Monday, June 14, 2021

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DAN ASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 2).

 

Pemandangan Pantai di Sore Hari, Gambar diambil dari Pixabay.com.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Imam Ibnu Katsir telah menyebutkan sebuah hadits di dalam tafsirnya, hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, di dalam hadits tersebut Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) mengkhabarkan kepada para sahabat bahwa Tubba’ adalah seorang muslim. Di dalam hadits yang lain juga beliau melarang para sahabat untuk menghinanya karena dia adalah orang pertama yang melapisi Ka’bah dengan kain Kiswah.

Hadits-hadits ini tentunya sangat berhubungan dengan cerita masuknya agama Yahudi ke Yaman, akan tetapi apa sebenarnya yang menjadi penyebab dari pertemuan Abu Karib dengan agama Yahudi ini?...

Abu Karib atau yang lebih familier di kalangan sejarawan muslim dengan sebutan Tubba’ ini adalah orang yang mirip dengan para pendahulunya, tentunya saya telah menyebutkan beberapa cerita tentang para pendahulu Tubba’ yang gemar berpetualang ke negeri-negeri asing dengan pasukannya pada artikel sebelum ini, begitu juga perihalnya dengan Tubba’ ia adalah seorang Tubba’ sekaligus petualang.

BACA JUGA:

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 1).

SEJARAH YAMAN: KISAH ABU KARIB TUBBAN DANASAL-USUL MASUKNYA AGAMA YAHUDI KE YAMAN (BAG, 3).

Kisah petualangannya telah di sebutkan oleh Ibnul Atsir di dalam kitabnya yang berjudul: Al-Kamil Fit-Tarikh. Sebelum masuk ke cerita ada baiknya jika saya menyebutkan arti dari julukan Tubba’ itu sendiri, berkata as-Suhailiy: “Arti Tubba’ dalam bahasa Yaman adalah: seorang raja yang di ta’ati, al-Mas’udi berkata: ‘Seorang raja tidak akan di sebut sebagai Tubba’ hingga ia menguasai Yaman, Syihr dan Hadramaut’”.

Sekarang mari kita menyimak kisah petualangan Tubba’, berkata Ibnul Atsir: “Tubba’ ini hidup satu zaman dengan raja Persia yang bernama Bisytasb dan Ardsyir Bahman bin Isfandiyar bin Bisytasb, orang ini keluar dari Yaman mengikuti jalur yang di buat oleh ar-Raisy (kakeknya, berkata as-Suhailiy mengenai ar-Raisy ini: ‘Dan Tubba’ yang pertama bernama al-Harits ar-Raisy’) hingga ia sampai di gunung Thayyi’, kemudian ia melanjutkan perjalanannya kembali dengan maksud menuju daerah al-Anbar, akan tetapi ketika ia sampai ke daerah yang nantinya akan di namai al-Hirah, malam pun masuk dan ia menjadi bingung (karena gelapnya malam) akhirnya ia memutuskan untuk bermalam di tempat itu, dan tempat itupun di namai dengan al-Hirah (bingung).

Ketika fajar menyingsing dan ia bersiap untuk melanjutkan perjalanan, ia memutuskan untuk meninggalkan anak keturunan Azd, Lakhm, Judzam, ‘Amilah dan Qudha’ah di sana dengan tujuan agar mereka mendirikan kota di tempat tersebut. Pada asalnya kelima suku tersebutlah yang mendominasi tempat al-Hirah hingga akhirnya bergabung bersama mereka suku-suku Arab Thayyi’, Kalb, as-Sakun, Balharts bin Ka’b dan Iyad.

Kemudian Tubba’ Abu Karib melanjutkan perjalanannya hingga ia sampai di daerah al-Maushil, dan ia bergerak lagi hingga sampai di Azribeijan, di tempat itu ia berjumpa dengan suku Turki dan keduanya saling menyerang dan Tubba’ berhasil mengalahkan mereka, ia membantai seluruh pasukan Turki yang ikut menyerangnya, menawan keluarga dan anak-anak mereka (hal ini terjadi sebelum masuknya ia ke agama Yahudi), setelah menyelesaikan urusannya dengan suku tersebut ia-pun kembali ke Yaman. Kabar kemenangannya ini tersebar dengan sangat cepat ke seluruh pelosok dunia, dan ia berhasil mengangkat nama dan pamornya, raja-raja di seluruh penjuru dunia segan dan takut padanya, mereka pun berlomba-lomba mengirimkan hadiah dan ucapan selamat kepadanya.

Diantara raja-raja yang mengiriminya hadiah adalah raja India, raja tersebut mengiriminya peti-peti yang berisi kain sutera, berbagai macam wewangian, kayu-kayu manis, juga rempah-rempah dan seluruh kekayaan alam India. Ketika melihat berbagai macam barang tersebut ia-pun takjub karena ia sendiri belum pernah melihat barang yang semisal dengan barang-barang ini.

Ia-pun bertanya kepada sang utusan: “Semua hadiah ini datang dari negeri kalian?”.

Sang utusan menjawab: “Sebenarnya sebagian besar dari hadiah ini kami ambil dari negeri China”, sang utusan melanjutkan jawabannya dengan menjelaskan perihal negeri China.

Ketika mendengar penjelasan tersebut ia bersumpah akan pergi dan memerangi negeri China hingga penduduknya tunduk kepadanya.

Akhirnya ia berangkat bersama orang-orang Himyar hingga mereka sampai ke sebuah daerah yang dihuni oleh orang-orang yang memakai kopiah-kopiah hitam, ia berdiam diri di tempat tersebut dan sebagai gantinya ia mengutus salah satu komandannya untuk melanjutkan ekspedisi ke negeri China, orang ini bernama Tsabit. Tsabit berangkat dengan pasukan yang sangat besar, ketika akhirnya peperangan berkecamuk antara dia dengan orang-orang China, Tsabit terluka karena dahsyatnya peperangan. Tubba’ yang mendengar kabar ini langsung bergerak bersama pasukannya yang tersisa untuk membantu Tsabit, ia-pun berhasil mengalahkan orang-orang China dan merampas semua yang dia lewati dan dapati di negeri tersebut. Waktu yang di habiskan olehnya dalam perjalanan ini adalah kurang lebih 7 tahun.

Dalam perjalanan pulang ia meninggalkan di daerah Tubbat (sebuah daerah yang berada di negeri suku-suku Turki, dan berbatasan dengan negeri India, ada juga yang mengatakan bahwa daerah ini berbatasan pula dengan negeri China) 12,000 pasukan berkuda dari Himyar, mereka inilah yang nantinya menjadi penduduk Tubbat”.

Ibnul Atsir melanjutkan: “Seperti inilah kisah yang kami dapatkan, dan banyak dari sejarawan yang menyelisihi kisah ini, akan tetapi sebenarnya mereka semua pun saling berbeda pendapat mengenai kisah ini, sebagian ada yang menganggap cerita penutup sebagai pembuka begitu pula sebaliknya, maka kita tidak bisa mendapatkan banyak faidah (dari cerita perjalanan dan petualangan Tubba’ ini), akan tetapi tujuan kami adalah menyampaikan apa yang kami dengar mengenai kisah ini secara ringkas”.

Berkata Ibnu Ishaq: “Tubba’ mengambil jalur yang melewati Madinah ketika ia pulang dari ekspedisinya di negeri-negeri timur…”.

Cerita akan berlanjut di artikel selanjutnya, Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

0 comments:

Post a Comment