abu Bakar-pun segera menanyainya: “Wahai sepupu Rasulullah dan menantunya, apakah engkau ingin memecah belah persatuan kaum muslimin?”. Ali menjawab: “Tidak, janganlah engkau menghukumku wahai khalifah Rasulullah”, maka Ali-pun segera membai’atnya”. 

Dalam riwayat lain, Ali dan az-Zubair berkata: “Kami tidak merasa marah kecuali karena kami tidak diikutkan dalam musyawarah pemilihan kalian, tetapi kami tetap berpandangan bahwa Abu Bakar-lah yang paling pantas menjadi pemimpin, dialah orang yang menemani Rasulullah di dalam gua, kita telah mengetahui kemuliaan dan kebaikannya, dialah juga yang di perintahkan Rasulullah untuk menjadi imam shalat ketika Rasulullah hidup”.

Maka dengan ini kita bisa mengetahui bahwa pembai’atan Abu Bakar bisa terlaksana dikarenakan kesepakatan bulat para sahabat dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk memilih beliau menjadi khalifah pertama kaum muslimin.

Inilah gambaran ringkas tentang pembai’atan Abu Bakar yang dilaksanakan di masjid secara umum, semoga bisa bermanfaat untuk kaum muslimin.

Saya pikir cukup sekian dulu untuk pekan ini, dan sampai jumpa di pekan selanjutnya dengan tema: jasa-jasa Abu Bakar kepada Islam dan kaum muslimin sepeninggal Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Sallam).

Was-salam. 

 

 

          

 

 

0 comments:

Post a Comment