Sunday, November 28, 2021

AWAL-MULA KEMUNCULAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB (BAG, 2).

 

Gambar oleh jplenio dari Pixabay.

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menuliskan kisah mengenai perjalanan hidup singkat seorang tangan kanan Musailamah al-Kadzdzab yang bernama ar-Rihal bin ‘Unfuwwah.

Perjalanan hidup singkat yang dimulai di tahun 9 hijriyyah disaat dia dan beberapa orang dari kaumnya suku Bani Hanifah mendatangi kota Madinah dengan tujuan yang teramat mulia, yakni mempelajari agama Islam langsung dari Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Akan tetapi rupanya takdir Allah (‘Azza Wa Jalla) berkata lain, dimana Allah (‘Azza Wa Jalla) Mempertemukan kembali orang ini dengan Musailamah di kesempatan dan keadaan yang berbeda, mereka bertemu kembali disaat Musailamah mengumumkan kenabian palsunya, dan semenjak hari ketika mereka berdua bertemu itulah, ar-Rihal murtad dan mengikuti ajaran sesat Musailamah.

Dan pada artikel kali ini, Insya Allah saya akan melanjutkan kisah mengenai awal-mula kemunculan Musailamah yang sempat tertunda penyampaiannya di artikel yang lalu.

Kisahnya sebagaimana berikut…

BACA JUGA:

KISAH AR-RIHAL BIN ‘UNFUWWAH, SANG TANGAN KANAN MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

UPAYA PENYERANGAN IKRIMAH (RADHIYALLAHU ‘ANHU) TERHADAP MUSAILAMAH AL-KADZDZAB.

Imam al-Muthahhir al-Maqdisiy (Rahimahullah) berkata: “…Maka setelah seseorang yang bernama ar-Rihal bin ‘Unfuwwah mendukung pernyataannya (yakni pernyataan Musailamah bahwa dirinya telah diangkat menjadi Nabi) sekaligus bersaksi bahwa dia adalah seorang Nabi, orang-orang Bani Hanifah pun mulai terfitnah dengan ajaran sesat sekaligus penipuan yang dilancarkan oleh Musailamah.

Semakin bertambah banyaknya pengikut yang dimilikinya, Musailamah pun memutuskan untuk menulis sebuah surat kepada Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Dimana dalam suratnya tersebut dia berkata: ‘Kepada Muhammad utusan Allah, dari Musailamah utusan Allah. Semoga kedamaian selalu menyertaimu. Amma ba’du…

Sesungguhnya aku telah dijadikan sekutu (dan pembantu) bagimu di dalam perkara (kenabian) ini (pernyataannya ini dia nyatakan setelah mendengar persaksian palsu yang diberikan oleh ar-Rihal kepadanya, dimana ar-Rihal memberikan kesaksian palsu kepadanya demi mendapatkan harta benda, bahwa Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) telah mengangkatnya menjadi sekutunya dalam perkara kenabian).

Dan oleh karenanya, maka kami (suku Bani Hanifah) menguasai setengah dari jazirah arab, dan kalian (suku Quraisy) menguasai setengahnya yang lain. Akan tetapi orang-orang Quraisy telah berbuat melampaui batas’.

(karena pada saat itu, Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) dan para sahabat secara umum, baik itu yang berasal dari suku Quraisy maupun yang berasal dari kaum Anshar ataupun yang berasal dari suku-suku lainnya, telah dikaruniai kekuasaan atas jazirah arab secara keseluruhan oleh Allah (‘Azza Wa Jalla) karena ketaatan mereka kepadaNya dan kepada NabiNya. Adapun Musailamah dan sukunya, karena mereka hanyalah sekelompok orang yang mengikuti ajaran sesat seorang penipu, maka mustahil Allah (‘Azza Wa Jalla) Memberikan kekuasaan atas jazirah arab kepada mereka. Dan karena mereka tidak mendapat bagian, maka mereka terkhusus Musailamah iri kepada Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) dan kaum muslimin secara umum, dan keirian mereka inilah yang menyebabkan Musailamah menuliskan perkataannya dalam suratnya diatas).

Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sendiri segera membalas suratnya dengan berkata: {“Dari Muhammad utusan Allah, kepada Musailamah sang pembohong. Sungguh keselamatan hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk (Islam). Amma ba’du…

Sesungguhnya Bumi ini adalah milik Allah, yang akan Dia Wariskan kepada siapa saja yang Dia Kehendaki. Dan akhir yang baik akan selalu menjadi milik orang yang bertakwa”}.

(Walaupun maksud dari surat Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) ini sudah teramat jelas, yakni untuk memutuskan harapan Musailamah yang ingin menguasai jazirah arab sebagaimana kaum muslimin menguasainya) akan tetapi dengan kebodohannya, Musailamah memahami bahwa surat balasan ini berisi penegasan dari Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), bahwa dirinyalah yang akan naik menjadi seorang Nabi sepeninggal beliau.

(Dan sejak kedatangan surat itulah, khayalan-khayalan Musailamah semakin menjadi-jadi).

Dimana Musailamah juga mengklaim bahwa malaikat Jibril telah mendatanginya dan memberikan wahyu Allah (‘Azza Wa Jalla) kepadanya.

Diantara bait syair buatannya yang dia klaim sebagai wahyu adalah:

Pujilah nama Rabbmu Yang Maha Besar…

Yang telah Menaruh janin di perut seorang wanita hamil…

Untuk kemudian Dia Mengeluarkan darinya seorang manusia yang sempurna…

Dari antara usus-usus yang basah…

Maka diantara bayi-bayi itu ada yang meninggal kemudian ditimbun di dalam tanah…

Dan diantaranya juga ada yang tetap hidup hingga waktu yang telah ditetapkan…

Dan Allah Maha Mengetahui segala yang disembunyikan…’.

Dan masih ada beberapa bait syair lainnya (yang rata-rata susunan kalimatnya ataupun kalimat itu sendiri, dia curi dari susunan kalimat al-Qur’an al-Karim. Sungguh Musailamah hanyalah seorang pembohong lagi tidak mempunyai kreativitas).

Dan ketika Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) wafat, Khalid bin Walid (Radhiyallahu ‘Anhu) bersama pasukannya pun mendatanginya (untuk membungkam mulutnya untuk selama-lamanya)…”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Inilah sedikit kisah mengenai awal-mula kemunculan Musailamah. Dan Insya Allah pada artikel selanjutnya, saya akan melanjutkan kisah mengenai Khalid dan pasukannya yang bergerak menuju negeri Yamamah demi menumpas gerakan kemurtadan Musailamah dan pengikutnya.

Was-Salam.

   

 

  

 

 

 

0 comments:

Post a Comment