Gambar oleh Sorbyphoto dari Pixabay. |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Berkata Ibnu Ishaq: “…Dan ats-Tsamir
sendiri (yakni ayah Abdullah) mengira bahwa anaknya setiap hari pergi ke
kediaman tukang sihir bersama pemuda-pemuda yang lain.
Adapun Abdullah ketika ia melihat bahwa
Faimiyyun tetap bersikeras menyembunyikan nama Allah (‘Azza Wa Jalla)
yang paling agung tersebut darinya, dan tetap pada keyakinannya bahwa Abdullah
belum cukup kuat untuk memikul nama tersebut diatas pundaknya. Abdullah-pun
berinisiatif untuk mencari nama tersebut dengan caranya sendiri.
BACA JUGA:
KISAH ABDULLAH MURID FAIMIYYUN DAN ASHHABUL UKHDUD (BAG, 1).
KISAH ABDULLAH MURID FAIMIYYUN DAN ASHHABUL UKHDUD (BAG, 3).
Cara yang dimaksud adalah bahwa Abdullah
suatu hari keluar dari kemah tersebut dan pergi untuk mengumpulkan gelas-gelas
kecil hingga jumlahnya menyamai jumlah dari nama-nama Allah (‘Azza Wa Jalla),
setelah itu ia-pun menyalakan sebuah api yang sangat besar yang kiranya api sebesar
itu mampu melahap semua gelas tadi hingga habis.
Setelah api menyala Abdullah-pun menuliskan
pada setiap gelas satu dari nama-nama Allah (‘Azza Wa Jalla) hingga
semua gelas tersebut masing-masing tertuliskan sebuah nama, setelah itu ia-pun
melemparkan satu persatu gelas tadi ke dalam api hingga tidak tersisa kecuali
gelas yang tertuliskan nama Allah (‘Azza Wa Jalla) yang paling agung
disisinya, kemudian ketika ia melemparkan gelas tersebut ke dalam api, secara
tiba-tiba gelas tersebut kembali keluar dalam keadaan tidak tersentuh nyala api
sedikitpun.
Melihat kejadian ini, tahulah Abdullah
bahwa nama yang tertuliskan disisi gelas tersebut adalah benar-benar nama Allah
(‘Azza Wa Jalla) yang paling agung, maka ia mengambil gelas tadi dan
membawanya ke kemah Faimiyyun, dan ketika ia telah sampai di kemah tersebut
ia-pun segera memberitahu Faimiyyun bahwa ia telah mengetahui nama Allah (‘Azza
Wa Jalla) yang paling agung yang selama ini dia sembunyikan darinya.
Faimiyyun berkata padanya: “Jika benar
engkau telah mengetahuinya, maka beritahukan padaku perihal nama yang engkau
dapat tersebut!”.
Abdullah menjawab: “Nama tersebut adalah
begini dan begitu (Ibnu Ishaq begitu juga as-Suhailiy, Ibnul Atsir dan Ibnu Jarir
tidak ada diantara mereka yang menyebutkan nama tersebut di bukunya
masing-masing, dan mereka semua hanya menuliskan jawaban Abdullah sebagaimana
yang saya tuliskan diatas)”.
Faimiyyun kembali bertanya: “Lalu bagaimana
caramu mengetahuinya?”.
Abdullah menjawab dengan memberitahunya
perihal apa yang dilakukannya terhadap gelas-gelas yang tertuliskan nama-nama Allah
(‘Azza Wa Jalla) disisinya persis sebagaimana yang telah di sebutkan
diatas.
Faimiyyun-pun berkata setelah mendengar
penjelasan Abdullah: “Baiklah wahai anak saudaraku!, jikalau memang betul itu
yang engkau lakukan demi mengetahui nama tersebut, maka sungguh engkau telah
mengetahuinya sekarang, dan bagimu sekarang adalah senantiasa menjaga
hak-haknya dan selalu tahanlah dirimu agar jangan sampai engkau berbuat
semena-mena kepada orang lain dengan memakai nama tersebut!”.
Maka semenjak hari itu setiap kali Abdullah
masuk ke negeri Najran dan ditengah jalan ia berjumpa dengan seseorang yang
sedang tertimpa musibah, ia akan berhenti disisi orang tersebut dan berkata
padanya: “Wahai hamba Allah!, maukah engkau mengesakan dan mentauhidkan Allah
sekaligus memeluk agamaku, dan sebagai gantinya aku akan berdo’a kepada Allah
agar Ia berkenan membebaskanmu dari musibah yang menimpamu saat ini?”.
Jika orang tersebut menjawab: “Baiklah”,
dan setelah itu ia segera memeluk agama Nashrani dan mentauhidkan Allah, maka
Abdullah akan berdo’a pada saat itu juga agar Allah membebaskan orang tersebut
dari musibah yang menimpanya, dan seketika Allah mengabulkan do’anya dan orang
tersebut benar-benar terbebas dari segala musibah yang melilitnya sebelum itu hingga
seakan-akan ia tidak pernah tertimpa musibah sedikitpun.
Kejadian ini terus terulang setiap harinya,
karena pasti setiap hari ada orang yang ditimpa musibah, dan setiap kali itu
pula orang-orang yang memeluk agama Nashrani semakin bertambah dari hari
kehari, begitu juga orang yang dido’akan kesembuhan oleh Abdullah dan kemudian
sembuh.
Maka tentu saja hal ini-pun akhirnya
menjadi rahasia umum dikalangan masyarakat Najran, hingga suatu hari apa yang
dilakukan Abdullah ini akhirnya sampai ke telinga raja.
Sang raja sendiri sangat geram ketika
mendengar bahwa sebagian besar rakyatnya telah berpindah keyakinan dari
keyakinan mereka semula yakni menyembah patung dan berhala menuju keyakinan
yang benar-benar baru yakni hanya menyembah Allah (‘Azza Wa Jalla) satu-satunya
Tuhan yang berhak disembah.
Maka sang raja-pun memanggil Abdullah ke
istana demi mengadakan sedikit perbincangan mengenai keyakinan baru ini…”.
Apa yang akan dilakukan oleh raja akan saya
sampaikan di artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment