Tuesday, September 21, 2021

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 3).

 

Gambar oleh David Mark dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Telah saya sebutkan pada artikel yang lalu mengenai kedatangan surat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) ke negeri Yaman, dimana pada surat tersebut beliau memerintahkan kaum muslimin agar segera bangkit demi merebut kembali segala hak-hak mereka yang telah di rampas oleh al-Aswad al-Ansi.

Dalam surat tersebut juga terdapat perintah dari Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) untuk memerangi dan membunuh al-Aswad, dan demi melancarkan misi tersebut kaum muslimin pun mencari sekutu dari kalangan petinggi pemerintahan al-Aswad al-Ansi. Maka setelah mencari dan memperhatikan, mereka pun mendapatkan orang-orang yang cocok diantara para petinggi tersebut untuk di ajak kerjasama demi menuntaskan misi yang diembankan Rasulullah kepada mereka.

BACA JUGA:

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 2).  

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 4).

Adapun kelanjutan cerita dari cerita yang terputus pada artikel yang lalu adalah sebagaimana berikut…

Berkata Ibnul Atsir setelah menjelaskan mengenai kedatangan surat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) berikut direkrutnya salah satu pejabat al-Aswad yang mengurusi masalah militer yakni Qais bin ‘Abdi Yaguts, beliau berkata: “Berkata Jisynas ad-Dailamiy: ‘…Maka Qais pun menjawab ajakan kami dengan jawaban yang positif, dan setelah itu kami pun mengirimkan kembali beberapa surat ke seluruh penjuru Yaman (demi mengajak orang-orang untuk ikut bersama kami melengserkan al-Aswad dari kursi penguasa Yaman).

Dan ternyata al-Aswad berhasil mengetahui pergerakan klandestin (bawah tanah) kami, hal tersebut berkat setan miliknya (yang al-Aswad anggap sebagai malaikat pelindungnya, adapun kenapa al-Aswad memiliki setan yang senantiasa menjaganya adalah: karena sebagaimana yang pernah saya sebutkan bahwa dahulunya al-Aswad ini adalah seorang dukun, maka wajar saja jika dia memiliki teman dekat dari kalangan setan yang senantiasa mendukungnya di setiap aksinya).

Dimana setan tersebut memberitahunya perihal pergerakan kami. Maka oleh karena itu pada suatu hari al-Aswad memanggil Qais untuk segera menghadap kepadanya…’”.

Kisah mengenai dialog antara Qais dengan al-Aswad telah di sebutkan oleh Ibnu Jarir juga Ibnu Katsir di dalam kitab mereka berdua. Dialog tersebut berbunyi sebagaimana berikut…

Al-Aswad memanggil Qais untuk segera menghadap kepadanya, dan sesampainya Qais di hadapannya, al-Aswad berkata: “Wahai Qais, apa yang di katakan oleh setanku ini?”.

Qais menjawab: “Apa gerangan yang dikatakannya?”.

Al-Aswad menjawab: “Dia berkata: ‘Aku telah mempercayai Qais dan telah memuliakannya. Hingga ketika dia telah memiliki kedudukan yang mulia di sisimu, dan telah di segani layaknya ketika engkau di segani, tiba-tiba dia beralih ke sisi musuhmu, dan berusaha untuk merebut kekuasaanmu dan bertekad untuk mengkhianatimu!’. Dia juga berkata: ‘Wahai Aswad, wahai Aswad!, sungguh sangat buruk, sungguh sangat buruk!. Hendaknya engkau segera melengserkan Qais dari kekuasaannya saat ini, karena jika tidak maka pasti dialah yang nanti akan melengserkanmu dari kerajaanmu!’”.

Qais berkata sembari bersumpah: “Sungguh dia (setanmu itu) telah berbohong, demi Dzil Khimar (yakni al-Aswad)!. Sungguh dirimu itu sangat aku hormati, maka bagaimana mungkin aku bisa sampai berpikir untuk memberontak kepadamu?”.

Al-Aswad menimpali perkataannya dengan berkata: “Ada apa denganmu!, apakah kamu ini tidak percaya kepada sang malaikat (yakni setannya al-Aswad)!. Sungguh sang malaikat telah berkata benar, dan sekarang akhirnya aku tahu bahwa engkau telah bertaubat dari keinginanmu untuk memberontak dan menyelisihiku”.

Berkata Ibnul Atsir: “Berkata Jisynas: ‘…Kemudian setelah dialog antara mereka berdua telah usai, Qais pun mendatangi kami dan berkata: ‘Wahai Jisynis, wahai Fairuz, wahai Dadzawaih’, dan dia pun langsung mengkabarkan kepada kami perihal apa yang dikatakan oleh al-Aswad kepadanya.

Dan ketika kami tengah berdiskusi perihal masalah baru tersebut, tiba-tiba datanglah seorang utusan yang diutus oleh al-Aswad, utusan tersebut menyampaikan kepada kami perintah al-Aswad yang menyuruh kami untuk segera menghadap kepadanya di istana. Dan sesampainya kami di sana kami segera meminta maaf kepadanya dan berhasil selamat dari kemurkaannya untuk kedua kalinya. Akan tetapi (walaupun mereka berhasil selamat) mulai detik itu al-Aswad pun semakin curiga dan waspada kepada kami, dan kami sendiri semakin berhati-hati dalam bertindak’”.

Adapun bunyi dari ancaman tersebut sebagaimana berikut (hal ini disebutkan oleh masing-masing dari Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir dalam kitab mereka berdua, dan mereka berdua menyebutkan bahwa kisah ini dibawakan oleh Jisynis ad-Dailamiy)…

Ketika Qais telah keluar dari istana al-Aswad, dia segera mendatangi kami dan langsung berkata: “Wahai Jisynis, wahai Fairuz, wahai Dadzawaih, sungguh dia telah berkata begini dan begini. Maka bagaimana pendapat kalian?”.

Kami menjawab: “Hendaknya kita mulai saat ini senantiasa berhati-hati”.

Dan saat kami tengah berdiskusi, tiba-tiba datanglah seorang utusan al-Aswad menyuruh kami untuk pergi menghadap kepadanya di istana. Dan sesampainya kami di hadapannya, dia berkata kepada kami: “Bukankah aku telah memuliakan kalian di tengah kaum kalian masing-masing?, apakah kalian (benar-benar) mengira bahwa dia (setan al-Aswad) tidak memberitahuku perihal perbuatan kalian?”.

Kami menjawab: “Kalau begitu ampunilah kami untuk kali ini”.

Dia menimpali: “Jika dia memberitahuku lagi untuk ketiga kalinya perihal perbuatan kalian, maka sungguh aku akan membunuh kalian semuanya!”.

Maka dengan perkataannya tersebut kami pun kembali berhasil selamat, akan tetapi walaupun begitu, perkataan setannya tersebut telah benar-benar membuat dirinya semakin mewaspadai seluruh gerak-gerik kami terlebih lagi gerak-gerik Qais. Dan kami pun juga senantiasa waspada karena kami saat itu sedang berada diambang bahaya yang sangat mematikan.

Dan di tengah suasana menegangkan tersebut, datanglah beberapa surat yang berasal dari ‘Amir bin Syahr, Dzi Zuwad, Dzi Murran, Dzil Kala’, Dzi Dzulaim, dan juga beberapa surat yang berasal dari para pemimpin Yaman, dimana mereka semua mengumumkan bahwa mereka berada di pihak kami dan bahwa mereka siap untuk mengirimkan kepada kami berbagai macam bantuan kapan pun kami membutuhkannya.

Keputusan tersebut mereka buat setelah datangnya surat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) kepada mereka, dimana dalam surat tersebut beliau menyemangati mereka semua untuk tetap berdiri di pihak kami apapun yang terjadi.

Dan setelah membaca semua surat tadi, kami pun mengirimkan surat balasan yang isinya adalah agar mereka tetap menahan diri untuk sementara waktu dan jangan sekali-kali membuat kekacauan sebelum kami memerintahkannya. Dan pada saat al-Aswad mendengar akan berpihaknya orang-orang tadi kepada kami, dia pun merasa bahwa saatnya telah tiba dan bahwa sebentar lagi dia pasti akan binasa…

Insya Allah kelanjutan ceritanya akan saya paparkan di artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

0 comments:

Post a Comment