Hujan Badai, Gambar diambil dari Pixabay.com. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Pada artikel yang lalu, saya telah
menuliskan kisah perihal Dzu Jadan raja Himyar yang terakhir, siapa namanya?,
apa maksud dari julukannya?, dan bagaimana nasibnya setelah bertemu dengan
orang-orang Habasyah?...
Dan pada artikel kali ini dan juga
artikel-artikel selanjutnya, Insya Allah saya akan menjelaskan perihal apa saja
yang diperbuat oleh orang-orang Habasyah di negeri Yaman, bagaimana gerangan
akhir dari masa kekuasaan mereka di negeri tersebut?, dan apa saja penyebab
yang menyebabkan kekuasaan mereka sirna di negeri Yaman untuk selama-lamanya…
BACA JUGA:
SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 5).
SEJARAH YAMAN: KISAH DAUS DZU TSA’LABAN,ABRAHAH DAN PASUKAN BERGAJAH (BAG, 7).
Akan tetapi sebelum masuk ke pembahasan,
saya ingin menjelaskan terlebih dahulu mengenai “Siapakah Abrahah?”, yang
dimana tentunya Abrahah adalah tokoh penting sekaligus yang paling terkenal
jika kita bercerita mengenai kekuasaan orang-orang Habasyah atas tanah Yaman. Dan
juga karena di zamannya-lah peristiwa bergeraknya pasukan bergajah menuju
Makkah demi menghancurkan Ka’bah terjadi…
Penjelasan mengenai sosok Abrahah ini saya
ambil dari buku karangan imam as-Suhailiy (Rahimahullah) yang berjudul ar-Raudhul
Unuf, penjelasan beliau mengenai sosok Abrahah sebagai berikut…
Berkata as-Suhailiy: “Kata Abrahah sendiri dalam
bahasa orang-orang Habasyah memiliki arti: seseorang yang memiliki kulit wajah
yang putih (dimana hal ini bertentangan dengan mayoritas rakyat Habasyah yang
memiliki kulit wajah berwarna hitam).
Arti kata “Abrahah” menurut bahasa Habasyah
ini secara tidak langsung memberikan bukti yang sangat kuat kepada sekelompok
orang yang berpendapat bahwa: “Abrahah” yang dimaksud di dalam cerita-cerita
mengenai kedatangan orang-orang Habasyah ke tanah Yaman adalah “Abrahah” yang
bernama Abrahah bin ash-Shabah al-Himyariy!, dan bukan “Abrahah” yang bernama
Abu Yaksum al-Habasyi”.
(yakni yang dimaksudkan dari perkataan ini
adalah: jika kita lebih mengedepankan artian kata “Abrahah” menurut bahasa Habasyah
diatas, maka secara tidak langsung kita telah percaya bahwa orang yang datang
dari negeri Habasyah bersama Aryath sembari membawa 70.000 pasukan demi
menumpas Dzu Nuwas dan membunuh sepertiga kaum lelaki, menawan sepertiga kaum
wanita dan anak-anak Yaman, juga menghancurkan sepertiga dari lambang
kemakmuran dan kebesaran kekaisaran Yaman kuno adalah seseorang yang memiliki
darah Yaman dan bukannya seseorang yang memiliki darah Habasyah, yang pastinya
akan sangat masuk akal jika orang yang melakukan segala perbuatan diatas kepada
rakyat Yaman adalah seseorang dari keturunan Habasyah, karena dia sama sekali
tidak memiliki ikatan apapun dengan rakyat Yaman, akan tetapi bagaimana jika
yang melakukan semua perbuatan diatas terhadap rakyat Yaman adalah seseorang
dari rakyat Yaman sendiri?, dan dia sama sekali tidak mengingkari perbuatan
tersebut?...).
As-Suhailiy melanjutkan perkataannya dengan
menjelaskan mengenai sebab kedua yang menyebabkan sebagian orang tetap
bersikeras menganggap bahwa Abrahah yang dimaksud sebagai tangan kanan Aryath
ketika menumpas rakyat Yaman, adalah Abrahah yang memiliki darah Yaman dan
bukannya darah Habasyah, beliau berkata: “Dan bahwa konon masyarakat Habasyah
memiliki seorang gubernur yang mereka taruh di Yaman, gubernur ini bernama
Abrahah bin ash-Shabah al-Himyariy”.
As-Suhailiy berkata: “Semua dalih ini
disampaikan oleh Ibnu Sallam di dalam tafsirnya”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Adapun syaikh Abdurrahman al-Wakil berkata ketika
memberikan catatan kaki kepada penjelasan imam as-Suhailiy diatas: “(Abrahah
bin ash-Shabah adalah) Abrahah bin ash-Shabah bin Lahi’ah bin Syaibah bin
Mudatstsir.
Abrahah bin ash-Shabah ini diberi julukan
Dzu al-Manar ibn ash-Sha’b, akan tetapi bagaimanapun juga mayoritas ulama dan
sejarawan berpendapat bahwa Abrahah yang dimaksud dalam kisah ini bukanlah
Abrahah bin ash-Shabah melainkan Abrahah Abu Yaksum al-Habasyi (dari Habasyah
(Etiopia))”.
Kemudian setelah menjelaskan mengenai pendapat
sebagian orang mengenai sosok Abrahah, apakah dia keturunan Yaman ataukah
keturunan Habasyah…
As-Suhailiy melanjutkan pembahasannya
mengenai sebab dan asal-usul yang menyebabkan adanya percekcokan yang terjadi
antara Aryath dengan Abrahah, yang dimana pada akhirnya Abrahah (yang pada
asalnya adalah orang nomor dua) berhasil menguasai Yaman secara keseluruhan
setelah membunuh Aryath.
Setelah itu beliau melanjutkan dengan kisah
kemarahan Najasyi terhadap Abrahah, dan permohonan ampun Abrahah kepadanya
hingga kisah mengenai kunjungan seseorang yang bernama Saif bin Dzi Yazin ke
istana Kisra raja Persia demi meminta bantuannya untuk menumpas sekaligus
mengusir keluar orang-orang Habasyah dari negeri Yaman. Insya Allah cerita
mengenai itu semua akan saya mulai di artikel yang akan datang. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment