Pemandangan Pantai di Sore Hari, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Imam Ibnu Katsir telah menyebutkan sebuah
hadits di dalam tafsirnya, hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, di
dalam hadits tersebut Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) mengkhabarkan
kepada para sahabat bahwa Tubba’ adalah seorang muslim. Di dalam hadits yang
lain juga beliau melarang para sahabat untuk menghinanya karena dia adalah
orang pertama yang melapisi Ka’bah dengan kain Kiswah.
Hadits-hadits ini tentunya sangat
berhubungan dengan cerita masuknya agama Yahudi ke Yaman, akan tetapi apa
sebenarnya yang menjadi penyebab dari pertemuan Abu Karib dengan agama Yahudi
ini?...
Abu Karib atau yang lebih familier di
kalangan sejarawan muslim dengan sebutan Tubba’ ini adalah orang yang mirip
dengan para pendahulunya, tentunya saya telah menyebutkan beberapa cerita
tentang para pendahulu Tubba’ yang gemar berpetualang ke negeri-negeri asing
dengan pasukannya pada artikel sebelum ini, begitu juga perihalnya dengan Tubba’
ia adalah seorang Tubba’ sekaligus petualang.
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 1).
SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 3).
Kisah petualangannya telah di sebutkan oleh
Ibnul Atsir di dalam kitabnya yang berjudul: Al-Kamil Fit-Tarikh. Sebelum masuk
ke cerita ada baiknya jika saya menyebutkan arti dari julukan Tubba’ itu
sendiri, berkata as-Suhailiy: “Arti Tubba’ dalam bahasa Yaman adalah: seorang
raja yang di ta’ati, al-Mas’udi berkata: ‘Seorang raja tidak akan di sebut
sebagai Tubba’ hingga ia menguasai Yaman, Syihr dan Hadramaut’”.
Sekarang mari kita menyimak kisah
petualangan Tubba’, berkata Ibnul Atsir: “Tubba’ ini hidup satu zaman dengan
raja Persia yang bernama Bisytasb dan Ardsyir Bahman bin Isfandiyar bin
Bisytasb, orang ini keluar dari Yaman mengikuti jalur yang di buat oleh
ar-Raisy (kakeknya, berkata as-Suhailiy mengenai ar-Raisy ini: ‘Dan Tubba’ yang
pertama bernama al-Harits ar-Raisy’) hingga ia sampai di gunung Thayyi’,
kemudian ia melanjutkan perjalanannya kembali dengan maksud menuju daerah
al-Anbar, akan tetapi ketika ia sampai ke daerah yang nantinya akan di namai
al-Hirah, malam pun masuk dan ia menjadi bingung (karena gelapnya malam)
akhirnya ia memutuskan untuk bermalam di tempat itu, dan tempat itupun di namai
dengan al-Hirah (bingung).
Ketika fajar menyingsing dan ia bersiap
untuk melanjutkan perjalanan, ia memutuskan untuk meninggalkan anak keturunan
Azd, Lakhm, Judzam, ‘Amilah dan Qudha’ah di sana dengan tujuan agar mereka
mendirikan kota di tempat tersebut. Pada asalnya kelima suku tersebutlah yang
mendominasi tempat al-Hirah hingga akhirnya bergabung bersama mereka suku-suku
Arab Thayyi’, Kalb, as-Sakun, Balharts bin Ka’b dan Iyad.
Kemudian Tubba’ Abu Karib melanjutkan
perjalanannya hingga ia sampai di daerah al-Maushil, dan ia bergerak lagi
hingga sampai di Azribeijan, di tempat itu ia berjumpa dengan suku Turki dan
keduanya saling menyerang dan Tubba’ berhasil mengalahkan mereka, ia membantai
seluruh pasukan Turki yang ikut menyerangnya, menawan keluarga dan anak-anak
mereka (hal ini terjadi sebelum masuknya ia ke agama Yahudi), setelah
menyelesaikan urusannya dengan suku tersebut ia-pun kembali ke Yaman. Kabar kemenangannya
ini tersebar dengan sangat cepat ke seluruh pelosok dunia, dan ia berhasil
mengangkat nama dan pamornya, raja-raja di seluruh penjuru dunia segan dan
takut padanya, mereka pun berlomba-lomba mengirimkan hadiah dan ucapan selamat
kepadanya.
Diantara raja-raja yang mengiriminya hadiah
adalah raja India, raja tersebut mengiriminya peti-peti yang berisi kain
sutera, berbagai macam wewangian, kayu-kayu manis, juga rempah-rempah dan
seluruh kekayaan alam India. Ketika melihat berbagai macam barang tersebut
ia-pun takjub karena ia sendiri belum pernah melihat barang yang semisal dengan
barang-barang ini.
Ia-pun bertanya kepada sang utusan: “Semua hadiah
ini datang dari negeri kalian?”.
Sang utusan menjawab: “Sebenarnya sebagian
besar dari hadiah ini kami ambil dari negeri China”, sang utusan melanjutkan jawabannya
dengan menjelaskan perihal negeri China.
Ketika mendengar penjelasan tersebut ia
bersumpah akan pergi dan memerangi negeri China hingga penduduknya tunduk
kepadanya.
Akhirnya ia berangkat bersama orang-orang
Himyar hingga mereka sampai ke sebuah daerah yang dihuni oleh orang-orang yang
memakai kopiah-kopiah hitam, ia berdiam diri di tempat tersebut dan sebagai
gantinya ia mengutus salah satu komandannya untuk melanjutkan ekspedisi ke
negeri China, orang ini bernama Tsabit. Tsabit berangkat dengan pasukan yang
sangat besar, ketika akhirnya peperangan berkecamuk antara dia dengan
orang-orang China, Tsabit terluka karena dahsyatnya peperangan. Tubba’ yang
mendengar kabar ini langsung bergerak bersama pasukannya yang tersisa untuk
membantu Tsabit, ia-pun berhasil mengalahkan orang-orang China dan merampas
semua yang dia lewati dan dapati di negeri tersebut. Waktu yang di habiskan
olehnya dalam perjalanan ini adalah kurang lebih 7 tahun.
Dalam perjalanan pulang ia meninggalkan di
daerah Tubbat (sebuah daerah yang berada di negeri suku-suku Turki, dan
berbatasan dengan negeri India, ada juga yang mengatakan bahwa daerah ini
berbatasan pula dengan negeri China) 12,000 pasukan berkuda dari Himyar, mereka
inilah yang nantinya menjadi penduduk Tubbat”.
Ibnul Atsir melanjutkan: “Seperti inilah
kisah yang kami dapatkan, dan banyak dari sejarawan yang menyelisihi kisah ini,
akan tetapi sebenarnya mereka semua pun saling berbeda pendapat mengenai kisah
ini, sebagian ada yang menganggap cerita penutup sebagai pembuka begitu pula
sebaliknya, maka kita tidak bisa mendapatkan banyak faidah (dari cerita
perjalanan dan petualangan Tubba’ ini), akan tetapi tujuan kami adalah
menyampaikan apa yang kami dengar mengenai kisah ini secara ringkas”.
Berkata Ibnu Ishaq: “Tubba’ mengambil jalur
yang melewati Madinah ketika ia pulang dari ekspedisinya di negeri-negeri timur…”.
Cerita akan berlanjut di artikel
selanjutnya, Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment