Thursday, September 2, 2021

KEISLAMAN SUKU-SUKU YAMAN (BAG, 3).

 

Gambar oleh Rajesh Balouria dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Kali ini saya akan membahas mengenai keislaman dua suku Yaman, suku pertama bernama suku Bani Mudzhij, dan suku kedua bernama suku Azd Syanuah.

Sebagaimana 2 artikel yang lalu, artikel kali ini saya juga mengambil kisahnya dari buku Raudhatul Anwar.

BACA JUGA:

KEISLAMAN SUKU-SUKU YAMAN (BAG, 2).

KEISLAMAN SUKU-SUKU YAMAN (BAG, 4).

Berkata syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuriy: “Keislaman suku Bani Mudzhij, suku Bani Mudzhij ini adalah salah satu dari sekian banyak suku yang menetap di negeri Yaman.

Pada bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah, Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) mengirim sahabat Ali bin Abi Thalib menuju ke perkampungan Bani Mudzhij untuk mendakwahi mereka agar mereka mau memeluk agama Islam.

Rasulullah juga mewasiatkan kepada Ali agar dia jangan sekali-kali memulai penyerangan terhadap anggota suku Bani Mudzhij hingga mereka sendiri yang memulai peperangan.

Maka berangkatlah Ali setelah itu bersama pasukannya, dan sesampainya dia di sana, Ali bersama rombongannya pun bertemu dengan sekelompok orang anggota suku Bani Mudzhij yang sedang berkumpul.

Ketika melihat mereka semua, Ali segera mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.

Akan tetapi ternyata sekelompok orang tersebut enggan untuk mengikuti dan menerima dengan baik seruan dari Ali bin Abi Thalib dan sahabat-sahabatnya.

Mereka pun akhirnya memutuskan untuk melempari Ali dan segenap pasukannya dengan anak panah.

Melihat hal ini, Ali pun memerintahkan pasukannya untuk segera mengambil formasi perang. Dan setelah semua siap sedia, Ali bersama pasukannya langsung menyerang anggota suku Bani Mudzhij tersebut hingga akhirnya Allah memberikan kemenangan bagi kaum muslimin.

Setelah peperangan tersebut mereda, Ali dan pasukannya memutuskan untuk istirahat barang sejenak melepas lelah akibat peperangan yang mereka jalani tadi sebelum kembali memulai dakwah mereka.

Setelah dirasa cukup, Ali dan pasukannya kembali bangkit untuk memulai kembali ajakan dan seruan mereka (mungkin kali ini anggota suku Bani Mudzhij bersedia untuk menerima seruan mereka dengan baik).

Ali dan pasukannya pun mendekati para anggota suku Bani Mudzhij dan kembali menyeru mereka agar mereka mau memeluk Islam.

Dan tanpa di sangka, ternyata mereka semua bersedia untuk memeluk Islam di bawah bimbingan Ali dan pasukannya.

Pemimpin suku Bani Mudzhij sendiri segera membai’at Ali (mengucapkan janji untuk senantiasa taat dan patuh kepada Ali juga kepada Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)).

Setelah bai’at tersebut usai, para anggota suku Bani Mudzhij yang saat itu memeluk Islam di bawah bimbingan Ali segera berkata kepada beliau: “Kami semua yang hadir di sini mewakili semua anggota suku kami yang tersisa yang saat ini tidak bisa hadir di tempat ini. Dan ini adalah harta kami yang kami niatkan untuk dijadikan sebagai bayaran sedekah, maka ambillah darinya hak Allah”.

Ali pun langsung mengambil bayaran sedekah dari harta mereka tersebut. Dan setelah semua urusannya telah di selesaikan dengan baik, Ali pun memutuskan untuk kembali ke Madinah demi menemui Rasulullah, dan akhirnya Ali berhasil bertemu dengan Rasulullah di kota Makkah pada saat beliau menunaikan ibadah haji (yang dimana haji ini dikenal dengan sebutan haji wada’ (haji perpisahan))”.

Setelah itu syaikh Shafiyyur Rahman langsung menyambung pembahasannya dengan menceritakan kisah mengenai keislaman suku Azd Syanuah.

Beliau berkata: “Kedatangan utusan suku Azd Syanuah, suku Azd Syanuah ini adalah sebuah suku yang menetap di jalur menuju negeri Yaman.  

Utusan mereka datang untuk menemui Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) dibawah pimpinan seseorang yang bernama Shard bin Abdillah al-Azdiy.

Mereka datang untuk mengumumkan keislaman mereka, Rasulullah sendiri memutuskan untuk menjadikan Shard ini sebagai pemimpin bagi sukunya yang telah memeluk Islam.

Beliau juga memerintahkan Shard untuk kembali ke kampungnya demi menyeru saudara-saudara sesukunya yang lain agar mereka mau memeluk Islam, dan jika mereka enggan maka tidak masalah jika Shard memutuskan untuk memerangi mereka (karena telah tegaknya hujjah (yakni mereka telah di ajak untuk memeluk Islam sebelum di perangi) atas mereka)”. Sampai di sinilah kisah mengenai keislaman sebagian anggota suku Azd Syanuah. Dan Insya Allah kisah mengenai keislaman suku yang lain akan saya ceritakan di artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment